Petral di tengah pusaran politik
Dulu era Soeharto ketika kita masih surplus minyak. Produksi dan konsumsi lebih 
besar produksi, ekspor Minyak jadi primadona. Lantas gimana mengontrol ekspor 
tersebut ? Pak Harto menyetujui dibentuk Agent yang punya hak monopoli 
perdagangan Minyak. Maka dibentuklah Petral. Petral ini perusahaan terdaftar di 
Singapore. Pemegang sahamnya adalah 40 persen PT Pertamina (Persero), 20 persen 
Bob Hasan, 20 persen Tommy Soeharto, dan 20 persen sisanya yayasan karyawan 
Pertamina. Namun dibalik Petral ada operator yang bertindak sebagai trader, 
yaitu group Bimantara, dimana pemiliknya adalah Bambang Tri ( putra Soeharto). 
Namun pengelolaannya dipegang oleh Rosana Barack.
Sebetulnya tujuan Ideal Petral ini adalah menjamin pemasukan devisa negara dan 
sekaligus penjamin pasokan BBM dalam negeri. Jadi bisnis Petral itu tak lebih 
bisnis monopoli atas Minyak kita. Dari monopoli inilah semua pihak mendapatkan 
komisi secara legal. Setelah reformasi, tahun 2000, susunan Pemegang saham 
Petral berubah. Semua keluarga cendana dan kroni keluar. 99,9% saham Petral 
dikuasai oleh Pertamina. Apakah ini akhir dari bisnis rente? tidak.  Petral 
benar dikuasai Pertamina. Tetapi operator tetaplah swasta sebagai trader. 
Memang ada banyak trader yang terdaftar, namun dalam lelang, yang menang itu 
itu saja. Ya segelintir itu saja. Siapa ?
Dia adalah Murez. Dia sebetulnya pendatang baru dalam bisnis minyak ketika itu. 
Dia tadinya hanya sebagai broker jasa kapal tanker yang punya bisnis dengan 
Bimantara melalui Rosana Barack, tangan kanan Bambang Tri. Rosana Barack punya 
adik ipar namanya Surya Paloh (SP). Dengan dukungan kekuatan financial dari 
Rosano Barack inilah Murez bisa mengontrol setiap tender Petral dan menjadi 
pemenang. Itu sebabnya hubungan Murez degan SP sangat dekat. Maklum Murez 
sebetulnya menjalankan uang dan akses Rosano Barach, yang notabene adalah kakak 
ipar SP. 
Dan lagi akses Murez ke pemerintah berkat hubungan dekat SP dengan Purnomo 
Yusgiantoro, yang ketika era Soeharto staff Menteri Pertambangan energi, Ida 
Bagus Sudjana dan kemudian staff SBY sebagai Mentaben era Gus Dur. Era SBY 
sebagai presiden,  Purnomo Yusgiantoro jadi Mentaben, bisnis Murez di Petral 
semakin lancar. Maklum teman lama yang jadi Mentaben. Apalagi hubungan Murez 
dengan Hatta Rajasa, orang kepercayaan SBY sangat dekat. 
Kehebatan business connection ini adalah menjadikan Petral hanya sebagai alat 
saja. Yang mengatur semua adalah Holding Company, Global Energy Resources, yang 
membawahi 5 perusahaan.  Gainsford Capital Limited , dimana Jhone Plate  tangan 
kanan SP sebagai salah satu direktur bersama dengan Murez. Group inilah yang 
mengatur pengadaan minyak dari mulai riset pasar, tender, pengaturan pemenang 
tender, pengaturan harga termasuk titipan yang menjadi bagian bagi para anggota 
DPR, pejabat Pertamina, SKK Migas , anggota kabinet, elite partai.
Era Jokowi, Petral dibubarkan. Sebetulnya rencana pembubaran ini tidak diduga 
oleh SP dan Murez. Ternyata Jokowi serius. Itu sebabnya SP berusaha memasukan 
skema baru malalui Sociedade Nacional de Combustiveis de Angola EP (Sonangol 
EP) sebagai supply oil underkater. Dimana boss Sonangol EP adalah sahabat SP 
sejak lama.  Tapi kandas. Malah Jokowi melangkah lebih jauh dengan melaporkan 
ke KPK kasus Petral ini. Tetapi entah mengapa proses pengusutan mega skandal 
ini sangat lambat. Sampai kini hanya menjangkau Menaging Director Petral. 
Mastermind nya tidak tersentuh.
Lantas apa kerugian negara dengan adanya petral. Dampak yang terasa merugikan 
adalah  20 tahun terakhir ini tidak ada satupun pembangunan kilang baru di 
Indonesia. Sementara kilang yang ada jumlahnya sangat terbatas dan masih 
menggunakan teknologi lama. Misal, Pertamina memiliki 7 kilang, tapi yang bisa 
beroperasi hanya 5. Dari yang beroperasi, hanya ada satu yang menggunakan 
teknologi baru, yakni Balongan, Empat kilang lainnya masih menggunakan 
teknologi lama. Akibatnya kita semakin tergantung impor BBM. Kalau dihitung 
secara materi mungkin jumlah triliun kerugian negara.
Bukan itu saja. Dampak buruk lainnya adalah cadangan minyak di tangki 
penyimpanan Pertamina hanya bisa mencukupi 18 hari konsumsi, padahal 10 tahun 
yang lalu masih bisa 30 hari. Inventory days yang pendek ini membuka peluang 
bagi trader untuk bisa menekan Pertamina untuk membeli dengan harga yang mereka 
mau, atau BBM akan langka. Dampaknya bisa chaos ekonomi. 
Ini sejenis mind corruption yan di create secara sengaja oleh pelaku white 
collar crime. Karena sebagian besar terlaksana berkat aturan yang dibuat 
pemerintah dan DPR dan operasinya menggunakan perusahaan cangkang, yang tidak 
mudah melacak perpindahan uangnya dan transaksinya. Petral adalah icon dari 
mega skandal tentang betapa brengseknya oligarki bisnis mengendalikan sumber 
daya negara dan menjarahnya secara legal berkat konspirasi politik. Aktor itu 
sampai sekarang masih ada dan bagian dari elite politik negeri ini.

Erizeli Jely Bandaro

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone
  • [GELORA45] Petral di tengah... Al Faqir Ilmi alfaqiri...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke