Setuju bung Noroyono.
Den fredag 24 januari 2020 11:55:56 CET, Noroyono 1963
noroyono1...@gmail.com [GELORA45] <gelora45@yahoogroups.com> skrev:
Di Jakarta, di "menara gading", para "pemimpin", "pakar", "filosof
akal sehat", "ekonom", politisi sibuk "menolong" rakyat dengan
retorika, omongan muluk, hipokrisi, "filsafat akal sehat", berbagai
teori, dsb.
Di dalam praktik kehidupan sosial, Dr Lie bersama grup relawan
/DoctorShare/ dengan sepenuh hati, /sepi ing pamrih rame ing gawe/,
memberikan pertolongan kesehatan kepada rakyat di pelosok pelosok
tanah air yang amat sangat terabaikan oleh Negara.
Itulah perbedaan prinsipial diantara kedua kelompok sosial.
Tionghoa atau non-Tionghoa, non-Muslim atau Muslim, "non-Pribumi" atau
"Pribumi", "non-Asli" atau "Asli", saya tidak peduli dengan segala
macam segregasi nonsense ini. Siapa saja, asal saja dia melakukan
sesuatu yg secara konkret bermanfaat bagi rakyat, adalah warga negara
yang terpuji dan layak dijadikan teladan.
Noroyono
On Thu, 23 Jan 2020 at 08: 15, ChanCT sa...@netvigator.com
<mailto:sa...@netvigator.com> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> wrote:
-------- Forwarded Message --------
Subject: [GELORA45] Rumah sakit Apung dr. Lie
Date: Thu, 23 Jan 2020 06:33:07 +0100
From: kh djie dji...@gmail.com <mailto:dji...@gmail.com>
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>
<mailto:GELORA45@yahoogroups.com>
https://sains.kompas.com/read/2019/12/11/190400523/10-tahun-doctorshare-dokter-gila-lie-dharmawan-kisahkan-awal-rs-apung?page=all
*10 Tahun DoctorShare, *
*"Dokter Gila" Lie Dharmawan Kisahkan Awal RS Apung *
Kompas.com - 11/12/2019, 19:04 WIB
10 Tahun DoctorShare, Komentar Dokter Lie Dharmawan di Rumah Sakit
Apung (RSA) Nusa Waluya II yang berlabuh di Baywalk Mall, Jakarta
Utara.(KOMPAS.com/Shierine Wangsa Wibawa)
Penulis Shierine Wangsa Wibawa | Editor Shierine Wangsa Wibawa
10 Tahun DoctorShare,
KOMPAS.com - Pada tahun ini, doctorSHARE genap berusia 10 tahun.
Dalam jangka waktu tersebut, doctorSHARE telah melakukan 3.291
operasi mayor, 5.538 operasi minor, 2.464 perawatan gigi, 58.859
pelayanan rawat jalan dan konsultasi, penyuluhan kesehatan kepada
11.856 warga, serta 2.227 USG pemeriksaan kandungan.
Ditemui dalam acara kunjungan Kementerian Kesehatan ke Rumah Sakit
Apung (RSA) Nusa Waluya II yang berlabuh di Baywalk Mall, Jakarta
Utara, Selasa (10/12/2019); dr. Lie Augustinus Dharmawan mengenang
kembali awal mula RS Apung.
Dia menuturkan bahwa ide membuat RS Apung ini muncul pada 2009.
Pada saat itu, dokter Lie sedang melaksanakan operasi ketika
seorang ibu dari Saumlaki datang membawa anak laki-laki berusia
delapan tahun yang ususnya terjepit (hernia femoralis inkarserata).
Ibu dan anak tersebut harus berlayar menggunakan kapal tradisional
selama tiga malam dua hari untuk menemui dokter Lie. Padahal, usus
terjepit harus ditangani dalam waktu 6-8 jam. Bila tidak, usus
bisa mengalami kematian jaringan atau nekrosis dan menyebabkan
kematian.
Baca juga: Setara dengan Rumah Sakit Tipe C, Ini Fasilitas di RS
Apung Nusa Waluya II
Operasi pun tetap dilakukan, usus sang anak yang sudah merah tua
kehitaman tetap dipertahankan dan anak itu sembuh. Akan tetapi,
dokter Lie tetap tidak bisa berhenti memikirkan mengenai kejadian
itu.
Setelah kembali ke Jakarta, dokter Lie mendapat ide untuk
melakukan jemput bola atau mencari mereka yang membutuhkan, tetapi
tidak punya kesempatan untuk mendapatkan pelayanan medis yang layak.
Ide ini diwujudkannya lewat rumah sakit apung yang datang ke
daerah-daerah terluar, tertinggal dan terjauh untuk memberikan
pelayanan medis gratis.
"Saya mulai dengan sebuah rumah sakit yang sangat kecil. Pinisi
kapalnya, kapal kayu yang tua. Saya beli kapal barang dengan
menjual rumah saya untuk downpayment-nya, lalu dicicil selama
setahun. Tiga tahun lamanya, saya pergunakan waktu untuk merubah
sepotong demi sepotong sampai akhirnya menjadi sebuah rumah sakit
apung," ujarnya.
Dia melanjutkan, dan pada tanggal 16 Maret 2013, kapal itu
melakukan pelayaran perdana. Di situ saya mulai belajar untuk
melakukan operasi di atas kapal.
Baca juga: Mengintip Nusa Waluya II, Rumah Sakit Apung Pertama di
Atas Tongkang
Namun, awal mula RS Apung sama sekali tidak mudah. Semua biaya
dari awal hingga operasional berasal dari kantungnya sendiri. Dia
pun harus mengoperasikan RS Apung itu sendirian dengan seorang
perawat yang dibawanya sendiri dari tempat dinas.
"Saya sendiri (mengoperasikan). Siapa yang mau diajak? Tidak ada
orang yang bersedia membantu, karena ide ini dianggap ide gila dan
saya dinamakan 'Dokter gila' oleh orang-orang yang tidak setuju,"
tuturnya.
Kondisi baru mulai berbalik ketika dia diundang ke acara Kick Andy
pada tahun 2014. Dokter Lie dengan ide rumah sakit apungnya
menjadi Kick Andy Hero. Dari situlah, sumbangan demi sumbangan masuk.
Kini, doctorSHARE telah berkembang menjadi tiga kapal, satu klinik
gizi di Pulau Kei, satu klinik TBC di Pulau Sentani, Flying Doctor
atau dokter terbang dan tim darurat untuk bencana. Dana yang
dibutuhkan untuk kelangsungan doctorSHARE pun mencapai puluhan miliar.
"Itu sudah tidak sanggup lagi saya (menanggung sendirian)," ujarnya.
Baca juga: [VIDEO] Begini Fasilitas Rumah Sakit Kapal Tongkang
Pertama di Indonesia
Tanpa bantuan dana dari pemerintah, doctorSHARE pun harus
mengandalkan donasi dari masyarakat. Namun, donasi juga tidak
selalu mencukupi. Bila sedang kurang, dokter Lie berkata bahwa
doctorSHARE terpaksa mengurangi pelayanan.
Dengan segala keterbatasan, termasuk finansial, Dokter Lie punya
banyak rencana besar bagi doctorSHARE. Salah satunya memperbanyak
rumah sakit apung.
"Untuk negara sebesar Indonesia, tiga kapal sangat kurang. Kita,
Indonesia, membutuhkan lebih banyak rumah sakit apung lagi. Tapi
ya, SDM terbatas. Finansial juga terbatas. Dengan demikian, kapal
juga terbatas," ujarnya.
Sementara itu, ditemui dalam kunjungan ke Rumah Sakit Apung (RSA)
Nusa Waluya II, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan dr. Tri Hesty
Widyastoeti, Sp.M, MPH, mengungkapkan apresiasinya terhadap
doctorSHARE.
"Buat kami ya, adanya doctorSHARE itu sangat bermanfaat. Terutama
kita kan berbagai kepulauan ya, ini sangat penting. Kita tahu SDM
dan rumah sakit itu kadang2 tidak bisa menjangkau daerah
terpencil, kepulauan dan perbatasan. Jadi kami dari Kementerian
Kesehatan sangat mendukung," ujarnya.
Terkait bantuan dana, Tri mengatakan, kita tentu bisa merencanakan
hal itu. Jadi lewat filantropis dan sebagainya, kita bisa carikan itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com <http://kompas.com/> dengan
judul "10 Tahun DoctorShare, "Dokter Gila" Lie Dharmawan Kisahkan
Awal RS Apung",
https://sains.kompas.com/read/2019/12/11/190400523/10-tahun-doctorshare-dokter-gila-lie-dharmawan-kisahkan-awal-rs-apung?page=all.
Penulis : Shierine Wangsa Wibawa
Editor : Shierine Wangsa Wibawa