----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>Terkirim: Kamis, 15 Agustus 2019 11.38.57 GMT+2Judul: [GELORA45] Luhut Yakin Indonesia Bisa Curi Posisi China
Mengapaharus mencuri? Tidak bisa usaha sendiri? https://rmco.id/baca-berita/indonesianomics/15881/siasati-perang-dagang-luhut-yakin-indonesia-bisa-curi-posisi-china LuhutYakin Indonesia Bisa Curi Posisi China - INDONESIANOMICS - Kamis, 15 Agustus 2019, 10:00 WIB MenkoBidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. RMco.id RakyatMerdeka - MenkoBidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menilai, kita bisamemanfaatkan tensi perang dagang Amerika Serikat dan China untukmeraup peluang ekonomi. Caranya,dengan fokus mengembangkan industri yang dibutuhkan Negeri Paman Sam.“Kita punya potensi mengisi impor Amerika dari Tiongkok,” kataLuhut di Jakarta kemarin. Belakangan,Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif 10persen pada barang asal China senilai 300 miliar dolar AS. Kebijakanitu dibalas oleh Negeri Tirai Bambu dengan menghentikan pembelianproduk pertanian dari AS. Kondisi perang dagang yang semakinmenghangat itu, kata Luhut, perlu dicermati dan dilihat peluangnyaapa yang bisa dilakukan Indonesia. “Misalnyasemua industri furnitur dan sepatu apa perlu diberi insentif agarbisa memperlebar pasar di AS. Itu kita lakukan,” ujarnya. Berdasarkanbahan pemaparan yang disampaikan Luhut, tercatat impor AS mayoritasadalah logam dan mineral yang mencapai 19 persen, elektronika 17persen, alat transportasi 13 persen, mesin 11 persen, consumer goods7 persen, bahan kimia 7 persen, farmasi 5 persen, tekstil 5 persen,dan produk pertanian 4 persen. BeritaTerkait : PembangunanPerikanan Berkelanjutan Dorong Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia Sementara,impor AS dari China antara lain mainan dan perlengkapan olahraga 81persen, alas kaki 53 persen, furnitur 52 persen, elektronika 46persen, peralatan rumah tangga 44 persen, dan tekstil 35 persen. Umumnya,kata Luhut, barang elektronik, alas kaki, dan mainan memangdibebaskan dari kenaikan tarif, sehingga konsumen AS belum banyakterpengaruh perang dagang. Namun,sektor itu berpotensi paling terkena dampak apabila AS mengenakantarif pada semua impor produk dari China. Untukitu, Luhut melihat Indonesia mesti fokus pada industri elektronika,mesin, tekstil, furnitur, consumer goods, mainan dan perlengkapanolah raga, peralatan rumah tangga, dan alas kaki. SehinggaIndonesia bisa memenuhi kebutuhan domestik Amerika Serikat apabilaperang dagang skala penuh terjadi. “Kamimelihat Amerika itu terpukul, sekarang mereka malah cenderung maumenaikkan lagi tarif menjadi 25 persen untuk impor senilai 300 miliardolar AS, kalau itu terjadi bisa betulbetul perang,” jelasnya. BeritaTerkait : Latvia,Mitra Dagang Terbesar Indonesia Di Kawasan Baltik Luhutpun mengaku sempat menanyakan kondisi tersebut kepada para pelakuindustri di China. “Ketika dari China kemarin, kami bertanyake pabriknya bagaimana dampak trade war ini. Katanya very painful.Ini perlu kami waspadai,” tuturnya. Dirinyamengatakan, akan melihat perkembangan kebijakan dua negara, salahsatunya hingga pemilu ¬Amerika Serikat akhir tahun depan. Apalagiperang dagang juga telah berkembang kepada nilai tukar mata uangChina. Depresiasi yuan ternyata juga berimbas kepada anjloknya nilaitukar rupiah hingga kisaran Rp 14.200. “Ini yang kami waspadai,”ucapnya. Namundemikian, Luhut optimistis di antara negara-negara berkembangIndonesia berada di posisi terbaik. Contohnya, Indonesia bisamempertahankan pertumbuhan ekonomi 5 persen di tengah gejolakperekonomian global. Iapun mengatakan pemerintah telah memberi kemudahan investasi sehinggapara pemodal asing mau menanamkan duitnya ke Indonesia. EkonomBank Permata Josua Pardede menilai, ketidakpastian global yang tinggibisa membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian dalam negeri. Menurutnya,ekonomi Indonesia memang kuat secara domestik, ditopang oleh konsumsidan investasi, namun outlook ke depan juga dipengaruhi dari arusmodal. BeritaTerkait : SriMulyani Mulai Khawatir Investasi Indonesia Jeblok “Karenaketegangan geopolitik maupun perang dagang, banyak investor, ataufund manager global, yang memilih mengamankan asetnya dalam bentukcash daripada menginvestasikan ke sektor riil,” katanya. Dirinyamelihat memanasnya kembali tendensi dagang dan itu dampaknya sudahdirasakan dalam dua kuartal terakhir, dimana kinerja ekspormelambat. Sebenarnya,kata Josua, tantangan dalam jangka pendek bagaimana menghadapi danmengantisipasi perang dagang saat di sisi lain tetap berupayatumbuhkan investasi untuk gerakkan pertumbuhan ekonomi. [KPJ]