https://seword.com/politik/tiangtiang-optimisme-Vl16VgDLh


       Tiang-Tiang OPTIMISME

Frederik Yosef . 5 hours ago . 4 min read . 0

Tiang-Tiang OPTIMISME

 * Politik <https://seword.com/category/politik>
 *

 *


 *



 *




Sore hari itu, langit tampak gelap dan awan mulai mendung. Ketika kami melewati jalan tol Jagorawi arah ke Bogor, dalam perjalanan menuju rumah mertua saya di Depok. Terlihat sepanjang jalan tiang-tiang tegak, kokoh, berdiri dengan begitu kuat dan megahnya seperti tidak terpengaruh dengan kondisi cuaca yang terjadi pada saat itu.

Sudah sangat lama sekali sejak terakhir saya melihat konstruksi bangunan yang terbentang dengan gagah dan luar biasa di negeri ini. Timbul rasa bangga bahwa apa yang saya lihat tersebut sedang terjadi di negara kita tercinta, Indonesia. Dimana sebelumnya kita hanya bisa memandang kagum negara lain dan pesimis tentang negara kita sendiri.

Saat itu saya tertegun sejenak dan terlintas dalam pikiran saya bahwa kita bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain, kita bisa membangun suatu mega proyek transportasi massal yang mungkin lebih baik dibandingkan dengan yang sudah dibangun di negara-negara berkembang lainnya atau negara maju sekalipun, kita patut berbangga hati bahwa negara kita juga bisa melakukan hal-hal yang besar.

Seketika saya menjadi pribadi yang optimis, optimis bahwa apa yang telah dan sedang dikerjakan oleh pemerintah terpilih yang telah diberikan mandat oleh rakyat pada Pemilu 2014 yang lalu berada dalam jalur yang benar. Dan mungkin saya sedikit paham mengapa Presiden kita, Ir. H. Joko Widodo fokus pada pembangunan Infrastruktur pada periode pertama pemerintahannya ini. Saya kira fokusnya bukan hanya di bangunan secara fisik saja, melainkan kepada memiliki sikap optimis sebagai bangsa yang besar.

Bangsa yang mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain. Bangsa yang memiliki kebanggaan /proud of the nation/. Atau dalam istilah Bung Karno yaitu berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). (https://alwishahab.wordpress.com/2001/10/27/politik-berdikari-bung-karno/)

Rasa optimisme ini penting, tanyakan pada diri kita sendiri kapan terakhir kali kita merasakan optimisme ini sebagai kepribadian bangsa? Justru pada saat-saat inilah titik puncak optimisme Bangsa Indonesia.

Oleh karena itu saya memberi nama tiang-tiang tersebut sebagai *Tiang-Tiang Optimisme*.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) optimis adalah: orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. (https://kbbi.web.id/optimis)

Berpengharapan/berpandangan baik adalah fokus utama dari pembangunan infrastruktur. Sehingga setiap kali melihat infrastruktur yang telah dan sedang dibangun, diharapkan masyarakat memiliki pengharapan maupun pandangan yang baik tentang kondisi bangsa & negara Indonesia di waktu yang akan datang.

Terlebih menurut data Survey Penduduk Antarsensus (Supas) 2015 Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bappenas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 diproyeksikan sebanyak 266,91 juta jiwa dan terus bertambah hingga mencapai angka 318,96 juta jiwa di tahun 2045.

(https://www.bps.go.id/publication/2016/11/30/63daa471092bb2cb7c1fada6/profil-penduduk-indonesia-hasil-supas-2015)

Atau dengan kata lain ada pertambahan penduduk sekitar 2 juta jiwa per tahun. Jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak ini tentunya akan menjadi peluang dan juga tantangan. Peluang karena sebagian besar penduduk Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) dan tentunya juga menjadi tantangan apakah penduduk dengan usia produktif tersebut dapat memperbaiki daya saing bangsa di dunia internasional.

Bonus demografi (usia produktif) yang akan dialami oleh bangsa Indonesia ke depan apakah bisa membuat kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri atau hanya sekedar menjadi penonton? Hal tersebut bisa terjawab dengan sikap optimisme. Maka ketika kita optimis kita akan berusaha untuk mengembangkan kompetensi diri, lebih disiplin dalam segala hal, belajar untuk mengetahui lebih banyak dan tidak menutup diri terhadap perkembangan teknologi.

Hal Itulah yang diinginkan oleh Presiden Indonesia Ir. H. Joko Widodo. Walaupun banyak suara sumbang tentang pembangunan infrastruktur tersebut dan tuduhan bahwa negara berhutang untuk infrastruktur yang kata mereka tidak produktif.

(https://fajar.co.id/2017/10/19/tanggapi-infrastruktur-dijaman-jokowi-fadli-zon-rakyat-tidak-makan-beton-tapi-nasi)

Presiden terus maju dan berkomitmen untuk menyelesaikannya dimasa periode pertama pemerintahannya. Terlebih hal mengenai utang ini selalu diulang-ulang untuk menakuti masyarakat dan terkadang saya gerah juga melihatnya.

Untuk saya pribadi, berhutang bukanlah suatu hal yang keliru dan salah sepanjang tidak di luar kemampuan kita untuk membayar dan untuk hal yang produktif. Saya sendiri dengan istri saya berhutang untuk membeli rumah pertama dengan cara KPR /kredit kepemilikan rumah/. Karena kami bukan dari keluarga kaya dan tidak memiliki banyak uang untuk membeli secara cash.

Awalnya memang terasa khawatir apakah kami mampu untuk melakukannya, syukur kepada Tuhan setelah proses AKAD selesai dan proses KPR disetujui, dilanjutkan dengan serah terima maka kami menerima kunci rumah pertama kami bahkan saat usia pernikahan kami belum genap mencapai satu tahun! Saat itu kami dipenuhi rasa syukur&bangga karena telah memiliki rumah dan kami pun optimis bahwa kami sudah siap untuk menjalani kehidupan rumah tangga.

Akhir kata rasa bangga dan sikap optimis itu yang sedang dibangun oleh Presiden Ir. H. Joko Widodo dibalik pembangunan infrastruktur yang sedang dia kerjakan saat ini. Oleh karena alasan tersebut saya rasa bijak rasanya jika kita memberikan kesempatan sekali lagi untuk periode berikutnya kepada Presiden Ir. H. Joko Widodo untuk memimpin bangsa ini lima tahun ke depan, supaya kita sebagai bangsa tetap optimis melangkah di tengah berbagai tantangan dan rintangan yang mungkin akan muncul di tahun-tahun mendatang.

*KITA HARUS OPTIMIS!!*

#01IndonesiaMaju

#JokowiLagi





Kirim email ke