*https://www.jawapos.com/ekonomi/06/02/2020/kelas-menengah-indonesia-cenderung-konsumtif-racun-jangka-panjang/
<https://www.jawapos.com/ekonomi/06/02/2020/kelas-menengah-indonesia-cenderung-konsumtif-racun-jangka-panjang/>
*


*Kelas Menengah Indonesia Cenderung Konsumtif, ‘Racun’ Jangka Panjang*

EKONOMI <https://www.jawapos.com/ekonomi/>

6 Februari 2020, 13:00:34 WIB

[image: Kelas Menengah Indonesia Cenderung Konsumtif, 'Racun' Jangka
Panjang]*Diskusi INDEF tentang 100 hari pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, di ITS
Tower Jakarta, Kamis (6/2). (Romys Binekasri/JawaPos.com)*



*JawaPos.com* – Seratus hari pemerintahan Presiden RI Joko Widodo periode
kedua masih menyimpan pekerjaan rumah yang cukup banyak, termasuk di bidang
ekonomi. Salah satu masalah yang diwaspadai yakni kelas menengah yang
cenderung konsumtif.

Center Makroekonomi dan Keuangan INDEF Abdul Manap Pulungan menjelaskan,
berdasarkan pengeluaran atau konsumsinya, kelas menengah dibagi menjadi
beberapa kelompok. Pertama, kelompok dengan pengeluaran di bawah Rp 1 juta
per bulan.

Kedua, kelompok dengan pengeluaran Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per bulan. Ketiga,
kelompok dengan pengeluaran Rp 2 juta-Rp 3 juta per bulan. Keempat,
kelompok dengan pengeluaran Rp 3 juta-Rp 5 juta per bulan.

Keenam, kelompok dengan pengeluaran Rp 5 juta-Rp 7,5 juta per bulan.
Terakhir, Kedua, kelompok dengan pengeluaran di atas Rp 7,5 juta per bulan.

“Kelompok yang ada di Indonesia masih didominasi kelompok paling bawah,
sehingga berpeluang kembali ke kelompok berpenghasilan rendah,” ujarnya di
ITS Tower Jakarta, Kamis (6/2).

Dia melihat, kecenderungan masyarakat khususnya kelas menengah yang
konsumtif ini membahayakan dalam jangka panjang. Pasalnya, produk-produk
yang dikonsumsi pun sebagian besar impor.

Sehingga, jika tidak dibarengi dengan kegiatan yang produktif, maka bonus
demografi akan kadaluarsa pada 2045. Apalagi, pada tahun itu, diperkirakan
terjadi lonjakan lansia mencapai 63,32 juta.

Selain berpotensi mengabaikan bonus demografi, kecenderungan konsumtif ini
juga memaksa pemerintah untuk terus intervensi pasar. Atas dasar itu, dia
menyarankan pemerintah punya terobosan untuk menekan kecenderungan ini,
salah satunya dengan meningkatkan produktivitas masyarakat.

“Kalau enggak dikelola, maka dia (kelompok paling bawah) bisa keluar dari
kelas ini dan mengganggu pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : Romys Binekasri

   -

Kirim email ke