Usulan Kepada Eric Tohir soal BUMN.
Bukan rahasia umum bila tangan politisi itu menjangkau BUMN dan karena itu 
direksi BUMN kadang direpotkan melayani mereka. Budaya kerja ini harus tidak 
ada lagi. Seharusnya mulailah, semua komisaris BUMN jangan ada lagi orang 
partai atau terhubung dengan partai. Mereka harus orang profesional yang 
mendapat mandat dari pemerintah mewakili pemegang saham. Di periode pertama, 
hal ini tidak dilakukan oleh Meneg BUMN. Akibatnya, bukannya membantu BUMN tapi 
malah merepotkan BUMN dari segi operasional maupun polecy, yang kadang membuat  
direksi BUMN tidak sepenuhnya bekerja secara profesional. 
Total asset BUMN itu mencapai lebih dari Rp. 8000 triliun. Itu sama dengan 80% 
PDB kita.  Jadi sangat riskan dibancaki. BUMN harus jadi pelopor menerapkan 
sistem good governance risk management compliance yang berbasis IT. Dengan 
demikian walau kementrian BUMN bukan sebagai holding company namun dalam 
operasional nya sudah seharusnya menerapkan cara kerja holding company, dimana 
sistem pengawasan etik dan moral dapat diawasi melalui  sistem online. Melalui 
sistem good governance risk management compliance, pelanggaran SOP sedini 
mungkin dapat diketahui dan diantisipasi. Dan ini sangat membantu KPK dalam 
melaksanakan fungsi pencegahan korupsi.
Perkuat sinergi dan kolaborasi antar BUMN. Contoh, tidak seharusnya semua Bank 
BUMN punya ATM sendiri. Itu infrastrukturnya mahal sekali. Akan lebih efisien 
bila pengelola ATM itu diserahkan kepada anak perusahaan. Sehingga masing 
masing BUMN perbankan tidak perlu lagi membangun dan membiayai infrastruktur IT 
ATM. Focus kepada layanan perbakan sebagai lending agent. Masing masing BUMN 
Karya sebaiknya dilebur jadi satu.  Jadi engga perlu masing masing bersaing. 
Selanjutnya anak perusahaan diperbanyak guna membangun industri material 
building yang sangat diperlukan dalam pembanguan infrastruktur dan perumahan. 
Itu akan berdampak mengurangi ketergantungan impor. Masih banyak conton lain. 
Silahkan kembangkan sendiri.
Lembaga Keuangan non Bank milik BUMN seperti SMI harus di focuskan menjadi 
boutique investment. Sehingga tidak lagi bergantung kepada pembiayaan dari 
dalam negeri. Tetapi lebih focus kepada sumber pembiayaan dari luar negeri 
lewat skema boutique investment. Potensi nya sangat besar. Karena indonesia 
merupakan negara yang kapasitas infrastruktur nya masih rendah dan peluang 
untuk itu masih terbuka lebar. Ini akan menarik banyak investor institusi untuk 
terlibat  sebagai investor. Ini penting karena masalah besar BUMN dimasa akan 
datang adalah krisis likuiditas akibat rasio berhutang sudah diatas ambang 
batas.
BUMN Fund melalui PT Bandha Investasi yang bertujuan untuk pembiayaan 
infrastruktur, harus diperluas sinegerinya dengan sovereign wealth fund (SWF), 
seperti The Abu Dhabi Investment Authority, China sovereign wealth fund, 
seperti CIC dan CITIC dan lainnya, US international development finance 
corporation (IDFC) dan lain lain. Karenanya Meneg BUMN harus leading sebagai 
Fund Manager BUMN untuk melakukan loby dengan financial resource dan melakukan 
negosiasi yang sophisticated untuk skema pembiayaan yang aman dan saling 
menguntungkan.
Mengapa ? Sumber dana asing  dalam perekonomian indonesia sangat kecil.. Data 
dari UNCTAD membuktikan bahwa penanaman modal langsung oleh asing (direct 
foreign investment) hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan pembentukan modal 
tetap bruto (gross fixed capital formation/GFCF) Indonesia. Dibandingkan dengan 
malaysia, philipina, masih jauh lebih rendah. BUMN harus lebih hebat dari 
Swasta mendapatkan financial resource.  Jangan hanya ngandalkan pembiayaan 
dalam negeri dan itu konyolnya lagi dari bank pelat merah.. Terapkan financial 
engineering dengan berbagai skema dan instument dan lain sebagainya. Masak 
kalah dengan konglomerat semacam Martua Sitorus. Yang bisa dapatkan dana USD 10 
miliar untuk akuisisi tambang emas.  
Itu aja usul saya, karena hal tersebut diatas, sangat menentukan efisiensi BUMN 
dan dampaknya sangat efektif meningkatkan kepercayaan, dan sekaligus membuka 
kanal sumber pembiayaan yang sangat dibutuhkan guna meningkatkan fungsi BUMN 
sebagai agent of development. Anda pengusaha. Tidak butuh 100 hari untuk 
belajar memimpin.  Kalau 100 hari tidak nampak perubahan, jangan salahkan kalau 
Jokowi terpaksa pecat anda. Semoga anda bisa lebih baik dari ibu Rini dan 
pastikan jangan salah gaul. Selamat bekerja !
Erizeli Jely Bandaro

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

Kirim email ke