COMMUNIQUE Kongres ke-5 Asian Peasant Coalition (APC)
TAJUKLOMBOK.COM - Pada tanggal 26-27 Oktober 2018, organisasi Asian Peasant Coalition (APC) menyelenggarakan Kongres ke-5 di Provini Surat Thani, Thailand dengan tema “Further Consolidate the Asian Peasants! Intensify the Struggle for Genuine Agrarian Reform and Food Sovereignty!” (Terus memajukan konsolidasi kaum tani Asia! Intensifkan Perjuangan untuk Reformasi Agraria Sejati dan Kedaulatan Pangan!) Tema tersebut merefleksikan berbagai kesuksesan gerakan kaum tani di Asia, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada kebutuhan untuk mengukuhkan kembali posisi dan persatuan kita untuk memperkuat perjuangan kita mewujudkan reforma agraria sejati dan kedaulatan pangan. Pertemuan ini dihadiri oleh 55 delegasi dan observer dari 14 negara: Banglades. Burma (Myanmar), Kamboja, India, Indonesia, Thailand, Malaysia, Nepal, Pakistan, Palestina, Filipina, Guatemala, Afrika Selatan, dan Luxemburg. Southern Peasants Federation of Thailand (SFPT) menjadi tuan rumah pertemuan tahun ini. P. Chennaiah, Ketua APC memberikan sambutan pada pembukaan kongres ini. Dia memaparkan sejarah singkat APC dan perkembangannya selama 15 tahun terakhir. Chenniah secara tegas menolak kapitalisme, sebuah model yang tidak dapat diterima oleh kaum tani diseluruh dunia, karena digunakan untuk merampas sumber daya alam dan kehidupan kita. Meskipun Asia telah menjadi keranjang roti (sumber pangan), menyediakan makanan dan nutrisi untuk dunia, namun menjadi sebuah tragedy bahwa mereka yang menderita kelaparan dan mal-nutrisi berasal dari benua ini. Chenniah menantang kenyataan atas segala bentuk perampasan dan penderitaan ini, dalam pernyataannya menyampaikan “kita tidak akan membiarkan keadaan ini terus berlanjut. Kita tidak akan berhenti sampai situasi berubah. Kita tetap akan melanjutkan perjuangan kita untuk melawan mereka yang memangsa lahan dan sumberdaya kita”. Setelah memberikan sambutan, SPFT menyanyikan lagu “under the red flag” yang menegaskan perjuangan dan ideology dari SPFT. Lagu tersebut menerangkan tentang hak rakyat atas tanah dan tempat tinggal mereka, namun dirampas, namun dengan kekuatan persatuan, yang tidak pernah menunggu untuk suatu pertolongan, telah membawa mereka unutk mencapai tujuanya. Mantan Ketua APC, Rafael “Ka Paeng” Mariano, memberikan pidato pada pertemuan ini. Ka Paeng mendiskusikan peran dari IMF-World Bank Group dalam perampasan tanah global. Dia mengungkapkan bahwa ketika World Bank mengadvokasi tentang “memperdalam pasar finansial di Negara-negara berkembang” dan di sector pertanian, mereka melupakan bahwa faktanya pasar agrikultur global saat ini sudah kusut dan terjerat spekulasi dana, obligasi, dan instrument finansial lainnya seperti dana indeks komoditas yang mendorong harga-harga input dan produk pertanian terus naik, seluruhnya merupakan beban bagi kaum tani. Dia menambahkan bahwa semakin meningkatnya kaum tani tidak bertanah dan melonjaknya kemiskinan dipedesaan adalah suatu efek dari kebijakan neoliberal IMF-World Bank. Dia juga menekankan bahwa ada banyak kasus perampasan tanah yang tertunda, digagalkan, dan bahkan ditolak karena tekad rakyat miskin pedesaan untuk memblejeti dan mengkonfrontasi secara langsung mereka yang merampas tanah. Dia meminta delegasi yang hadir untuk memperkuat usaha-usaha kita dalam mempertahankan tanah dan sumber daya kita; untuk menghentikan perusahaan-perusahaan yang mengambil alih pembangunan; dan merebut kembali hak kita atas tanah dan kedaulatan pangan. Perwakilan dari Banglades, Nepal, Kamboja, Filipina, Indonesia, Pakistan, Thailand, India dan Myanmar memaparkan kondisi di negara mereka. Setelah itu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Wali Haider, dari Pakistan Kissan Mazdoor Tehreek (PKMT) memaparkan tentang General Program of Action (GPOA) untuk tahun 2018-2021 dan Sarojeni Rangam menjadi fasilitator sesi ini. GPOA menggambarkan komitmen kita untuk memperteguh perjuangan reforma agraria sejati dan kedaulatan pangan. GPOA telah berkembang dengan tujuan untuk memperkuat perjuangan kaum tani Asia melawan segala bentuk penghisapan dan penindasan imperialisme dan feodalisme. Tujuan dan cita-cita ini juga untuk mempelajari keberhasilan dan pengalaman-pengalaman sukses gerakan massa kaum tani di China, Indochina dan negara Asia lainnya. Resolusi umum dan Kampanye APC termuat didalamGPOA. 4 poin GPOA untuk tahun 2018-2021 adalah sebagi berikut: 1. Membangun gerakan dan resisten 2. Memperkuat dan menyebarluaskan gerakan 3. Membangun dan memperkuat edukasi politik dan ekologi (pembangunan kurikulum dan model komunitas 4. Memperkuat pimpinan dan struktur di dalam APC GPOA ditetapkan setelah melalui pendiskusian dan mendapatkan masukan-masukan dari seluruh peserta. Kongres juga telah memilih dan menetapkan Komite Eksekutif Baru sebagai berikut: 1. P. Chennaiah (APVVU-India) : Ketua 2. Rahmat Ajiguna (AGRA-Indonesia) : Wakil Ketua Bidang Internal 3. Catarina Estavillo (AMIHAN-Philippine) : Wakil Ketua Bidang Eksternal 4. Raja Mujeeb (PKMT-Pakistan) : Sekjend 5. Antonio Flores (KMP-Philippine) : Deputy Sekjend 6. Glorine (Tanaganita-Malaysia) : Bendahara 7. Valliamal (TNWF -India) : Auditor 8. Nasrin Sultana (NWFA-Bangladesh) : Koordinator I-Asia Selatan 9. Chandra Hemalgallage (VIKALPANI-Sri Lanka) : Koordinator II-Asia Selatan