Catatan Politik: Resiko Keretakan Koalisi Pendukung Jokowi

Kamis , 25 Juli 2019 | 09:31
Catatan Politik: Resiko Keretakan Koalisi Pendukung Jokowi
Sumber Foto JPPN.com
Megawati bertemu Prabowo Subianto di rumahnya
POPULER
Usai Pertemuan, Prabowo Kirim Lukisan Soekarno ke Megawati <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/11067/hukumdanpolitik/read/11056/%22>PDIP Bocorkan Peranan Kepala BIN di Pertemuan Elite Politik <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/11067/hukumdanpolitik/read/11058/%22>Ini Alasan Megawati Absen di Pertemuan Ketum Parpol Pengusung Jokowi <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/11067/hukumdanpolitik/read/11054/%22>Zulkifli Hasan Sebut Tata Tertib Pemilihan Pimpinan MPR Diubah <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/11067/hukumdanpolitik/read/11060/%22>Prabowo Datang dan Jabat Tangan Megawati <http://www.sinarharapan.co/hukumdanpolitik/read/11067/hukumdanpolitik/read/11043/%22>
Listen to this

Dua pertemuan politik berlangsung dalam waktu yang hampir bersamaan di Jakarta, Rabu (24/7) siang. Pertemuan tersebut tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik sebelumnya yang sangat mungkin akan bepengaruh besar terhadap peta perpolitikan nasional ke depan.

Dua pertemuan elite politik di kawasan Menteng itu menimbulkan berbagai spekulasi. Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menjamu makan siang Ketum Gerindra Prabowo Subianto, sedangkan Ketum NasDem Surya Paloh bertemu dengan Gubernur DKI Anies Baswedan. Beberapa hari sebelumnya telah berlangsung pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Prabowo, sedangkan di pihak lain Surya Paloh sudah mengumpulkan empat partai pendukung Jokowi.

Apa yang terjadi? Beberapa pengamat mengatakan pertemuan Jokowi-Prabowo beberapa waktu lalu menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah partai koalisi pendukung. Ini terkait hitung-hitungan jatah kursi kabinet yang mereka perebutkan karena masuknya Gerindra akan mengurangi peluang mereka. Dikhawatirkan Jokowi mengurangi peran dan jatah partai-partai pendukungnya.

Para ketua umum partai pendukung yang lolos/parliamentary threshold/--Nasdem, Golkar, PKB dan PPP--telah bertemu, namun ketidakhadiran PDIP menimbulkan berbagai spekulasi. "Empat partai tersebut sedang mengunci Gerindra agar tidak masuk koalisi Jokowi. Sebab jika Gerindra masuk, jatah menteri bisa berkurang," kata direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin seperti dikutip/Tirto.com./

Ketum PPP Suharso Monoarfa mengakui pertemuan empat partai itu memang membahas koalisi. Demikian pula Sekjen Partai NasDem, Johnny G. Plate, yang mengatakan pertemuan tersebut untuk menegaskan posisi tidak menambah anggota koalisi karena tidak ada manfaat yang bisa didapat jika PDIP memutuskan mengajak Gerindra ke dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK).

Di lain pihak Jokowi dan Mega memandang penting peran Gerindra sebagai pemenang kedua dalam Pemilu lalu untuk memantapkan keseimbangan dan stabilitas poltik. Apalagi, Prabowo sesuai keputusan KPU memperoleh 45% suara pemilih dalam Pilpres lalu, jumlah yang tidak kecil untuk diabaikan.

Dalam komposisi DPR (2019-2024) nanti, sesuai hasil perhitungan KPU, koalisi pendukung Jokowi diperkirakan hanya mengumpulkan sekitar 54,9% yang berasal dari PDIP, Nasdem, PKB, Golkar dan PPP. Jumlah tersebut hanya merupakan mayoritas tipis sehingga dibutuhkan dukungan tambahan agar tidak ada kekuatan yang mengganggu di parlemen.

Jokowi dan PDIP tampaknya menginginkan dukungan suara parlemen yang lebih besar agar pemerintah bisa bekerja/all-out/untuk mencapai target-target pembangunan lebih tinggi lagi. Sebab, faktanya, dalam lima tahun pertama pemerintah gagal mencapai kinerja yang mengesankan. Misalnya, rata-rata pertumbuhan ekonomi hanya 5%, kalah  dari masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang rata-rata 6%.

Kiranya berbagai “silaturrahmi politik” ke depan akan semakin menarik untuk diikuti, terutama dari para pimpinan partai yang sudah “berkeringat” memenangkan Jokowi. Mereka tidak mau tergeser begitu saja oleh kahadiran Gerindra ke dalam lingkungan kekuasaan, meski Jokowi berpandangan rekonsiliasi itu sangat dibutuhkan.

Bukan mustahil akan terjadi keretakan koalisi pendukung, bila Jokowi dan Megawati tidak mampu mengkomunikasikan pendekatannya merangkul Prabowo secara baik dan tepat. Bila itu terjadi, periode kedua kekuasaan Jokowi bisa terganggu oleh dinamika internal yang berpotensi menghambat ambisinya untuk mencapai kinerja pembangunan lebih tinggi lagi.

Maka, komunikasi politik diperkirakan makin dinamis dan kepiawaian para elite tersebut akan menentukan pergulatan kepemimpinan ke depan. Pertemuan Surya Paloh dengan Anies Baswedan mungkin tidak akan berpengaruh dalam jangka pendek, namun bisa dalam jangka panjang. Surya tampaknya akan menuai kritik internal  dari mereka yang kecewa atas pertemuan tersebut. Namun Surya justru telah mengambil resiko dengan menyebut-nyebut peluang Anies sebagai kandidat Capres pada 2024 mendatang. Pernyataan Surya Paloh bukan tanpa perhitungan matang dan jauh ke depan.

Belum jelas apakah pertemuan Surya-Anies tersebut merupakan hasil kesepakatan dengan Golkar, PKB dan PPP, atau setidaknya Surya sudah memberitahukannya. Banyak yang belum jelas. Namun Surya dan Anies sama-sama menyemai kesepahaman bagi investasi politik ke depan. Resiko selalu ada, namun peluang pun bisa sama besarnya.

Kita masih harus mengikuti dinamika politik nasional secara sabar, cermat dan tidak gegabah. Namun satu hal harus tetap kita pegang dan yakini, betapapun tajamnya perbedaan pandangan diantara para tokoh politik tersebut, kita tetap berharap mereka lebih mendahulukan kepentingan nasional yang lebih besar ketimbang ambisi pribadi.



Sumber Berita:Berbagai sumber


---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke