Pertanyaan klasik ini (Prabowo dalang kerusuhan Mei 1998?) di mayarakat sipil sebenarnya ada lanjutannya yakni, "..Kenapa dia tidak dibawa ke pengadilan?"
Ya, kenapa? Bukankah dia pantas untuk diadili? Jawaban Gus Dur (presiden) : "tanya Wiranto," titik Megawati sebagai presiden tidak pernah menjawab, tetapi sebagai capres 2009 mengangkat Prabowo sebagai cawapresnya. SBY sebagai presiden juga tidak jelas posisinya, tetapi akhir Juli kemarin dia menyatakan, "Kami datang dengan keyakinan Prabowo calon presiden kita." Jokowi (capres 2014) menjawab dengan pertanyaan: "Ketika krisis 1998 Prabowo ke mana?" Sebuah jawaban yang luarbiasa kocak sekalipun subyeknya diganti, "Wiranto ke mana?". Lucu, sebab saat itu cuma tersisa 2 jenderal komando di JKT; Prabowo (Pangkostrad) dan Sjafrie Sjamsoeddin (Pangdam). Seisi dunia pun tahu saat itu Wiranto (Panglima ABRI) ke mana. Fakta-fakta di atas jelas mendukung pendapat penulis (Priyono Budisuroso) yang menganggap predikat "dalang" bagi Prabowo terlalu berlebihan. Dan, ini sudah menjadi rahasia umum. Kelihatannya cuma Jokowi & co saja yang belum tahu. Yah, entah di mana mereka tahun 1998. Apa banyak yang belum lahir? Jadi, siapa sebenarnya dalang Mei'98 dan kenapa tidak dibawa ke pengadilan? Barangkali cuma Prabowo dan Wiranto yang berhakmenjawab. Sebenarnya ini persoalan sangat sederhana yang dibuat rumit. Serumit melihat siapa-siapa yang berhimpun di belakang Jokowi. Begitu kusutnya isi kepala sampai melihat siapa cawapres Jokowi saja tak mampu. --- noroyono1963@... wrote: Priyono Budisuroso profesional Pangkat dan Golongansebagai PNS sudah "mentok" IV E, tidak ada Pangkat dan Golongan yanglebih tinggi lagi, kalo di Ketentaraan berarti " Jendral" ya., Tidakcari musuh dan tidak ingin dimusuhi " Ngluruk tanpa bala, menang tanpangasorake" Prabowo dalang kerusuhan Mei 1998? 18 Mei 2014 06:55 Diperbarui:23 Juni 2015 22:24 3119 0 3 Prabowo adalahmantan Pangkostrad pada jaman Orde Baru, figur” bekas militer”, setidaknyadiharapkan bila nantinya memimpin negeri ini akan tegas dan jujur, denganplatform Ekonomi Kerakyatan yang diusung Partai Gerindra, banyak mencurisimpati. Sayangnya tokoh ini masih menyisakan masalah HAM masa lalu saatterjadi kerusuhan Mei 1998 dan penculikan Aktivis saat masa Orba, walaupunsampai sekarang belum bisa dibuktikan. Kalau kita berpikir secara jernihpersoalan masa lalu, apabila toh Prabowo dianggap sebagai dalang kerusuhan Meidan Penculikan, predikat “dalang” menurut saya sangat berlebihan, karenamelihat struktur Komando pada Militer, belum memungkinkan Prabowo sebagai ”dalang” , karena saat itu jabatannya adalah Pangkostrad, masih ada struktur komandodiatasnya.Kalaupun rumor tentang kerusuhan dan penculikan tadi benar dilakukanoleh Prabowo, peran sertanya sebatas sebagai ” pelaksana perintah” dan bukan“dalang”. Patut disimak pernyataan bijak Pius Lustrilanang, bekas aktivis yangdiculik saat itu : ” kalau saya berada pada posisi dia ( maksudnyaPrabowo), saya akan melakukan hal yang sama” Apakah Prabowo adalah dalang kerusuhan Mei 1998, mari kita simak bersama. Berikut ini saya kopas dari berbagai sumber wawancara dengan Prabowo,terkait kerusuhan Mei 1998, yang apabila anda ingin mengetahui lebih detail,dapat menelusuri referensi pada artikel ini. Dari siaran berita di radio, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto mendengarberita rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) bentukan Mabes ABRI. Iadiberhentikan dari karier militernya. Hari itu, Selasa, 25 Agustus 1998. “Sayatidak kaget,” kata Prabowo. Sebelum DKP mulai bekerja, mantan pangkostrad inisudah tahu hasilnya. Ia harus menepi Prabowo pasrah. “Ini risiko jabatan sebagai komandan,” katanya. Penangkapanaktivis terjadi kala ia masih menjabat Danjen Kopassus. Dalam pemeriksaanterbukti, Tim Mawar yang beranggotakan 11 prajurit Kopassus pimpinan SersanMayor Bambang Kristiono mengaku “mengamankan” sembilan aktivis itu, untukmelempangkan jalan bagi SU MPR 1998. Yang dia sesalkan, keputusan DKP justrutak pernah diterimanya langsung Soal surat Muladi kepada Komnas HAM. Anda sebenarnya diberhentikan karenakasus penculikan atau kerusuhan 13-14 Mei 1998? Itulah yang saya bingung. Saya diperiksa oleh DKP beberapa kali. Mungkin tigaatau empat kali. Dan semua pertanyaan saya jawab. DKP itu kan khususmenyelidiki soal penculikan sembilan aktivis. Saya pribadi tidak sukamenggunakan istilah penculikan karena itu kan kesalahan teknis di lapangan. Niatsebenarnya adalah mengamankan aktivis radikal agar tidak mengganggu rencanapelaksanaan SU MPR 1998. Bahwa kemudian anak buah saya menyekap lebih lamasehingga dikatakan menculik, itu saya anggap kesalahan teknis. Tanggungjawabnya saya ambil alih. Di DKP apakah ditanyai soal pemberi perintah penculikan? Tentu. Tapi perintah menculik tidak ada. Yang ada operasi intelijen untukmengamankan aktivis radikal itu. Sebab saat itu kan sudah terjadi ancamanpeledakan bom di mana-mana. Dalam DKP saya kemukakan bahwa perintah pengamananitu tidak rahasia. Mereka, para jenderal yang memeriksa saya pun tahu. Itu dariatasan dan sejumlah instansi, termasuk Kodam dilibatkan. Apakah nama 14 aktivis yang sampai kini belum ketahuan rimbanya ada di situ? Saya lupa. Mungkin tidak. Itu daftar kan kalau saya tidak salah didapat darirumah susun Tanah Tinggi. Jadi macam-macam nama orang ada di situ. Akan halnyaenam aktivis, Andi Arief dkk., itu ada dalam daftar pencarian orang (DPO), yangdiberikan polisi. Yang tiga, Pius Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, dan HaryantoTaslam, itu kecelakaan. Saya tak pernah perintahkan untuk menangkap mereka.Semua mencari mereka yang ada dalam DPO itu. Kita dapat brifing terus dariMabes ABRI. Kita selalu ditanyai. Sudah dapat belum Andi Arief. Tiap hariditanya. Sudah dapat belum si ini… begitu. Kejar-kejaran semua. Itu pun, maafya, meski saya tanggung jawab, saya tanya anak-anak. Eh, kalian sayaperintahkan nggak? BKO sampai nyebrang ke Lampung segala. Mereka ini namanyamau mencari prestasi. Tapi saya puji waktu mereka dapat. Mereka kan membantupolisi yang terus mencari-cari anak-anak itu. Soalnya Andi Arief kandikejar-kejar. Selain Anda, siapa lagi yang menerima daftar itu dari Pak Harto? Apakahbetul Kasad Jenderal Wiranto dan pangab saat itu, Jenderal Feisal Tanjungmenerima daftar serupa? Yang bisa saya pastikan, saya bukan satu-satunya panglima yang menerima daftaritu. Pimpinan ABRI lainnya juga menerima. Dan daftar itu memang sifatnya untukdiselidiki. Perintahnya begitu. Seingat saya, Pak Harto sendiri sudah mengakuikepada sejumlah menteri bahwa itu adalah operasi intelijen. Di kalangan ABRI,sudah jadi pengetahuan umum. Tapi, sudahlah, kalau bicara Pak Harto saya sulit.Apalagi saya tak mau memecah-belah lembaga yang saya cintai, yakni ABRI,khususnya TNI. Kok Anda dulu tidak segera membantah kalau memang merasa tidak bersalah? Hashim memang menyuruh saya. Kamu harus jawab dong. Saya malas juga. Saya kantidak berbuat. Saya percaya kebenaran akan muncul. Hashim bilang, “Tidak bisadong kalau kamu diam berarti kamu mengakui itu benar.” Memang ada teori itu.Teori pengulangan kebohongan. Kalau diulang-ulang terus, orang jadi percaya..Itu teori yang digunakan Hitler kepada rakyat Jerman. Dalam pemeriksaan di TGPF, mantan Ka BIA (Kepala Badan Intelijen ABRI—Red.)Zacky Makarim, konon mengatakan bahwa sebulan sebelum peristiwa Trisakti, adaperkiraan situasi intelijen versi Anda, yang mengatakan, eskalasi meningkat dandikhawatirkan akan ada martir di kalangan mahasiswa. Bagaimana Anda sampai padakesimpulan itu? Situasinya memang demikian. Aksi mahasiswa kan bukan cuma di Jakarta, melainkanmeluas ke daerah. Di Yogyakarta, aksi mahasiswa malah sempat bentrok.Berdasarkan analisis situasi, saya mengingatkan kemungkinan adanya eskalasi yangmemanas dan kalau aksi mahasiswa meluas, bukan tidak mungkin jatuh korban atauada pihak-pihak yang ingin ada korban di pihak mahasiswa. Itu saya ingatkan.. Tapi, justru Andadituduh bertanggung jawab atas penembakan mahasiswa Trisakti? Iyalah. Saya ini selalu dituduh. Apa untungnya bagi saya membuat jatuh korban?Saat itu kan presidennya Pak Harto. Mertua saya. Saya bagian dari status quoitu. Kan begitu tuduhannya. Masak saya membuat situasi agar Pak Harto jatuh..Pak Harto jatuh kan saya jatuh juga. Sejarah kan begitu kejadiannya. “Apa motivasi kami merancang kerusuhan,” ia bertanya. “Kepentingan kamiadalah mempertahankan kekuasaan. Saya bagian dari rezim Soeharto. Jika PakHarto bertahan tiga tahun lagi, saya mungkin sudah jadi jenderal bintang empat.Mengapa saya harus membakar ibukota? Itu bertentangan dengan kepentingan saya,selain berlawanan dengan prinsip saya.” Prabowo rnembantah kesan bahwa dia anti Cina. Katanya, seperti pada umumnyaorang Indonesia, dia tidak setuju kalau etnis minoritas Cina mengendalikansebagian besar perekonomian. “Para pengusaha Cina berpikir saya akanmenyingkirkan mereka. Tapi model ekonomi saya adalah kebijakan ekonomi baruMalaysia.” Apakah ini berarti dia tidak memulai kerusuhan untuk memberi pelajaran pada etnisCina? “Kalaupun Anda tak percaya jika saya masih memiliki rasa kemanusiaan,”bantahnya, “kalau kami menghancurkan etnis Cina, perekonomian kami juga ikuthancur. Ini seperti bunuh diri. Jika saya memulai kerusuhan, mengapa saya tidakdijatuhi dakwaan?! Sebab, bukti-bukti akan mengarah pada mereka yang menuduhsaya.”I “Dia seharusnya tak menjadi satu-satunya orang yang dipersalahkan untuk semuahal,” kata Jaksa Agung Marzuki Darusman kepada Asiaweek. “Dia sekadar sasaranyang empuk.” Tapi itulah yang terjadi. Dengan dikambing-hitamkannya Prabowo,tidak seorangpun kemudian akan berusaha mencari tersangka lain, atau menuntutjatuhnya karir perwira lainnya. Tak seorangpun akan balas dendam terhadaporang-orang yang masih hilang. Tak seorangpun memerlukan pengakuan bersalah..Sejauh ada cukup kepercayaan bahwa masalah seseorang akan lenyap bila ada pihaklain, baik perorangan maupun kelompok, yang dapat dipersalahkan dan ke-mudiandisingkirkan. (Dengan reportase tambahan oleh Arif Mustolih, Jakarta) Sementara terkait penembakan mahasiswa dalam peristiwa Trisakti, hasil ujibalistik di Belfast, Irlandia Utara, memperlihatkan bahwa peluru tersebutberasal dari senjata milik Gegana, Polri, bukan tipe senjata yang digunakanoleh TNI. Penembakan itu juga tidak mungkin dilakukan oleh sniper karena peluruyang digunakan jenis kaliber 5,56mm, sementara senjata sniper berkaliber 7mm keatas. Target penembakan juga acak, berbeda dengan pola penembakan sniper yangakan memilih pemimpin demonstrasi atau sasaran strategis tertentu. Demikian beberapa cuplikan wawancara dengan Prabowo , terkait kerusuhan Mei1998 yang saya ambil dari berbagai sumber secara kopas, untuk dapatnya kitamenilai secara jernih keterkaitan Prabowo dalam kerusuhan tsb. Ada lagi hal yang menarik sehubungan kerusuhan Mei 1998 yang justru datang darikeluarga korban kerusuhan tsb. Dukungan terhadap bakal calon presiden dari Partai Gerindra, PrabowoSubianto, mengalir dari keluarga korban tragedi Trisakti 1998. Lasmiyati, ibudari mahasiswa korban bernama Heri Hertanto, yakin bahwa Prabowo tidak terlibatsebagai dalang dalam tragedi tersebut. "Beliau sudah ke rumah saya dan bersumpah bahwa Pak Prabowo tidak terlibatdan saya meyakini itu," ujar Lasmiyati dalam siaran pers yangditerima Kompas.com, Senin (12/5/2014). PENUTUP: : Dari ulasan wawancara danfakta yang terungkap diatas, kecil kemungkinan Prabowo adalah dalangkerusuhan Mei 1998 Penembakan mahasiswa Trisakti , jelas bukan dari senjata TNI, karena dari ujibalistik di Belfast, Irlandia Utara, terbukti merupakan peluru dari senjatamilik Gegana, Polri dgn kalibwr 5,56mm dan bukan milik sniper dgn kaliber 7mmkeatas. Prabowo adalah kambing hitam penggantian rezim , berada ditempat danwaktu yang memungkinkan untuk di korbankan saat kerusuhan Mei 1998. Nah loe..... Selamat malam dan MERDEKA! referensi : https://soedoetpandang.wordpress.com/tag/soeharto/ http://id.wikipedia.org/wiki/Prabowo_Subianto http://nasional.kompas.com/read/2014/05/12/1827139/Keluarga.Korban.Trisakti..1998.Dukung.Prabowo.Jadi.Capres Op vrijdag 7 december 22:11 2018 schreef S Manap het volgende: Kata-kata Prabowo itu perlu diragukan atau dengan kata lain tidak perlu dipercaya. Mengapa? Ya, lihat saja siapa-siapa, partai apa, golongan apa saja yang berhimpun di belakang Prabowo, yang menjadi pendukung Prabowo. Asal masalah itu sudah jelas orang akan dengan mudah mengambil kesimpulan bahwa kata-kata Prabowo itu merupakan satu kepalsuan belaka. S M. Den fredag 7 december 2018 21:50:39 CET, Sunny ambon skrev: Siapa yang mengharuskan?