Heran Kesabaran
https://www.malangpostonline.com/read/21964/heran-kesabaran-
* 15-08-2019 / 07:58 WIB
* KATEGORI:NASIONAL
*
*
*
Heran Kesabaran
**
*Catatan Dahlan Iskan*
Pada heran: mengapa Tiongkok begitu sabar? Tetap membiarkan demo di
Hongkong berlarut-larut?
Pun setelah melebihi 70 hari --rekor demo terlama di Hongkong yang
terjadi tahun 2014 itu.
Pun setelah demo merambah ke soal kedaulatan negara: mencorat-coret
lambang negara, menduduki dan merusak gedung parlemen, menyerang kantor
polisi, membuang bendera negara ke laut dan disusupi pula seruan
Hongkong merdeka.
Pada heran.
(Penggunaan kalimat 'pada heran' itu salah menurut kaidah bahasa
Indonesia. Itu hanya terjemahan bahasa Jawa: pada /nggumun/. Tapi tolong
carikan gantinya yang maknanya pas).
Saya juga heran.
Kirain Tiongkok akhirnya turun tangan. Seperti saat peristiwa Tian An
Men pada 1980-an. Ketika pendemo digilas. Yang luka politiknya tidak
sembuh sampai sekarang.
Padahal dalam konstitusi Hongkong memungkinkan untuk itu. Pemerintah
Hongkong bisa saja minta bantuan pusat.
Yang juga heran: tidak satu pun pendemo yang meninggal. Padahal serangan
untuk polisi begitu jelasnya. Apalagi hinaan. /Bully/. Pun untuk
keluarga mereka.
Kesannya, polisi sudah menjadi lawan rakyat.
Tiongkok rupanya tahu persis: begitu ada yang tewas celakalah. Bisa jadi
martir. Akibatnya gerakan berikutnya bisa lebih besar. Lebih luas.
Apalagi kalau yang tewas itu wanita. Atau mahasiswa.
Minggu sore lalu ada 'kecelakaan'. Sebuah tembakan peluru lunak mengenai
mata kanan seorang pendemo. Wanita. Geger.
Demo yang sudah agak reda membesar lagi. Ada momentum baru. Bahkan
menduduki bandara internasional Hongkong --salah satu yang tersibuk di
dunia.
Melumpuhkannya. Memang tidak sampai 1 juta orang. Bahkan 'hanya' ribuan.
Tapi empat hari beruntun.
Bukan main.
Polisi tetap saja sabar.
Hari kelima kemarin demo di bandara tetap diizinkan. Kali ini lokasinya
yang dibatasi. Hanya di dua lokasi: terminal kedatangan kanan dan kiri.
Tidak lagi mengganggu yang mau /check-in/.
Pemerintah Hongkong juga sabar.
Pun pemerintah pusat.
Dalam konstitusi Hongkong hak bersuara dan demo memang dijamin.
Pendemo pun begitu pintar. Mereka belajar banyak dari demo-demo masa
lalu --yang sudah seperti makan harian di Hongkong.
Tiongkok juga belajar dari masa lalu. Juga harus lebih pintar dari pendemo.
Tiongkok berhitung. Isu demo kali ini tidak terlalu kuat: soal
ekstradisi itu.
Rasa keadilan orang Hongkong sendiri mengatakan: tidak mau, tidak mau,
tidak mau. Kalau Hongkong jadi surga kejahatan. Menjadi tempat
persembunyian pembunuh, koruptor, dan pelanggar hukum. Yang selama ini
tidak bisa diekstradisi ke negara asal.
Pendemo hanya tidak setuju karena dua hal: jangan sampai perkara politik
pun akan diekstradisi. Dan di Tiongkok tidak akan mendapat perlakuan
hukum yang fair dan adil.
Itu benar. Juga ada salahnya. Seolah ekstradisi itu hanya ke daratan.
Dan seolah pasti begitu.
Padahal negara lain juga berkepentingan. Pembunuh pacar di Taiwan tidak
bisa diekstradisi. Sampai sekarang. (Lihat DI's Way: *Demo Hamil
<https://www.malangpostonline.com/read/18394/demo-hamil->*).
Malaysia juga berkepentingan dalam kasus perburuan Jho Low. Yang jadi
dalang korupsi terbesar di dunia itu (Lihat DI's Way:*Rosma Setelah
Tinggalkan Penyiar TV*).
Indonesia mestinya juga berkepentingan karena.... saya lupa. *(Dahlan
Iskan)*
* Editor :Dahlan Iskan
* Uploader :irawan
* Penulis :Dahlan Iskan
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com