ttps://www.antaranews.com/berita/781117/ingatan-bersama-tentang-sejarah-
indonesia-diperlukan-untuk-jaga-toleransi
Ingatan bersama tentang sejarah
Indonesia diperlukan untuk jaga
toleransi
Selasa, 25 Desember 2018 13:51 WIB
Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo dalam konferensi pers tentang
pesan Natal 2018 di Gereja Katedral Jakarta, Selasa (25/12/2018).
(ANTARA News/Azizah Fitriyanti)
... saat itu semua wakil dari berbagai suku bersatu padu, tidak ambil
pusing suku mana, agama apa, tapi bersatu bersama-sama membangun dan
mengembangkan semangat kebangsaan itu..
Jakarta (ANTARA News) - Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo
berpendapat bahwa ingatan bersama tentang sejarah kebangsaan Indonesia
perlu kembali digalakkan untuk menjaga toleransi dan persaudaraan
masyarakat.
Usulan tersebut disampaikan Uskup Agung Ignatius dalam konferensi pers
di Gereja Katedral Jakarta, Selasa, untuk menanggapi makin tingginya
kasus intoleransi di Indonesia akhir-akhir ini.
"Meskipun intoleransi mengacu pada suku, agama, ras, dan antargolongan,
tetpai harus diakui kasus yang sering terjadi di antara umat beragama,
kasusnya memang tidak banyak yang sampai membahayakan atau mencemaskan,
tetapi gejala-gejala itu jika tidak diatasi, tidak diperhatikan, tidak
diolah, maka bisa berbahaya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia,"
kata dia.
Menurut Romo Ignatius, peristiwa bersejarah yang perlu disebarkan lagi
sebagai ingatan bersama bangsa Indonesia adalah Kebangkitan Nasional
1908 yang kini diperingati setiap tanggal 20 Mei dan Sumpah Pemuda 1928
yang diperingati tiap 28 Oktober.
"Kedua peristiwa itu ingatan bersama yang bukan main, saat itu semua
wakil dari berbagai suku bersatu padu, tidak ambil pusing suku mana,
agama apa, tapi bersatu bersama-sama membangun dan mengembangkan
semangat kebangsaan itu," kata dia.
Oleh karena itu, Uskup Agung merasa perlu mempertanyakan sejarah
kebangsaan seseorang atau suatu kelompok yang melakukan atau menyebarkan
intoleransi karena pada dasarnya, nilai-nilai kebangsaan Indonesia yang
tercantum pada dasar negara Pancasila diambil dari sari-sari nilai
budaya yang baik dan dicontohkan oleh para pendiri bangsa.
"Belum lagi kalau kita baca sejarah lahirnya Pancasila pada 18 agustus
1945, kalau bukan karena rahmat Tuhan dan kehebatan para pendiri bangsa
kita itu tidak akan jadi. Ingatan bersama itulah yang harus kita rawat,"
kata dia.
*Baca juga: Uskup Agung Katedral Jakarta pimpin doa bagi korban tsunami
Selat Sunda
<https://www.antaranews.com/berita/781089/uskup-agung-katedral-jakarta-pimpin-doa-bagi-korban-tsunami-selat-sunda>
Baca juga: Uskup Agung Jakarta harapkan Pemilu 2019 tak sekadar
demokrasi prosedural
<https://www.antaranews.com/berita/781112/uskup-agung-jakarta-harapkan-pemilu-2019-tak-sekadar-demokrasi-prosedural>
Baca juga: Uskup Agung sampaikan pesan Natal 2018
<https://www.antaranews.com/berita/781069/uskup-agung-sampaikan-pesan-natal-2018>*
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Arief Mujayatno
COPYRIGHT © ANTARA 2018
* TAGS:
* natal 2018 <https://www.antaranews.com/tag/natal-2018>
* toleransi <https://www.antaranews.com/tag/toleransi>
* katedral jakarta <https://www.antaranews.com/tag/katedral-jakarta>