Sabtu, 06 Okt 2018 12:25 WIB
Benarkah Ekonomi RI Sudah Lampu Merah?
Hendra Kusuma - detikFinance
Foto: Tim Infografis, Mindra PurnomoFoto: Tim Infografis, Mindra Purnomo
*Jakarta*- Calon Presiden (capres) Prabowo Subianto dan ekonom Rizal
Ramli mengingatkan pemerintah terkait kondisi ekonomi Indonesia saat
ini. Prabowo menyebut kondisi ekonomi Indonesia saat ini sangat serius
dan menyebut Indonesia masuk dalam deretan negara emerging market yang
rawan prospeknya ke depan.
Sementara, Rizal Ramli menyebut kondisi ekonomi Indonesia sudah lampu
merah, bahkan dia mengibaratkan kondisi Indonesia seperti tubuh tanpa
antibodi yang kuat. Benarkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini seperti
pandangan Prabowo dan Rizal Ramli?
*Baca juga:*Prabowo dan Rizal Ramli Ingatkan Jokowi soal Kondisi Ekonomi
RI
<https://finance.detik.com/read/2018/10/06/095628/4244959/4/prabowo-dan-rizal-ramli-ingatkan-jokowi-soal-kondisi-ekonomi-ri>
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima
Yudistira menilai ekonomi Indonesia belum lampu merah. Menurut Bhima,
hal itu terlihat dari beberapa indikator, salah satunya tiga lembaga
pemeringkat seperti S&P, Fitch Rating, Moody's masih mempertahankan
rating surat utang Indonesia layak investasi.
"Kalau dibilang lampu merah sebenarnya harus dilihat indikatornya dulu.
Setidaknya sampai saat ini belum ada yang mendowngrade. Outlooknya pun
stable bukan negative," kata Bhima saat dihubungi*detikFinance*,
Jakarta, Sabtu (6/10/2018).
*Baca juga:*Dolar AS 'Ngamuk' Tembus Rp 15.000, Darmin: Gemuruhnya yang
Hebat
<https://finance.detik.com/read/2018/10/06/074102/4244860/6/dolar-as-ngamuk-tembus-rp-15000-darmin-gemuruhnya-yang-hebat>
Yang membuat ekonomi tanah air belum lampu merah juga terlihat dari
cadangan devisa (cadev) yang berjumlah US$ 114,8 miliar. Meski terus
berkurang namun jumlah ini mampu membiayai impor selama 6,5 bulan, dan
jika termasuk pembayaran utang luar negeri pemerintah maka cukup untuk
6,3 bulan.
Selanjutnya, pembayaran utang luar negeri pemerintah juga berada di atas
standar kecukupan internasional yakni dengan tiga bulan impor.
Meski demikian, Bhima pun sepakat dengan kritik Rizal Ramli soal kondisi
fundamental ekonomi nasional lainnya seperti defisit transaksi berjalan
yang diwaspadai terus melebar.
Apalagi, ekonomi Indonesia saat ini masih tumbuh stagnan di level 5%,
ketergantungan akut pada komoditas mentah dan olahan primer membuat naik
turunnya ekonomi dipengaruhi global.
Belum lagi, lanjut Bhima, kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan
perang dagang negeri Pamanm Sam itu dengan China.
"Ibaratnya Indonesia sedang digebukin oleh faktor global dan domestik
secara bersamaan. Saya katakan Indonesia masuk lampu kuning. Kalau lampu
merah belum. Tapi kalau tidak hati-hati dan siapkan mitigasi bisa masuk
lagi ke lampu merah seperti era krisis," tuturnya.*(hek/eds)*
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com