https://tirto.id/bisakah-indonesia-tak-perlu-impor-apa-pun-seperti-janji-prabowo-c9lL
Bisakah Indonesia Tak Perlu Impor Apa
pun seperti Janji Prabowo?
Calon Presiden nomer urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan sambutan saat
deklarasi dukungan dari Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi
(Koppasandi) di Jakarta, Minggu (4/11/2018). Kopassandi bersama eksponen
411 dan 212 akan bersinergi memenangkan Prabowo Subianto dan Sandiaga
Uno pada Pilpres 2019. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.
<https://tirto.id/bisakah-indonesia-tak-perlu-impor-apa-pun-seperti-janji-prabowo-c9lL>
Calon Presiden nomer urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan
sambutan saat deklarasi dukungan dari Komando Ulama
Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) di Jakarta, Minggu
(4/11/2018). Kopassandi bersama eksponen 411 dan 212 akan
bersinergi memenangkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno
pada Pilpres 2019. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.
Oleh: Damianus Andreas - 5 November 2018
Dibaca Normal 2 menit
/Janji Prabowo tidak impor apa pun bila terpilih sebagai presiden
dinilai tak masuk akal. Meski, swadaya pangan masih mungkin./
tirto.id <https://tirto.id/> - "Saya bersaksi, di sini kalau insya Allah
saya menerima amanah rakyat Indonesia, saya akan bikin Indonesia berdiri
di atas kaki kita sendiri. Kita tidak akan impor apa-apa saudara-saudara
sekalian. Kita harus dan kita mampu swasembada pangan, mampu. Kita juga
harus dan mampu swasembada energi, swasembada bahan bakar."
Pernyataan ini disampaikan Prabowo Subianto
<https://tirto.id/prabowo-janji-swasembada-pangan-energi-amp-air-jika-jadi-presiden-c9bM>,
calon presiden nomor urut 02 saat acara Deklarasi Komando Ulama
Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) di Jakarta, pada Minggu
(4/11/2018). Menurutnya, Indonesia mampu memenuhi semua kebutuhan
rakyatnya tanpa harus impor.
Janji kampanye Prabowo ini menuai kritik. Pangkal soalnya, frasa "kita
tidak akan impor apa-apa" dinilai terlalu mengada-ngada dan tidak masuk
akal. Sampai saat ini, masih ada bahan pangan yang perlu diimpor karena
komoditasnya tidak bisa dihasilkan di dalam negeri, seperti kedelai dan
gandum.
Anggota Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan, Khudori menilai
penyetopan impor secara total mustahil dilakukan. Dalam konteks era
keterbukaan informasi, Khudori menyebut perlu ada pemikiran realistis
yang mampu memahami bahwa pemerintah mana pun tidak akan bisa
menghentikan kerja sama perdagangannya dengan negara lain.
Pernyataan Khudori selaras dengan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Untuk gandum misalnya, BPS mencatat volume impor di sepanjang semester I
2018 sebesar 4,59 juta ton. Angka ini dilaporkan turun 15,45 persen
(year-on-year). Sementara untuk nilainya sendiri turut menyusut sebesar
7,62 persen (year-on-year) dari 1,23 juta dolar AS menjadi 1,13 juta
dolar AS.
Selain gandum, Indonesia juga tidak mungkin terlepas dari impor bahan
bakar minyak (BBM). Ini mengingat antara produksi minyak mentah dan
kebutuhan konsumsi BBM cukup timpang.
Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy 2018
<https://tirto.id/upaya-kurangi-impor-minyak-di-tengah-mandatori-b20-yang-terhambat-c3t2>,
konsumsi minyak dalam negeri meningkat tajam dari 1,56 juta barel per
hari (bph) pada 2015 menjadi 1,65 juta bph pada 2017. Angka ini terasa
jomplang lantaran SKK Migas mencatat produksi minyak dalam negeri pada
2015 hanya sebesar 786 ribu bph dan pada 2017 sebesar 801 ribu bph.
Artinya, mau tidak mau, kekurangannya dipasok dari impor.
Baca juga:
* Upaya Kurangi Impor Minyak di Tengah Mandatori B20 yang Terhambat
<https://tirto.id/upaya-kurangi-impor-minyak-di-tengah-mandatori-b20-yang-terhambat-c3t2>
* Prabowo Janji Swasembada Pangan, Energi, & Air Jika Jadi Presiden
<https://tirto.id/prabowo-janji-swasembada-pangan-energi-air-jika-jadi-presiden-c9bM>
Swasembada Pangan Masih Mungkin
Kendati demikian, Khudori menyebutkan keinginan swasembada pangan masih
mungkin dilakukan. Salah satu caranya dengan mengembangkan komoditas
pengganti dari bahan pangan yang selama ini didapat dari impor.
Penulis buku Ironi Negeri Beras ini mencontohkan tepung mocaf yang
dibuat dari ubi kayu. Menurutnya, apabila tepung terigu yang selama ini
pasokannya dipenuhi impor bisa diganti dengan tepung mocaf,
ketergantungan impor gandum dapat dikurangi. Namun bukan berarti, tepung
terigu tidak impor sama sekali.
“Memang butuh waktu, keseriusan, dan kerja yang intens. Tapi dari
pemerintah juga mesti ada kebijakan afirmatif kepada komoditas tersebut.
Karena tanpa adanya intervensi, bagaimana perusahaan komoditas subtitusi
ini bisa berkembang dalam menghadapi perusahaan tepung terigu yang sudah
raksasa,” kata Khudori kepada reporter /Tirto/, Senin (5/11).
Selain insentif dan dorongan komoditas substitusi, Khudori menyebutkan,
perlu ada dukungan untuk menggenjot produksi komoditas berbasis tropis
yang jadi unggulan Indonesia. Namun, janji swasembada ini pun harus
diiringi dengan sikap pemerintah yang konsisten.
Infografik CI Janji Kontroversial Prabowo-Sandiaga
Baca juga:
* Swasembada Beras ala Soeharto: Rapuh dan Cuma Fatamorgana
<https://tirto.id/swasembada-beras-ala-soeharto-rapuh-dan-cuma-fatamorgana-c2eV>
* Lingkaran Setan Swasembada Pangan
<https://tirto.id/lingkaran-setan-swasembada-pangan-bUPa>
* Akar Masalah Kisruh Impor Pangan yang Berujung Pelaporan ke KPK
<https://tirto.id/akar-masalah-kisruh-impor-pangan-yang-berujung-pelaporan-ke-kpk-c8uK>
Respons Tim Prabowo
Secara terpisah, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar menilai ada upaya untuk membelokkan
inti dari pidato Prabowo.
"Jangan dipelintir pernyataan Pak Prabowo menjadi seolah-olah kita tidak
perlu impor apa pun," kata Dahnil kepada reporter /Tirto, /pada Senin.
Menurut Dahnil, maksud pidato Prabowo adalah komoditas yang bisa
diproduksi di dalam negeri tidak semestinya diikuti dengan impor
komoditas yang sama. Ia menyebutkan perlu ada perhitungan lebih rinci
supaya komoditas yang dihasilkan di dalam negeri bisa lebih unggul
ketimbang komoditas yang diimpor.
Dahnil menjelaskan konteks pembicaraan Prabowo itu sejalan dengan fokus
yang bakal diusungnya apabila terpilih menjadi presiden. Menurut Dahnil,
Prabowo ingin merevitalisasi pertanian sehingga Indonesia bisa berdaulat
atas komoditas pangan dan energinya.
Aktivis pemuda Muhammadiyah ini mengklaim Prabowo tidak akan berani
berbicara demikian apabila tidak disertaidata penunjang. Ia pun mengaku
telah mendengarkan penjelasan Prabowo secara rinci terkait dengan
keinginannya untuk merevitalisasi sistem pertanian Indonesia.
"Komoditas yang bisa kita tanam di dalam negeri, seperti beras, enggak
perlu impor. Apabila terpilih, dalam 100 hari pertama, beliau akan fokus
pada perencanaan kedaulatan dan swasembada," kata Dahnil.
Dahnil berdalih Prabowo tidak mungkin menjelaskan seluruh pemikirannya
itu dalam kampanye kemarin. Namun, Dahnil memastikan Prabowo bermaksud
baik untuk memutus rantai impor pangan dan energi yang menimbulkan
potensi rente.
Keinginan untuk swasembada ini sebenarnya tak hanya diimpikan Prabowo.
Presiden Joko Widodo pun sempat berikrar ingin mencapai swasembada
pangan, khususnya beras, di awal pemerintahannya. Akan tetapi target
rupanya hanya tinggal target, mengingat pemerintah sampai saat ini masih
mengimpor beras, jagung, kedelai, gula, garam, hingga BBM.
Baca juga artikel terkait IMPOR
<https://tirto.id/q/impor-AS?utm_source=internal&utm_medium=lowkeyword>
atau tulisan menarik lainnya Damianus Andreas
<https://tirto.id/author/damianusandreas?utm_source=internal&utm_medium=topauthor>
(tirto.id - Ekonomi)
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Abdul Aziz
Indonesia tidak mungkin sama sekali tidak impor, sebab sejumlah
komoditas memang tidak ada di dalam negeri