Iyaalaah, ... setiap tingkat perjuangan tentu ada titik berat yang perlu dikerjakan sesuai kondisi nyata yang dihadapi, itulah Rencana 5 Tahun yg tetap di jalankan Tiongkok dalam usaha pembangunan nasional nya. Selalu BERUBAH sesuai perubahan dan kebutuhan nyata yang dihadapi ketika itu.

Percobaan senjata nuklir bisa saja dianggaqp sudah cukup dan dihentikan, .... beralih keroket dan peluru kendali bahkan Ruang-angkasa dan dialihkan ke pembangkit listrik tenaga-nuklir yg kayaknya juga digunakan di Tiongkok.

Mengapa Chin Yong lebih menekankan kemakmuran rakyat ketimbang percobaan nuklir, mungkin saja termakan propagan barat ketika itu, bahwa begitu miskin kehidupan rakyat Tiongkok sampai puluhan juta mati-kelaparan! Lha, kalau betul begitu, kenapa dana utk percobaan nuklir itu tidak dialihkan menolong rakyatnya??? Kejam amat pemerintah Tiongkok yg katanya mewakili rakyat? Tapi, Kenyataannya kan TIDAK BEGITU! Sekalipun kemiskinan tidak perlu disangkal, dan serba kekurangan sehingga harus gunakan kupan untuk PEMBAGIAN lebih adil dan merata bagi seluruh rakyat, .... membuat 600 juta rakyat Tiongkok ketika itu, tidak sampai ada yang mati kedinganan dan kelaparan!


kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] 於 10/12/2018 2:13 寫道:
Test nuclear Tiongkok terakhir tahun 1996.
Bukan berarti tidak memperbanyak senjata nuclearnya.

Pada tanggal Min, 9 Des 2018 pukul 17.56 jonathango...@yahoo.com <mailto:jonathango...@yahoo.com> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> menulis:


    Pada akhirnya Tiongkok mengikuti saran Chin Yung secara gradual
    mengurangi dan kemudian menghentikan test2 nuclear-nya pertengahan
    90-an, setelah itu ekonomi berkembang pesat dengan growth sekitar
    9-10% pertahun.

    ---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>,
    <djiekh@...> wrote :

    Yang saya herani, Chin Yung semestinya banyak mempelajari sejarah
    untuk menulis cerita silatnya.
    Negeri yang hanya ekonominya makmur, tetapi tidak memperhatikan
    kekuatan pertahanan, akhirnya
    diduduki kekuasaan Mongol.

    Pada tanggal Min, 9 Des 2018 pukul 13.22 ChanCT <sadar@...
    <mailto:sadar@...>> menulis:

            Betuuul bung Djie, yang saya maksudkan Kam Yong adalahn
            penulis cersil legendaris louis Cha Liang Yong ini! Dan
            nampaknya jalan pikiran pesilat yang lebih menitik
            beratkan keunggulan perseorangan terbalik dengan perang
            RAKYAT yang bersandar pada keunggulan kekuatan orang
            banyak, ...! Jadi, Kam Yong ditahun 63, menentang RRT
            meneruskan usaha percobaan nuklir dengan menggadaikan
            celana! Dia tidak bisa mengerti usaha keberhasilan RRT
            meledakkan bom-atom ditahun 1964 dan kemudian berlanjut di
            tahun 1971 berhasil meluncurkan satelit dengan
            kemandangkan lagu "Dong Fang Hong" (Merah Diufuk Timur)
            diangkasa-raya itulah justru yg memaksa AS merubah
            strategi-taktiknya melawan Tiongkok komunis, dari blokade
            sejagad utk mencekik mati RRT, menjadi berdamai dengan
            Presiden Nixon awal 1972 terbang ke Beijing untuk
            bersalaman dengan Ketua Mao, ...


            kh djie 於 9/12/2018 12:17 寫道:
            Penulis novel cerita silat legendaris Louis Cha, yang
            dikenal dengan nama pena Jin Yong, meninggal dunia di
            Rumah Sakit dan Sanatorium Hong Kong tanggal 30 sore pada
            usia 94 tahun. Dilahirkan di Haining, Provinsi Zhejiang,
            Daratan Tiongkok, pada 1924, Jin Yong mulai menulis
            cersil saat berusia delapan tahun. Dari novel pertamanya
            "Pedang dan Kitab Suci" (書劍恩仇錄) yang pada awalnya
            diterbitkan sebagai cerita seri di harian Xin Wan Bao di
            Hong Kong pada 1955, Jin Yong secara keseluruhan menulis
            15 novel cersil sebelum bersumpah tidak akan menulis
            novel lagi pada 1972. Novel-novel terkenalnya seperti
            "Pendekar Negeri Tayli" (天龍八部) dan "Pendekar Pendekar
            Pemanah Rajawali" (射雕英雄傳) diminati di seluruh dunia,
            membuat Jin Yong dihormati sebagai penulis novel cersil
            paling berpengaruh pada abad ke 20.
                Novel cersil Jin Yong bisa ditemukan di setiap
            pelosok yang dihuni orang Tionghoa, dan banyak yang telah
            difilmkan, baik menjadi film layar lebar maupun film
            serial televisi. Bagi pendiri Harian Ming Pao ini,
            semangat persilatan (wu xia) terletak pada huruf "xia."
                Melalui novel cersil dan karakter-karakter dunia
            persilatan yang diciptakannya, Louis Cha adalah
            pendamping puluhan ribu pembaca di berbagai pelosok
            dunia. Dunia wuxia tidak akan sesemarak sekarang tanpa
            Jin Yong.
            *Jin Yong*
            Jin Yong, yang memiliki nama asli Cha Liang Yong atau
            dikenal sebagai Louis Cha di kalangan internasional,
            dilahirkan di Zhejiang China pada tahun 1924. Dia
            sebenarnya belajar untuk menjadi seorang diplomat namun
            malah mengejar karir di bidang jurnalistik. Bosan hanya
            menulis berita, Jin Yong mulai mencoba menulis resensi
            film, menulis skenario film, sampai pada akhirnya menulis
            novel. Menulis novel inilah rupanya kekuatan utama dari
            Jin Yong.

            Novel pertama Jin Yong ditulis pada tahun 1955 dengan
            judul Pedang dan Kitab Suci (Shu Jian En Chou Lu). Novel
            ini diterbitkan secara berseri di suratkabar Xin Wan Bao,
            Hong Kong, dan mendapat sambutan yang luar biasa dari
            masyarakat. Jin Yong kemudian mendirikan suratkabarnya
            sendiri, dengan nama harian Ming Pao Daily, dan
            menerbitkan novel-novelnya secara berkala di
            suratkabarnya tersebut.

            Secara total terdapat 13 novel (12 novel panjang dan 1
            novel pendek) dan 2 cerita pendek yang ditulis Jin Yong
            dalam selang waktu 17 tahun, dari tahun 1955 sampai 1972.

            Tahun 1972 Jin Yong menyelesaikan penulisan novelnya yang
            terakhir, Kaki Tiga Menjangan (Lu Ding Ji), yang telah
            dimulainya sejak 1969 dan berikrar untuk tidak menulis
            novel lagi. Sampai hari ini ikrarnya masih tetap
            dipegang, namun nama besarnya terus hidup.

            Karya-karyanya :
            1955> Shu Jian En Chou Lu / Pedang dan Kitab Suci
            1956> Bi Xue Jian / Pedang Ular Emas
            1957> She Diao Ying Xiong Zhuan / Legenda Pendekar Rajawali
            1959> Shen Diao Xia Lu / Kembalinya Sang Pendekar Rajawali
            1959> Xue Shan Fei Hu / Rase Terbang dari Pegunungan Salju
            1960> Fei Hu Wai Zhuan / Si Rase Terbang
            1961> Yi Tian Tu Long Ji / Pedang Langit & Golok Naga
            1961> Yuan Yang Dao / Sepasang Golok Mustika
            1961> Bai Ma Xiao Xi Feng / Kuda Putih Menghimbau Angin Barat
            1963> Lian Cheng Que / Pedang Hati Suci
            1963> Tian Long Ba Bu / Pendekar-Pendekar dari Negeri Tayli
            1965> Xia Ke Xing / Medali Wasiat
            1967> Xiao Ao Jiang Hu Hina Kelana
            1969> Lu Ding Ji / Kaki Tiga Menjangan
            1970> Yue Nu Jian /Pedang Puteri Yue

            Pada tanggal Min, 9 Des 2018 pukul 04.38 ChanCT SADAR@...
            <mailto:SADAR@...> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com
            <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> menulis:

                Pagi ini saya baca satu tulisan baguuus, kisah
                PERTENGKARAN atau debat terbuka (awal tahun
                1963-1965) antara koran "Da Gong", yang biasa
                dikatakan corong pemerintah RRT dengan koran "Ming
                Pao" yg redakturnya Kam Yong, penulisa cersil (cerita
                silat) kenamaan yg meninggal bulan lalu.

                Perdebatan sengit dimulai dari perbedaan pendapat
                soal Percobaan Nuklir. Rupanya diawal tahun 1963,
                Kruschove ketika itu keluarkan pernyataan mengejek
                RRT, dimana ekonomi masih sangat MISKIN pasti TIDAK
                berkemampuan meneruskan percobaan nuklir. Marshekal
                Chen Yi, Menlu RRT ketika itu menjawab dengan sangat
                menantang, sekalipun harus gadaikan celana, RAKYAT
                Tiongkok PASTI berhasil ledakkan bom-Atom! Terjadilah
                perdebatan, Kam Yong yang berpendapat, "Lebih baik
                TETAP bercela ketimbang meneruskan percobaan nuklir!"
                dan "pernyataan menlu Chen Yi itu menunjukkan
                pemerintah RRT lebih mengutamakan pertahanan
                ketimbang kehidupan rakyat banyak, ..."

                Namun Menlu Chen Yi juga TIDAK SETUJU perdebatan
                sengit sampai menuduh Kam Yong, REMO dan penghianat
                bangsa, ...! Setiap orang boleh-boleh saja mempunyai
                pendapat berbeda dan itu karena sudut pandang yang
                berbeda dengan penekanan yang berbeda. Dan kenyataan
                saat pelepasan jenasah Kam Yong, tidak sedikit
                pemimpin RRT, termasuk Xi Jinping memberikan
                karangan-bundga turut belasungkawa dengan kepergian
                Kam Yong.

                Maksud saya, dalam menghadapi Reuni 212 yg jumlah
                pesertanya cukup banyak, sekalipun juga PASTI tidak
                ada 11 juta seperti diuarkan Prabowo, SATU Juta saja
                sudah cukup fantastis, dan jangan dimusuhi warga yang
                jutaan itu, hanya karena kehadiran dilapangan MONAS
                hari itu, apapun alasannya! Cukup segelintir
                pentolan-pentolan provokator dan organisatornya saja
                yg perlu diawasi! Massa rakyat peserta Reuni 212,
                meyoritas-mutlaknya PASTIlah baik-baik, datang
                ke-MONAS dengan segala kepolosan dan kejujuran utk
                KEADILAN!

                Disinilah PERTARUNGAN POLITIK sesungguhnya terjadi,
                ... begitu kubu Jokowi-Maruf ramai-ramai menggempur
                Reuni 212 dengan segala tuduhan dan kebencian, akan
                berarti termakan provokator yg berhasil kerahkan
                Reuni 212 kemarin itu, maka bisa dipastikan Pilpres
                2019 beberapa bulan mendatang, sebagaimana seruan
                Reuni 212 "Ganti Presiden" bisa menjadi kenyataan, ...

                Salam-DAMAI,

                ChanCT


                ajeg ajegilelu@... <mailto:ajegilelu@...> [GELORA45]
                於 9/12/2018 10:15 寫道:
                Ya jelas pertarungan politik.
                Memangnya Anda kira lomba apa?

                --- noroyono1963@... wrote:

                */"All that glitters is not gold" !/*
                */"Es ist nicht alles Gold, was glänzt" !/*
                */
                /*
                //"Indah kabar dari rupa", fiksi dipropagandakan
                sebagiai fakta, kebohongan dan keculasan digambarkan
                sebagai kejujuran -- kesemua fenomena ini merupakan
                bagian tak terpishkan dari sebuah pertarungan
                politik.////
                */
                /*
                *NRY*
                *09/12/2018*


                Op zaterdag 8 december 5:16 2018 schreef ajeg het
                volgende:
                Bukan reuni suku, agama, ras, antargolongan.

                ---
                Ikut Reuni 212, Perempuan China Non Muslim Bongkar
                Jati Diri PKS

                By raja insani – Desember 02, 2018
                Inline image

                Tak hanya umat Islam yang ikut aksi Reuni 212 yang
                berlangsung di Monumen Nasional (Monas) Jakarta
                Pusat dan sekitarnya, melainkan juga ada dari
                kalangan pemeluk lain.

                Namanya Shilla (27) dan Hokiat (50). Dua perempuan
                berwajah "china" atau oriental dan non-muslim ini
                mengaku bangga mengikuti Aksi Reuni 212 seraya
                mengenakan topi bertuliskan Kalimat Tauhid.

                Dua perempuan beda generasi itu hadir bersama 30
                orang rombongan kaum muda.... Hokiat mengaku datang
                sendiri dari Kelurahan Tomang, Jakarta Barat, lalu
                bertemu Shila dan rombongannya dari Kelurahan
                Setiabudi, Jakarta Pusat.

                Ketika diajukan pertanyaan mengenai adanya imbauan
                bagi para Kader dan Simpatisan Partai Keadilan
                Sejahtera (PKS) untuk mengikuti aksi ini, mereka
                berdua dapat memahami. Sebab, menurut mereka, hal
                itu menunjukkan PKS selalu konsisten dalam
                menunjukkan keberpihakannya kepada umat Islam.

                "Saya melihat, hal itu wajar ya, karena membela
                agamanya. Kami melihat PKS juga menghormati agama
                lain, PKS masih Pancasila. Bahkan teman-teman saya
                (non muslim-red) banyak di PKS," aku Hokiat.

                Shilla memandang, PKS merupakan partai yang
                konsisten kepada rakyat.

                "Sampai saat ini, saya melihat PKS tetap konsisten
                dengan kebijakan yang membela rakyat. PKS masih
                bertoleransi tinggi, PKS masih Pancasila," imbuh Shilla.

                Mengenai janji kampanye PKS baru-baru ini, keduanya
                berharap rencana penghapusan pajak motor dan
                pemberlakuan SIM seumur hidup dapat dikaji lebih
                matang lagi.

                "Saya berharap, kalau PKS sudah menduduki kursi
                nanti, kebijakan ini bisa dihitung matang-matang.
                Kalau sepeda motor banyak kan jadi pertimbangan.
                Selama mendukung rakyat, saya tidak masalah. Yang
                penting tidak terjadi pro kontra ke depannya," ujar
                keduanya.

                Berkaitan dengan aksi ini, mereka sepakat bahwa
                kedatangannya adalah bentuk solidaritasnya untuk
                Umat Islam, meskipun berbeda agama.

                "Ini bentuk solidaritas kita untuk Umat Islam. Kita
                percaya kepada Islam. Islam itu penuh toleransi.
                Saya membuktikan sendiri, kepada teman non Muslim
                yang lain, ngga usah khawatir akan dipersekusi. Ini
                menunjukan kesetiakawanan kami kepada teman-teman
                kami yang muslim," ujar Hokiat dengan bangga.

                Senada, Shilla mengungkapkan alasannya ikut aksi
                Reuni Akbar 212 ini....

                "Kita ingin menunjukan, persepsi selama ini bahwa
                umat Islam tidak bisa bertoleransi, itu salah. Kami
                selama ini berdampingan, damai. Kami membuktikan
                dengan aksi di sini juga damai, nyaman dan tidak ada
                persekusi sama sekali," ungkap Shilla, satu-satunya
                non Muslim dalam rombongannya.


                On Monday, December 3, 2018, 11:09:03 PM GMT+7, ajeg
                wrote:

                *Cerita Non Muslim yang Ikut Reuni 212, Ternyata
                Begini Dia Diperlakukan*




---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke