https://bisnis.tempo.co/read/1158675/keuntungan-terbesar-divestasi-freeport-belum-diraih-ri-jika/full&view=ok
Keuntungan Terbesar Divestasi Freeport Belum
Diraih RI Jika...
Reporter:
Caesar Akbar
Editor:
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 25 Desember 2018 13:15 WIB
Limbah Tidak Jadi Prioritas Kontrak Freeport
<https://statik.tempo.co/data/2017/05/09/id_605388/605388_620.jpg>
Limbah Tidak Jadi Prioritas Kontrak Freeport
*TEMPO.CO*, *Jakarta* - Institute for Development of Economics and
Finance alias Indef mengingatkan nilai keuntungan terbesar dari
divestasi PT Freeport
<https://bisnis.tempo.co/read/1157723/divestasi-saham-freeport-mcmoran-menguntungkan-kedua-pihak>
Indonesia kemungkinan belum bisa diraih oleh Indonesia. Pasalnya, hingga
kini pengelolaan tambang emas dan tembaga di Papua itu masih dikuasai
oleh Freeport McMoran Inc. kendati saham mayoritas telah digenggam oleh
Indonesia.
*Baca:* Freeport Diibaratkan Kontrak Rumah, Ini Penjelasan Rhenald
Kasali
<https://bisnis.tempo.co/read/1158638/freeport-diibaratkan-kontrak-rumah-ini-penjelasan-rhenald-kasali>
"Kalau pengelolaanya bukan di kita, bisa jadi kalaupun untung yang
terbesarnya bukan untuk kita," kata Direktur Eksekutif Indef Enny Sri
Hartati di Jakarta, Sabtu, 22 Desember 2018. Ditambah kondisi hingga
saat ini Indonesia masih tertinggal dalam penguasaan teknologi untuk
mengelola pertambangan itu.
Apabila merujuk kepada Undang-undang tentang Mineral dan Batubara, Enny
mengatakan pertambangan Freeport seyogyanya mesti dikuasai atau dikelola
oleh negara agar keuntungannya dapat didedikasikan untuk kepentingan
nasional. Dalam perihal divestasi yang rampung beberapa hari lalu
dinyatakan bahwa perusahaan negeri Abang Sam masih mengelola
pertambangan itu, ditandai dengan posisi komisaris utama dan direktur
utama yang masih ditempati oleh sosok-sosok dari Freeport.
"Pertanyaannya, sekalipun kita punya saham tetapi hak pengelolaan di
Freeport, lalu bagaimana ini bisa menjadi tata kelolanya bisa
sebesar-besarnya untuk kepentingan kita?" kata Enny. Satu-satunya,
keuntungan yang bisa diperoleh Indonesia adalah adanya peningkatan
dividen dengan adanya kepemilikan saham mencapai 51 persen itu. "Tapi
itu pun kalau untung."
PT Indonesia Asahan Alumunium alias Inalum sebelumnya menebus 51,2
persen perusahaan tambang PT Freeport Indonesia senilai US$ 3,85 miliar
atau Rp 55,8 triliun (dengan kurs Rp 14.500). Dengan nilai bombastis
itu, Enny menyebut Indonesia hanya dapat satu keuntungan, yaitu dividen.
Sementara Freeport dapat sejumlah keuntungan.
"Sudah dapat uang yang begitu besar, dapat hak pengelolaan, dan dapat
perpanjangan kontrak, sementara kita hanya dapat saham," kata Enny.
"Kita tidak banyak mendapat keuntungan, kecuali dividen."
Malahan, ke depannya, Enny khawatir mengenai adanya dampak lingkungan
dari pertambangan emas dan tembaga itu. Sebab, selama ini kalau ada
risiko yang akan dituntut adalah sang pemilik.
Saat ini, dengan penguasaan saham mayoritas itu, pemerintah mesti ikut
bertanggungjawab atas pemulihan lingkungan juga. "Karena pemerintah
memegang saham 51 persen, risiko sudah pasti (ditanggung Indonesia),
kalau untung ini namanya mimpi," ucap Enny.
Sebelumnya, CEO PT Freeport-McMorran Copper & Gold Inc., Richard
Adkerson mengatakan akuisisi saham Freeport oleh PT Indonesia Asahan
Alumunium (Persero) atau Inalum sebesar 51,2 persen menguntungkan.
*Baca: *Mahfud MD Bicara Panjang soal Perpanjangan Kontrak Freeport
<https://bisnis.tempo.co/read/1158448/mahfud-md-bicara-panjang-soal-perpanjangan-kontrak-freeport>
"Kami sangat antusias mengenai kelanjutan bisnis kami terkait kerja sama
dengan Inalum. Ini sangat positif bagi Indonesia dan Freeport
<https://bisnis.tempo.co/read/1158454/inalum-tak-ada-yang-digadaikan-dalam-pembelian-saham-freeport>.
Ini menjadi kesepakatan yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak,"
kata Richard di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 21 Desember 2018.
*FRISKI RIANA*