Sebuah alasan 
By Erizeli Jely Bandaro
the fed memangkas suku bunga. Alasannya karena krisis ekonomi. Disamping itu 
upaya memacu sektor real semakin sulit sejak adanya covid 19 di mana permintaan 
menurun dan produksi juga menurun. Tapi yang mengemuka alasan yang sangat sulit 
di bantah adalah akibat covid 19. Sehingga tindakan diluar sistem memacu 
pertumbuhan ekonomi lewat Stimulus seakan mendapat pembenaran dari sebuah 
keniscayaan. Pertanyaan nya adalah apakah karena covid 19  perlu ada stimulus 
ekonomi ? Kalau ya, apakah pernah dihitung kerugian ekonomi akibat covid 19 . ? 
Sampai sekarang korban covid 19 ( china based record ) masih jauh lebih kecil 
dari korban virus influenza. Masih lebih banyak korban virus DBD. Apalagi 
dibandingkan dengan MERS dan SARS atau ebola. Tapi mengapa untuk wabah yang 
lain selain covid 19 tidak ada stimulus ?
Teman saya ahli komunikasi mengatakan,  sebetulnya dampak covid 19 tidak begitu 
luas secara ekonomi tetapi dampak  black campaign dalam bentuk hoax yang 
tadinya ditujukan untuk menggoyang stabilitas politik di china justru berbalik 
menyerang negara di luar china. Sementara di china sendiri hoax itu tidak ada 
pengaruh karena filter media massa dan sosial media yang begitu ketat.  Ketika 
china sudah berhasil memenangkan perang melawan covid 19, negara lain yang 
terkena wabah menerima kenyataan dimana rakyatnya secara kejiwaan sudah lebih 
dulu terpapar virus hoax yang membuat mereka sangat lemah, dan mudah panik.  
Padahal tadinya itu yang diharapkan terjadi di china ketika wabah datang.
Ketika panik, apapun sudah tidak rasional. Kehidupan sosial, politik, 
terganggu. Gangguan berupa psikis inilah yang membuat masalah ekonomi tidak 
lagi rasional. Bursa jatuh, mata uang jatuh. Kejatuhan itu tidak lagi melihat 
data fundamental tetapi lebih kepada pertimbangan phsikis karena rumor covid 19 
berupa hoax terus bertulir. Kalau tadi pertumbuhan ekonomi rasional di tengah 
krisis sebesar katakanlah 4% maka akibat covid 19 ini bisa jadi 2%. Penurunan 
kurs terjadi tidak rasional. 
Nah Pertanyaan terakhir. Tanpa berhitung secara rasional atau hanya dasar 
kepanikan saja,  apakah kita perlu korbankan ekonomi demi melindungi rakyat, 
demi alasan kemanusiaan? Kalau ya, maka yakinlah besok akan banyak bank rame 
rame minta insentif karena NPL sudah diatas ambang batas. Para konglomerat 
tersenyum bebas bayar utang. Kredit macet tadinya 2%, mendadak jadi 20%. APBN 
harus bailout. Kemudian, setiap  Pemda akan rame rame buat anggaran darurat 
covid 19, APBD sudah engga lagi teralokasi untuk fiskal. Dana kementerian untuk 
project khusus terpaksa di geser ke daerah. Dampaknya, investor akan rame rame 
jual SBN pindah ke obligasi dollar dan yuan atau emas.  Karena APBN habis hanya 
untuk  rescue korban covid 19. Ya mari rame rame hancurkan negeri ini...orang 
kaya tinggal angkat koper pergi dan yang tinggal hanya si miskin yang lapar
Jadi udah lah mendramatisir covid 19 ini secara berlebihan sehingga seenaknya 
ngomong abaikan ekonomi demi kemanusiaan. Ketahuilah satu satunya korban 
kemanusiaan yang buruk adalah membuat orang sehat tapi bokek karena nganggur  
atau penghasilan  engga cukup untuk  makan layak . Itu nightmare all the time. 
Camkan itu.

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

Kirim email ke