Artikel <https://www.antaranews.com/slug/artikel>
Menikmati Jakarta saat dipeluk malam
Oleh Fauzi Selasa, 25 Juni 2019 04:46 WIB
Menikmati Jakarta saat dipeluk malam
Suasana malam hari di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat,
Selasa (25/6/2019) (ANTARANEWS/FAUZI LAMBOKA)
Jakarta (ANTARA) - Bagi sebagian orang, mengunjungi ibu kota tidak akan
sempurna, jika tidak menikmati Jakarta pada malam hari. Keindahan kota
pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Indonesia menjadi daya tarik
khusus untuk mereka yang datang dari banyak daerah di Indonesia.
Setelah menyelesaikan aktivitas sepanjang siang, para pengunjung
biasanya berleha-leha menghabiskan malam hari di beberapa sudut Jakarta
yang terjangkau mudah dan sekaligus murah oleh kantong mereka.
Biasanya dalam semalam, pengunjung telah menentukan dua sampai tiga
lokasi, walaupun untuk sekadar mengambil gambar kenang-kenangan guna
diunggah pada media sosial mereka. Sebagian pengunjung mencari lokasi
penyaji jajanan yang bisa dinikmati bersama rekan kerja mereka.
*Bundaran HI*
Bundaran Hotel Indonesia (HI) di Jakarta Pusat adalah satu di antara
banyak objek wisata malam ibu kota yang wajib dikunjungi oleh siapa pun
yang tengah melancongi Jakarta. Pancaran lampu warna-warni di malam hari
nan indah kemilau, memaksa pengunjung menghabiskan waktu sampai dinihari
hanya demi menghilangkan penat sehabis beraktivitas sepanjang siang.
“Saya dan kawan-kawan wajib datang ke bundaran HI, walaupun hanya minum
kopi atau foto bersama,” kata Ramadhan, pengunjung asal Makassar,
Sulawesi Selatan.
Berstatus pekerja swasta, Ramadhan mengunjungi Jakarta dalam satu hingga
dua hari, untuk menyelesaikan urusan kantor yang tuntas sore hari.
Malamnya, Ramadhan dan kawan-kawan menikmati Jakarta saat tidak lagi
disinari mentari.
“Biasanya kami sudah tentukan tempatnya, jika selesai di bundaran HI,
kemudian ke Jalan Sabang untuk makan dan berakhir di Monas,” kata Ramadhan.
Bagi Ramadhan, Bundaran HI adalah lokasi strategis yang terjangkau dari
mana-mana, entah dari =arah Jalan MH Thamrin, Jalan Sudirman, Jalan
Sutan Syahrir, atau Jalan Kebon Kacang Raya.
Suasana malam hari di Tugu Monas, Jakarta Pusat. (ANTARANEWS/FAUZI LAMBOKA)
*Monas*
Tugu Monumen Nasional (Monas) di Jakarta Pusat adalah ikon yang sangat
identik dengan Jakarta. Tugu yang dibangun pada 1961 itu senantiasa
ramai dikunjungi orang baik warga Jakarta maupun warga luar Jakarta.
Tugu setinggi 132 meter itu bertungkup emas seberat 50 kilogram di
puncaknya. Saat dibangun, bobot emas di puncak Monas adalah 32 kilogram.
Kemudian, bertambah 18 kilogram saat perayaan ulang tahun emas Repulik
Indonesia pada 1995.
Dewi, pegawai negeri sipil (PNS) asal Aceh, mengaku setia mengunjungi
Monas, jika sedang kunjungan kerja di Jakarta.
“Kalau siang hari tidak sempat, saya biasanya datang malam hari bersama
teman-teman,” kata Dewi.
Bagi dia, mengunjungi Monas tidak sekadar menikmati suasana malam dan
berbelanja oleh-oleh untuk keluarga, karena dia selalu teringkat pada
nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan ikonik ini.
Dewi berseru, "Sejarah mencatat, jika penyumbang emas di puncak Monas
adalah masyarakat Aceh dan itu harus diingat."
Dewi dan teman-teman selalu menyempatkan untuk menikmati kuliner Jalan
Sabang atau menikmati wisata sejarah di Kota Tua.
Suasana malam hari di Kota Tua, Jakarta. (ANTARANEWS/FAUZI LAMBOKA)
*Kota Tua*
Ikon kota Jakarta wajib kunjung malam hari lainnya adalah Kota Tua di
Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Keramaian Kota Tua pada malam hari tidak kalah dari siang hari. Tidak
ada batasan usia mereka yang datang ke sini. Anak-anak, remaja, dewasa
hingga orang tua, boleh menikmati suasana malam di kompleks bangunan
peninggalan Belanda itu.
“Beberapa kali saya datang ke sini saat siang hari dan baru saat ini
datang malam hari, ternyata ramai juga,” kata Hasrul, PNS asal Sulawesi
Tengah.
Hasrul yang berada di Jakarta demi urusan kedinasan itu sudah
mengunjungi sebagian destinasi wisata di Jakarta.
“Biasanya kalau malam hari datang ke Monas atau di Bundaran HI,” kata dia.
Masuk kawasan Kota Tua tidak dipungut biaya, dia bisa menikmati hiburan
dan kuliner di sana ketika perut terasa lapar setelah jalan-jalan.
“Lumayan seru, bisa juga swafoto untuk diunggah di media sosial,” ujarnya.
Suasana malam hari di kawasan kuliner Jalan Sabang, Jakarta Pusat,
Selasa (25/6/2019) (ANTARANEWS/FAUZI LAMBOKA)
*Kuliner Jalan Sabang*
Menikmati suasana malam di Jakarta bisa diakhiri dengan kuliner di Jalan
Sabang, Jakarta Pusat, yang berdekatan dengan Monas.
Berbagai macam kuliner dapat dinikmati di sini. Mulai nasi goreng, soto
ayam, sate, hingga kuliner serba hasil laut.
“Tidak lengkap rasanya di Jakarta, kalau tidak singgah makan di Jalan
Sabang,” kata Nurul, mahasiswi asal Kalimantan.
Nurul mengaku bersama kawan-kawannya, dia baru usai mengunjungi beberapa
ikon wisata di Jakarta, salah satunya Tugu Monas.
Walaupun hanya tiga hari di Jakarta untuk urusan kegiatan organisasi,
Nurul tidak mau melewatkan waktu untuk mengambil foto guna diunggah di
media sosialnya.
Pemerintah dorong sport tourism
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com