-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1964-paket-insentif-pengganti-mudik



Kamis 26 Maret 2020, 05:05 WIB

Paket Insentif Pengganti Mudik

Administrator | Editorial
 

ESKALASI penularan covid-19, penyakit yang disebabkan virus korona baru, masih 
belum ada tanda-tanda menurun. Setiap hari jumlah yang terinfeksi dan angka 
kematian bertambah belasan hingga puluhan orang. Hal itu seiring dengan 
rendahnya kepatuhan masyarakat mengikuti imbauan menjaga jarak fisik minimal 1 
meter dari orang lain.

Dengan masa tanggap darurat yang diperpanjang hingga 29 Mei mendatang, 
pemerintah sebenarnya sekaligus memberikan isyarat bahwa puncak wabah covid-19 
di Tanah Air diprediksi baru akan terjadi April. Itu pun skenario yang masih 
tergolong optimistis yang harus diikuti dengan kedisiplinan jaga jarak.

Pada April, sekitar tanggal 24, umat Islam akan memulai ibadah puasa Ramadan. 
Lazimnya, puasa Ramadan diikuti kegiatan-kegiatan yang menyedot kerumunan, dari 
belanja, buka puasa bersama, hingga salat Tarawih berjemaah.

Puncaknya ialah Hari Raya Idul Fitri yang diikuti tradisi pulang ke kampung 
halaman dan silaturahim mengunjungi kerabat. Bila ritual dan tradisi tersebut 
tetap dilakukan seperti biasa, wabah covid-19 dikhawatirkan akan meledak tidak 
terkendali lagi. Maka, keluarlah imbauan Kementerian Perhubungan agar 
masyarakat mengurungkan rencana mudik.

Hanya imbauan, belum berupa larangan. Artinya, partisipasinya memerlukan 
kesadaran warga. Jika sifatnya sukarela, perlu dukungan insentif ataupun 
disinsentif bagi para calon pemudik.

PT KAI sudah memulai dengan menawarkan pengembalian uang secara penuh kepada 
pengguna jasa kereta api yang sudah membeli tiket mudik. Dalam kondisi normal, 
KAI hanya memberikan pengembalian sebesar 75% dari tarif yang dibayarkan calon 
penumpang. Insentif seperti ini tentu lebih memudahkan warga untuk memutuskan 
membatalkan pulang ke kampung halaman.

Kebijakan KAI tersebut kita harapkan juga diikuti maskapai-maskapai 
penerbangan, angkutan laut, dan moda transportasi darat lainnya. Meski begitu, 
banyak pula masyarakat yang memanfaatkan kendaraan pribadi untuk mudik.

Dalam hal ini, bila tidak ingin mengambil langkah drastis melarang, sebaiknya 
pemerintah mulai mempertimbangkan kebijakan disinsentif. Misalnya, dengan 
mengenakan tarif tol dua atau tiga kali lipat bagi golongan kendaraan pribadi. 
Barangkali perlu juga menyiapkan mekanisme penaikan tarif bahan bakar minyak 
untuk mobil dan sepeda motor demi membatasi mobilitas.

Kerinduan pada orangtua ataupun kerabat di kampung halaman tidak bisa diabaikan 
begitu saja. Masyarakat yang batal mudik akan memerlukan penyaluran untuk 
melampiaskan rasa kangen. Walau tingkat kepuasannya tidak sama, tatap muka 
langsung dapat digantikan dengan berjumpa lewat video call.

Di sini, sokongan para penyedia jasa seluler sangat dinantikan. Tentu provider 
bisa menawarkan tarif gratis atau supermurah yang pasti akan diserbu 
masyarakat. Hitung-hitung sekaligus sebagai promosi untuk meraih loyalitas 
pelanggan ke depan.

Masih ada waktu untuk merencanakan secara matang paket insentif dan disinsentif 
pengganti mudik. Kita yakin, masyarakat dan dunia usaha pun tidak akan 
membiarkan pemerintah hanya bersama tenaga medis di garis depan berjibaku 
melawan wabah covid-19. Mudik bisa ditunda, keselamatan bangsa yang utama.
 






Kirim email ke