Persekutuan Ganjil Jokowi - Prabowo
Reporter:
Dewi Nurita
Editor:
Juli Hantoro
Selasa, 22 Oktober 2019 09:18 WIB
Presiden Joko Widodo mengundang Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto
di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat 11 Oktober 2019. Sehari sebelumnya,
Kamis (10/10/2019), Jokowi bertemu Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang
Yudhoyono di Istana Negara. TEMPO/Subekti.Presiden Joko Widodo
mengundang Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka,
Jakarta, Jumat 11 Oktober 2019. Sehari sebelumnya, Kamis (10/10/2019),
Jokowi bertemu Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono di Istana
Negara. TEMPO/Subekti.
*TEMPO.CO*,*Jakarta*- Ketua Umum Gerindra Prabowo
<https://www.tempo.co/tag/prabowo>Subianto pernah bercerita soal kisah
perdamaian Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16, dengan
rivalnya, William Henry Seward usai pemilihan presiden 1860. Cerita itu
ia ungkap saat Rapat Pimpinan Nasional Partai Gerindra di Hambalang,
Bogor, Jawa Barat, Rabu, 16 Oktober 2019.
Cerita itu agaknya juga bakal terjadi menjelang pengumuman menteri besok.
Jika Lincoln memberi Seward jabatan Menteri Luar Negeri, Jokowi
dikabarkan akan memberi posisi Menteri Pertahanan kepada Prabowo
Subianto. Pos yang sangat penting. Menteri Pertahanan, Menteri Dalam
Negeri, dan Menteri Luar Negeri adalah triumvirat yang memimpin
pemerintahan dalam kondisi darurat jika presiden dan wakil presiden
berhalangan.
"Saya beliau (Jokowi) izinkan untuk membantu beliau di bidang
pertahanan," ujar Prabowo Subianto usai dipanggil Jokowi ke Istana
Negara, kemarin.
Sejumlah pengamat menilai persekutuan bekas seteru ini sebagai sesuatu
yang ganjil. "Ganjil, tapi itulah politik. Bergantung pada kepentingan.
Jika kepentingannya beda, akan jadi lawan. Namun jika kepentingannya
sama akan berkawan," ujar Pengamat politik Universitas Al Azhar
Indonesia (UAI), Ujang Komarudin saat dihubungi Tempo pada Selasa, 22
Oktober 2019.
Kendati demikian, Ujang menilai posisi Menhan cocok dengan latar
belakang Prabowo sebagai prajurit. Dan dia menilai tidak berbahaya jika
pos triumvirat itu diberikan kepada Prabowo Subianto.
"Tidak berbahaya, karena masih ada dalam kendali Menkopolhukam dan
Presiden. Prabowo masih punya dua atasan yaitu Menkopolhukam dan
Presiden," ujar Ujang.
Berbeda dengan Ujang, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia,
Adi Prayitno menilai cukup riskan memberikan posisi Menhan kepada
Prabowo Subianto karena posisi ini sangat vital.
"Seharusnya dijabat orang terdekat Jokowi. Bukan teman koalisi yang baru
masuk yang belum terlihat soliditasnya," ujar Adi saat dihubungi terpisah.
Masuknya Gerindra dan Prabowo ke Koalisi Jokowi, juga dinilai akan
merugikan partai-partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK) dalam kepentingan
menuju 2024. "Ini ibarat memelihara anak macan yang setiap saat bisa
saling berkompetisi. Gerindra partai besar yang tak akan tinggal diam
duduk manis jadi penonton saat pilpres nanti. Pasti ingin merebut
momentum itu," ujar Adi Prayitno.
Tawaran kepada Gerindra masuk kabinet pertama kali mengemuka sebelum
pertemuan Jokowi dan Prabowo di
Stasiun Moda Raya Terpadu Lebak Bulus, Jakarta. Waktu itu, sejumlah
jabatan dikabarkan ditawarkan kepada Gerindra. Salah satunya posisi
Menteri Pertanian, yang disebutkan akan diisi Wakil Ketua Gerindra, Edhy
Prabowo.
ADVERTISEMENT
Belakangan, setelah Papua bergolak, Gerindra disebut meminati juga kursi
Menteri Pertahanan yang diinginkan Prabowo sendiri. Pesan itu
disampaikan kepada Jokowi melalui para perantara. Presiden kemudian
mengutus seorang pejabat intelijen dan memberikan isyarat menyetujui
permintaan tersebut pada September lalu.
Saat bertemu dengan Jokowi di Istana Negara pada Jumat, 11 Oktober 2019,
Prabowo memaparkan konsep tentang pertahanan dan pertanian yang dimiliki
Gerindra. Setelah pertemuan itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco
Ahmad menyebut konsep mereka telah diterima Jokowi. Sinyal-sinyal
berkoalisi pun semakin kuat.
Kemarin, Prabowo bersama Edhy Prabowo dipanggil ke Istana. Usai
bertemuJokowi <https://www.tempo.co/tag/jokowi>, Prabowo resmi
mengumumkan bahwa Gerindra bergabung ke Koalisi Jokowi dan akan membantu
di kabinet.
Prabowo mendapatkan pos di bidang pertahanan. Terkait penugasan
tersebut, Prabowo menyatakan bahwa dirinya telah mendapatkan arahan dari
Jokowi. "Tadi beliau beri arahan, saya akan bekerja sekeras mungkin
untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan," ujar Prabowo.