SETUUUJUUUUU juga, ... bung Noroyono! Sungguh ANEEEH kalau di Nusantara ini masih saja ada orang apalagi yang menamakan diri PEJABAT NEGARA tetap saja membeda-bedakan warga berdasarkan perbedaan ras, suku, etnis, Agama! Masih saja membeda-bedakan warga dengan sebutan "PRIBUMI" dan "non-PRIBUMI", atau "ASLI" dan "non-ASLI" bahkan "MUSLIM" dan "non-MUSLIM".

Dan, ... ternyata Grace Natali dalam acara "Rosi -- Saya Tionghoa, 100% Indonesia", yang jelas berpenampilan Tionghoa itu saat jadi relawan pemeriksaan DNA, ternyata unsur Asia nya sekitar 70%, lainnya dia sendiri merasa aneh ada unsur India kasta Brahmana bahkan yang lebih mengagetkan ada unsur Afghanistan! Sebaliknya, seorang bapak Jawa yang merasa 100% Jogya itu, unsur Asia-nya lebih besar dari Grace Natali! Sungguh aneeeh kalau sampai sekarang dijaman modern yang tingkat budayanya sudah jauh lebih tinggi, masih saja orang membeda-bedakan seseorang berdasarkan perbedaan Ras, Suku dan etnis, ...

Padahal UU Anti-Diskriminasi rasial, UU No.40/2008 sudah diundangkan dinegeri ini, bahkan sebelumnya Presiden Habibieditahun 1998sudah keluarkan Instruksi Presiden mencabut penggunaan sebutan "PRIBUMI"! Kenapa pula pemerintah atau konkritnya aparat HUKUM TIDAK MENINDAK orang/pejabat yang melanggar HUKUM itu, ...???

Di pagi hari Tahun Baru Imlek, kita semua telah melangkah meninggalkan tahun-Babi memasuki Tahun-Tikus, bagi yang hidup di Hong Kong, nampaknya tahun Tikus dibuka tidak hanya dengan cuara redup, tapi juga suasana politik yang masih tidak nyaman dengan BELUM terselesaikannya KERUSUHAN yang sudah berlangsung lebih 7 bulan terakhir, lalu merebaknya wabah virus-corona yang mengakibatkan segala acara BERKUMPUL nya banyak orang di BATALKAN! Dari acara kembang-api sampai acara malam-KESENIAN, bahkan dihimbau acara angjang-sono silahturami yang biasa dilancarkan di Tahun Baru juga ditiadakan, ... Namun demikian saya dari jauh tetap ucapkan SELAMAT TAHUN BARU IMLEK bagi semua kawan yang merayakan, dengan harapakan2 terbaik TETAP SEHAT-SEHAT dan BAHAGIA SELALU! SEGALA HAL yang dikerjakan bisa BERHASIL SUKSES sebagaimana harapan, ...!

Salam-Bahagia,

ChanCT





On 25/1/2020 上午2:11, S Manap rana...@yahoo.se [GELORA45] wrote:

   Setuju bung Noroyono.

Den fredag 24 januari 2020 11:55:56 CET, Noroyono 1963 noroyono1...@gmail.com [GELORA45] <gelora45@yahoogroups.com> skrev:


Di Jakarta, di "menara gading", para "pemimpin", "pakar", "filosof akal sehat", "ekonom", politisi sibuk "menolong" rakyat dengan retorika, omongan muluk, hipokrisi, "filsafat akal sehat", berbagai teori, dsb.

Di dalam praktik kehidupan sosial, Dr Lie bersama grup relawan /DoctorShare/ dengan sepenuh hati, /sepi ing pamrih rame ing gawe/, memberikan pertolongan kesehatan kepada rakyat di pelosok pelosok tanah air yang amat sangat terabaikan oleh Negara.

Itulah perbedaan prinsipial diantara kedua kelompok sosial.

Tionghoa atau non-Tionghoa, non-Muslim atau Muslim, "non-Pribumi" atau "Pribumi", "non-Asli" atau "Asli", saya tidak peduli dengan segala macam segregasi nonsense ini. Siapa saja, asal saja dia melakukan sesuatu yg secara konkret bermanfaat bagi rakyat, adalah warga negara yang terpuji dan layak dijadikan teladan.

Noroyono



On Thu, 23 Jan 2020 at 08: 15, ChanCT sa...@netvigator.com <mailto:sa...@netvigator.com> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> wrote:




    -------- Forwarded Message --------
    Subject:    [GELORA45] Rumah sakit Apung dr. Lie
    Date:       Thu, 23 Jan 2020 06:33:07 +0100
    From:       kh djie dji...@gmail.com <mailto:dji...@gmail.com>
    [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>
    <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>

        



    
https://sains.kompas.com/read/2019/12/11/190400523/10-tahun-doctorshare-dokter-gila-lie-dharmawan-kisahkan-awal-rs-apung?page=all


    *10 Tahun DoctorShare, *

    *"Dokter Gila" Lie Dharmawan Kisahkan Awal RS Apung *

    Kompas.com - 11/12/2019, 19:04 WIB

    10 Tahun DoctorShare, Komentar Dokter Lie Dharmawan di Rumah Sakit
    Apung (RSA) Nusa Waluya II yang berlabuh di Baywalk Mall, Jakarta
    Utara.(KOMPAS.com/Shierine Wangsa Wibawa)

    Penulis Shierine Wangsa Wibawa | Editor Shierine Wangsa Wibawa

    10 Tahun DoctorShare,

    KOMPAS.com - Pada tahun ini, doctorSHARE genap berusia 10 tahun.
    Dalam jangka waktu tersebut, doctorSHARE telah melakukan 3.291
    operasi mayor, 5.538 operasi minor, 2.464 perawatan gigi, 58.859
    pelayanan rawat jalan dan konsultasi, penyuluhan kesehatan kepada
    11.856 warga, serta 2.227 USG pemeriksaan kandungan.

    Ditemui dalam acara kunjungan Kementerian Kesehatan ke Rumah Sakit
    Apung (RSA) Nusa Waluya II yang berlabuh di Baywalk Mall, Jakarta
    Utara, Selasa (10/12/2019); dr. Lie Augustinus Dharmawan mengenang
    kembali awal mula RS Apung.

    Dia menuturkan bahwa ide membuat RS Apung ini muncul pada 2009.
    Pada saat itu, dokter Lie sedang melaksanakan operasi ketika
    seorang ibu dari Saumlaki datang membawa anak laki-laki berusia
    delapan tahun yang ususnya terjepit (hernia femoralis inkarserata).

    Ibu dan anak tersebut harus berlayar menggunakan kapal tradisional
    selama tiga malam dua hari untuk menemui dokter Lie. Padahal, usus
    terjepit harus ditangani dalam waktu 6-8 jam. Bila tidak, usus
    bisa mengalami kematian jaringan atau nekrosis dan menyebabkan
    kematian.

    Baca juga: Setara dengan Rumah Sakit Tipe C, Ini Fasilitas di RS
    Apung Nusa Waluya II

    Operasi pun tetap dilakukan, usus sang anak yang sudah merah tua
    kehitaman tetap dipertahankan dan anak itu sembuh. Akan tetapi,
    dokter Lie tetap tidak bisa berhenti memikirkan mengenai kejadian
    itu.

    Setelah kembali ke Jakarta, dokter Lie mendapat ide untuk
    melakukan jemput bola atau mencari mereka yang membutuhkan, tetapi
    tidak punya kesempatan untuk mendapatkan pelayanan medis yang layak.

    Ide ini diwujudkannya lewat rumah sakit apung yang datang ke
    daerah-daerah terluar, tertinggal dan terjauh untuk memberikan
    pelayanan medis gratis.

    "Saya mulai dengan sebuah rumah sakit yang sangat kecil. Pinisi
    kapalnya, kapal kayu yang tua. Saya beli kapal barang dengan
    menjual rumah saya untuk downpayment-nya, lalu dicicil selama
    setahun. Tiga tahun lamanya, saya pergunakan waktu untuk merubah
    sepotong demi sepotong sampai akhirnya menjadi sebuah rumah sakit
    apung," ujarnya.

    Dia melanjutkan, dan pada tanggal 16 Maret 2013, kapal itu
    melakukan pelayaran perdana. Di situ saya mulai belajar untuk
    melakukan operasi di atas kapal.

    Baca juga: Mengintip Nusa Waluya II, Rumah Sakit Apung Pertama di
    Atas Tongkang

    Namun, awal mula RS Apung sama sekali tidak mudah. Semua biaya
    dari awal hingga operasional berasal dari kantungnya sendiri. Dia
    pun harus mengoperasikan RS Apung itu sendirian dengan seorang
    perawat yang dibawanya sendiri dari tempat dinas.

    "Saya sendiri (mengoperasikan). Siapa yang mau diajak? Tidak ada
    orang yang bersedia membantu, karena ide ini dianggap ide gila dan
    saya dinamakan 'Dokter gila' oleh orang-orang yang tidak setuju,"
    tuturnya.

    Kondisi baru mulai berbalik ketika dia diundang ke acara Kick Andy
    pada tahun 2014. Dokter Lie dengan ide rumah sakit apungnya
    menjadi Kick Andy Hero. Dari situlah, sumbangan demi sumbangan masuk.

    Kini, doctorSHARE telah berkembang menjadi tiga kapal, satu klinik
    gizi di Pulau Kei, satu klinik TBC di Pulau Sentani, Flying Doctor
    atau dokter terbang dan tim darurat untuk bencana. Dana yang
    dibutuhkan untuk kelangsungan doctorSHARE pun mencapai puluhan miliar.

    "Itu sudah tidak sanggup lagi saya (menanggung sendirian)," ujarnya.

    Baca juga: [VIDEO] Begini Fasilitas Rumah Sakit Kapal Tongkang
    Pertama di Indonesia

    Tanpa bantuan dana dari pemerintah, doctorSHARE pun harus
    mengandalkan donasi dari masyarakat. Namun, donasi juga tidak
    selalu mencukupi. Bila sedang kurang, dokter Lie berkata bahwa
    doctorSHARE terpaksa mengurangi pelayanan.

    Dengan segala keterbatasan, termasuk finansial, Dokter Lie punya
    banyak rencana besar bagi doctorSHARE. Salah satunya memperbanyak
    rumah sakit apung.

    "Untuk negara sebesar Indonesia, tiga kapal sangat kurang. Kita,
    Indonesia, membutuhkan lebih banyak rumah sakit apung lagi. Tapi
    ya, SDM terbatas. Finansial juga terbatas. Dengan demikian, kapal
    juga terbatas," ujarnya.

    Sementara itu, ditemui dalam kunjungan ke Rumah Sakit Apung (RSA)
    Nusa Waluya II, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan dr. Tri Hesty
    Widyastoeti, Sp.M, MPH, mengungkapkan apresiasinya terhadap
    doctorSHARE.

    "Buat kami ya, adanya doctorSHARE itu sangat bermanfaat. Terutama
    kita kan berbagai kepulauan ya, ini sangat penting. Kita tahu SDM
    dan rumah sakit itu kadang2 tidak bisa menjangkau daerah
    terpencil, kepulauan dan perbatasan. Jadi kami dari Kementerian
    Kesehatan sangat mendukung," ujarnya.

    Terkait bantuan dana, Tri mengatakan, kita tentu bisa merencanakan
    hal itu. Jadi lewat filantropis dan sebagainya, kita bisa carikan itu.

    Artikel ini telah tayang di Kompas.com <http://kompas.com/> dengan
    judul "10 Tahun DoctorShare, "Dokter Gila" Lie Dharmawan Kisahkan
    Awal RS Apung",

    
https://sains.kompas.com/read/2019/12/11/190400523/10-tahun-doctorshare-dokter-gila-lie-dharmawan-kisahkan-awal-rs-apung?page=all.
    Penulis : Shierine Wangsa Wibawa
    Editor : Shierine Wangsa Wibawa


Kirim email ke