Menyelamatkan Mata Air dan Hutan dengan Upacara Kebo Ketan 
http://sp.beritasatu.com/home/menyelamatkan-mata-air-dan-hutan-dengan-upacara-kebo-ketan/127088
Sabtu, 10 November 2018 | 23:03
 


 [JAKARTA] Ratusan seniman dari berbagai daerah di Indonesia akan memeriahkan 
Upacara Kebo Ketan (UKK) di Desa Sekaralas, Widodaren, Ngawi, Jawa Timur,  
23-25 November mendatang.
 UKK merupakan sebuah karya seni kejadian berdampak, yang dibuat oleh LSM 
Kraton Ngiyom bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi, warga 
Desa Sekaralas dan Sekarputih, serta ratusan seniman.
 Selain menyelamatkan mata air Sendang Margo dan Sendang Ngiyom dan 
mengembalikan fungsi hutan di kawasan Alas Begal di Ngawi, secara khusus UKK 
juga berfungsi sebagai ruang serbuk silang kreativitas seni rakyat Nusantara. 
Oleh karena itu, tahun ini berbagai karya seni kreatif dari berbagai daerah 
diberi ruang luas untuk tampil dan saling memengaruhi.
 Karya seni itu, antara lain pentas ketoprak dari kelompok Puspo Budoyo yang 
terkenal di Ngawi. Mereka membawakan lakon Setyowati Winisuda, atau Setyowati 
Ratu. Ada beberapa bintang tamu yang akan tampil, yakni Endah Laras, Bonita 
Adi, AB Setiadji, dan Kodok Ibnu Sukodok. Ketoprak digelar pada 23 November.
 Selanjutnya, digelar pula Garebeg Maulud atau dikenal juga sebagai Sekaten 
pada masa diciptakannya berfungsi menguatkan kohesi sosial di masyarakat Jawa 
yang terpecah dua, yakni para penganut agama lama dan baru.
 Di ruang dan waktu Sekaten itu kedua golongan itu sama-sama dimanusiakan. Yang 
ingin menikmati gamelan, telor merah, kerbau sakral, gunungan, diberi tempat, 
dan yang ingin mengucapkan Syahadat juga diberi tempat. Adapun dewasa ini 
fungsi penguat kohesi sosial upacara Garebeg Maulud ini sudah pudar dan 
masyarakat sudah terbelah menjadi lebih banyak dari sekedar dua golongan.
 Selain menyanyikan lagu Indonesia Raya lengkap 3 stanza dipimpin oleh Petrus 
Briyanto Adi, ada juga ceramah agama, seni dan kebudayaan dari KH Zastrouw 
Al-Ngatawi, dan juga mengundang tampil KH. Yahya Cholil Staquf, Khatib Am PBNU, 
ada perwakilan Katholik memimpin menyanyikan Indonesia Raya lengkap 3 stanza, 
ada Rama Padma Vhira Dharma Sogata dari agama Kasogatan Jawa, ada Dirajo 
Maharajo dari agama Hindu Buddha Sriwijaya, dan ada Okky Satrio Djati dari 
agama Sunda Wiwitan melakukan upacara sakralisasi perarakan dan penyembelihan 
Sang Kebo Ketan.
 UKK juga bercita-cita membantu kebangkitan seni budaya nasional sehingga ia 
juga menjadi arena “serbuk silang kreativitas”.
 Puncak UKK pada 24 November akan dimulai pada pagi hari di Rumah Tua Sekaralas 
pada pukul 08.00 dengan selamatan dan diteruskan dengan pengguyangan Sang Kebo 
Ketan dan penghiasannya. Mulai pukul 16.00, di Rumah Tua akan dilaksanakan 
upacara-upacara sakralisasi oleh pemuka agama Kasogatan Hindu Jawa, Hindu 
Buddha Sriwijaya dan Sunda Wiwitan, dengan musik sakralisasi oleh Galih Naga 
Seno.
 Acara terakhir adalah penampilan singkat Bonita & the Hus Band membawakan 
repertoar yang khusus disusun untuk UKK. Upacara Kebo Ketan 2018 ini akan 
berakhir dengan lagu Bahagia karya Petrus Briyanto Adi.


---In GELORA45@yahoogroups.com, <bhjo@...> wrote :

 Pawang hujan di Indonesia adalah dgn bantuan kekuatan adjaib dari mahluk halus 
atau Allah. Sedangkan RRT berdasarkan science & technology. Entah mana yg lebih 
berhasil?
 
 Masa depan kemajuan negara, akan ditentukan oleh negara mana yg akan mengusai 
Artificial Intelegence. Pertarungan dibidang ini adalah antara RRT, AS, Jepang 
dan Korea Selatan.

Kirim email ke