Bambang Djalisnetra dan Yoseph T Taher membagikan kiriman.
Seputar PresidenSukai Halaman1 November pukul 08.48 · 
PENGAKUAN MENGEJUTKAN JOKOWI

Apa pengakuan-pengakuan mengejutkan Jokowi?

Ia mengakui bahwa sebagai seorang incumbent, seorang petahana, dia telah dan 
sedang dihantam bertubi-tubi. Tetapi dia mengaku bahwa dia tidak bisa menyerang 
balik secara frontal. Dia lebih banyak bertahan dan menangkis serangan.

Mengapa dia tidak bisa menyerang? Karena di seluruh dunia, pemerintah yang 
sedang berkuasa, termasuk pemerintahannya, menginginkan kestabilan, ketenangan 
dan kedamaian. Jika dia menyerang balik, maka keadaan semakin hiruk-pikuk, 
gaduh dan ribut. Jika publik kemudian melihat Jokowi jarang menyerang partner 
demokrasinya, itu karena alasan di atas. “Lebih mudah merebut kekuasan dari 
pada mempertahankannya”, kata Jokowi. Lalu apa pengakuan Jokowi selanjutnya?

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, dia melihat perusahan 
negara, Petral, anak perusahaan Pertamina, sarat dengan para mafia. Ratusan 
triliun negara setiap tahun, mengalami kerugian akibat permainan mafia di 
Petral. Ketika dia mengeluarkan perintah untuk membubarkan Petral, dia 
ditakut-takuti oleh banyak pihak. Katanya, jika Petral di bubarkan, negara bisa 
runtuh. Diapun bisa jatuh. Sangat menakutkan.

Menteri dan tim yang diperintahkan untuk membubarkan Petral, tiga kali bertanya 
kepadanya. “Apakah Bapak Presiden telah matang-matang untuk membubarkan Petral? 
Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul dampak, resiko dan konsekuensi jika 
membubarkan Petral?”

Bayangkan menterinya sendiri terpapar ketakutan dan ikut-ikutan menakuti 
Jokowi. Apa Jawaban Jokowi? “Bubarkan Petral!” Perintah Jokowi tegas. Akhirnya 
Petral dengan tegas dibubarkan. Lalu apa yang terjadi ketika Petral sudah 
dibubarkan? Sampai kini, tidak terjadi apa-apa. Ternyata pemerintah sebelumnya 
tidak berani membubarkan Petral karena takut.

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, dia melihat pencurian 
ikan di laut Indonesia terjadi secara masif. Ratusan juta ton ikan di laut 
Indonesia dicuri oleh negara lain. Lalu dia memberi perintah kepada Menteri 
Susi untuk menenggelamkan kapal-kapal asing itu. Jokowi mengaku bahwa Menteri 
Susi sendiri datang tiga kali bertanya kepadanya.

“Apakah Bapak Presiden benar-benar menenggelamkan kapal-kapal asing yang 
mencuri ikan? Apakah Bapak Presiden sadar reaksi marah negara-negara yang 
kapalnya ditenggelamkan? Apakah Bapak Presiden sudah tahu bahwa ada 
‘orang-orang besar’ dari dalam negeri ikut bersengkokol mencuri ikan-ikan 
kita?” tanya Menteri Susi.

Bayangkan Menteri Susi sendiri ikut menakut-nakuti Jokowi. Lalu apa reaksi 
Jokowi? “Tenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan!” Perintah Jokowi tegas. 
Sejak dimulainya penenggelaman kapal-kapal asing, sudah lebih seribu kapal 
ditenggelamkan. Sampai kini tak terjadi apa-apa, termasuk serangan dari 
‘orang-orang besar’ itu. Kini ikan-ikan di laut Indonesia dinikmati oleh orang 
Indonesia sendiri. Sekarang ekspor ikan Indonesia terus meningkat. Ternyata 
pemerintah sebelumnya menutup mata atas pencurian ikan karena takut 
ditakut-takuti.

Jokowi mengaku bahwa saat dia pergi ke Papua, dia mendengar dan melihat 
langsung harga BBM di lapangan yang selangit. Mengapa bisa terjadi begini? 
Siapa mafia yang bermain? Itu pertanyaan besar di benak Jokowi. Jokowi kemudian 
mengeluarkan perintah untuk menyamakan harga BBM di Papua yang seliternya Rp. 
50.000 bahkan bisa sampai Rp. 100.000,- Harga itu harus sama harganya di Pulau 
Jawa yang Rp. 6.500 perliter. Para pejabat di kementerian BUMN, khususnya di 
Pertamina, berulang-kali menakut-nakutinya. “Itu adalah mimpi di siang bolong. 
Butuh biaya, usaha besar untuk mewujudkan satu harga BBM. Bisa-bisa Pertamina 
rugi besar dan bangkrut”, kata mereka. Lalu apa respon Jokowi?

“Samakan harga BBM di Papua dengan Jawa!” Perintah Jokowi tegas. Jokowi 
kemudian bolak-balik ke Papua untuk memastikan harga BBM satu harga. Setelah 
setahun berjuang berdarah-darah, harga BBM di Papua kini sama dengan Jawa. Demi 
rakyat Papua, Pertamina lewat orang-orang yang punya tekad tinggi membangun 
bangsa, berjuang setiap hari menantang medan berat untuk menyalurkan BBM di 
berbagai pelosok di Papua dan memastikan harganya sama dengan di pulau Jawa. 
Perjuangan berdarah-darah ini tak banyak orang yang tahu, tak banyak orang yang 
mengapresianya.

Saat demo besar 212 di Monas, seluruh menteri termasuk Menkopolhukam, Panglima 
TNI, Kapolri dan komandan Paspampres tak setuju mendatangi para demonstran di 
Monas. “Demi keamanan, Bapak Presiden sangat tidak disarankan ke Monas”! Lalu 
Jokowi menghitung.“Berapa menit kita jalan kaki ke sana?” tanya Jokowi. “Tujuh 
menit”, jawab ajudannya. "Saya harus ke sana. Tetapkan waktunya", kata Jokowi. 
“Jam 11.50 WIB”, jawab ajudan.

Begitu jam 11.40, situasi di istana masih menegangkan. Semua diam. Tak satupun 
yang berani mendorong Presiden Jokowi ke Monas. “Jam 11.41, Jokowi bangkit. 
“Mari kita ke Monas jalan kaki”. Di tengah jalan bertemu dengan JK yang 
berencana sholat ke Mesjid. Tetapi ketika JK diberitahu bahwa Jokowi ke Monas, 
JK kemudian berbalik langkah dan ikut dalam rombongan Jokowi. Setibanya di 
Monas, para pengawal hanya mengijinkan Jokowi di bawah panggung untuk 
mengucapkan sesuatu. Tetapi Jokowi ngotot naik ke atas panggung. Di atas 
panggung, Jokowi mengucapkan sebuah pidato singkat 2 menit. Setelah pidato, 
Jokowi segera balik ke istana dengan aman.

Jokowi mengaku bahwa saat dia memulai pemerintahannya, HTI yang tujuannya 
mendirikan negara khilafah, sudah berakar-berurat di seluruh wilayah Indonesia. 
Dia heran mengapa organisasi ini yang di banyak negara sudah dilarang, tetapi 
di Indonesia masih berdiri kokoh? “Bubarkan HTI lewat Perpu”! Dia pun ditanya 
tiga kali oleh Menkopolhukam Wiranto, Kapolri dan pejabat keamanan lain.

“Apakah Bapak Presiden sudah memikirkan matang-matang untuk membubarkan HTI? 
Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul resiko dan dampak lain jika ormas ini 
dibubarkan?” Bayangkan, Menteri Wiranto ikut menakut-nakuti Jokowi. Lalu apa 
respon Jokowi? “Bubarkan HTI besok” Perintah Jokowi tegas. Esoknya HTI 
dibubarkan. Semua melongo dan menganga. Sejak HTI dibubarkan, keadaan baik-baik 
saja. Ternyata pemerintah sebelumnya tidak berani membubarkan ormas ini karena 
takut ditakut-takuti.

Jokowi mengaku bahwa jika ia rakus dengan prestasi ekonomi, silau pujian, maka 
ia hanya membangun pulau Jawa. Jika ia mau, ia bisa mengucurkan anggaran 
besar-besaran untuk membangun ekonomi di pesisir Jawa. Ekonomipun bisa 
dipastikan dengan cepat tumbuh hingga 7 persen. Lalu mengapa Jokowi tidak 
melakukannya? Keadilan sosil. Pemerataan. Itulah jawaban Jokowi. Ia membangun 
Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, demi keadilan sosial, demi pemerataan. 
Pembangun infrastruktur sekarang tidak langsung dinikmati hasilnya sekarang 
tetapi 20 tahun ke depan dan bukan di era pemerintahannya.

Jokowi mengaku bahwa seorang pemimpin harus mengambil keputusan-keputusan 
berani dan tepat. Keputusan-keputusan yang diambil tentu saja bukan tanpa 
perhitungan. “Ada hitung-hitungnya”, kata Jokowi.

Itulah pengakuan-pengakuan mengejutkan Jokowi. Ternyata menjadi Presiden itu 
berat. Jadi biarkan Jokowi tetap menjadi Presiden 2019 mendatang.

#jokowi 
#jokowidodo 
#presidenjokowi 
#Seputarpresiden 
#indonesia 
#presidenjokowidodo

Kirim email ke