Andi Arief: Eggi Sudjana Korban Bipolarisasi Jokowi

Senin , 12 November 2018 | 10:25
http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/4669/andi_arief__eggi_sudjana_korban_bipolarisasi_jokowi
Andi Arief: Eggi Sudjana Korban Bipolarisasi Jokowi
Sumber Foto tribunnews.com
Andi Arief
POPULER
Soal Bank Century, SBY: 10 Tahun Saya Tahan Emosi Karena Difitnah <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/4669/hukumdanpolitik/read/4655/%22>Sebut SBY Banci, Demokrat: Eggi Sudjana Baca Dong! <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/4669/hukumdanpolitik/read/4656/%22>Megawati Sindir Mereka yang Tak Hargai Bendera Merah Putih <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/4669/hukumdanpolitik/read/4647/%22>SBY Yakin Demokrat Tetap Eksis <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/4669/hukumdanpolitik/read/4654/%22>Ngabalin: Makan Itu Puisimu Fadli Zon! <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/4669/hukumdanpolitik/read/4664/%22>
Listen to this

JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menyebut politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Eggi Sudjana sebagai satu dari sekian banyak politikus yang menjadi korban atas upaya bipolarisasi Joko Widodo.

Hal ini disampaikan Andi melalui cuitan akun Twitter @AndiArief_ menjawab tudingan Eggi yang menyebut cara berpolitik Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan sebutan politik banci.

Bipolarisasi yang dimaksud terkait benturan antara kelompok Islam dan Nasionalis. Eggi, kata Andi, telah terjerumus dalam nikmatnya benturan Islam dan nasionalis."Eggi Sudjana adalah salah satu dari sekian tokoh politik yang menjadi korban tidak berdosa atas upaya bipolarisasi Jokowi yang mengakali Parlemen, UU dan MK. Egi terjerumus dalam nikmatnya benturan Islam dan Nasionalis seakan jadi laki-laki sejati dengan keislamannya," kata Andi, Senin (12/11/2018).

Andi kemudian menjelaskan bahwa setelah Pilkada DKI 2017 memang terjadi pengentalan kepercayaan. Misalnya kekuatan kiri semakin kental, namun ada juga sebagian yang ke tengah dan minoritas menjadi satu kubu. Kubu lainnya ke kanan dan sebagian tetap di tengah."Demokrat berupaya tarik sebagian kiri/kanan dan minoritas menyatu di kekuatan tengah agar tidak bipolar yang bahaya. Eggi Sudjana salah tafsir," ujarnya seperti dikutip/cnnindonesia.com/.

Dia kemudian mengatakan bahwa usai Pilkada DKI 2017, telah terjadi fenomena seperti fusi (penggabungan partai politik) tahun 1973. Dua kelompok lain, yakni Islam dan Nasionalis tengah pecah akibat Pilpres. Sementara Demokrat tetap jadi tengah yang sedang ditarik-tarik ke dalam dua kubu.

Oleh karena itu, kata Andi, Demokrat belajar dari pendahulu yang presidennya berupaya menghindari politik bipolar dengan cara demokratis."Soekarno dengan Nasakom, Soeharto dengan Fusi. Sayangnya mereka lakukan dengan paksaan dan akali UU seperti Jokowi yang mengakali parlemen dan UU serta MK untuk politik bipolar," katanya.

Andi menyebutkan, sepanjang 2004-2014 ketika SBY memimpin sebagai presiden perpolitik di Indonesia stabil. Sebab, dia mengklaim, saat itu adanya persatuan nasional antara mayoritas tengah, sebagian kiri dan sebagian kanan serta kelompok minoritas dalam Indonesia bersatu."Itulah mengapa terjadi kedamaian dalam multipartai dan menopang ekonomi tumbuh. Kita harus segera hijrah dari negara dengan politik bipolar menjadi negara persatuan," Andi menambahkan.



---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke