-------- 轉寄郵件 --------
主旨: [nasional-list] Politik kebencian. (Hubungan China-AS)
日期: Fri, 8 May 2020 15:17:54 +0000 (UTC)
從: Al Faqir Ilmi alfaqiri...@yahoo.com [nasional-list]
<nasional-l...@yahoogroups.com>
*Politik kebencian. (Hubungan China-AS)*
/by. Erizeli Jely Bandaro/
Teman saya mengirim WA, minta saya membaca artikel tentang kemungkinan
perang terbuka antara AS dan China. Memang belakangan ini terjadi
kekisruhanan yang serius antara AS-China. Bahkan mungkin yang terburuk
setalah perang Vietnam. Itu dipicu oleh sikap paranoid Trumps yang
menyebut COVID-19 sebagai China Virus. Hal ini dibalas China dengan
propaganda di dalam negeri yang lebih ganas. Padahal sebelumnya
bagaimanapun sikap AS tidak pernah ada kegaduhan politik dalam negeri
China. Mereka terkesan santai menyikapi sikap AS. Entah mengapa kali ini
jadi berbeda.
Teman saya di China mengatakan bahwa China sedang berusaha membangun
politik citra international di tengah pandemi COVID-19 namun upaya itu
dibalas AS dan sekutunya dengan sangat menyakitkan. Bahkan dengan
tuduhan sepihak bahwa China sebagai sumber pet aka adanya COVID-19. Di
satu sisi Xijinping memang sedang membutuhkan narasi persatuan dan
kesatuan di tengah upaya melakukan recovery economy. Issue soal
kebencian AS terhadap China seakan menjadi seni propaganda Partai
komunis China untuk memperkuat persatuan dan kesatuan China.
Yang kebetulan juga pada bulan November mendatang akan ada Pilpres di
AS. Trumps dan Partai Demokrat sedang berusaha memanfaatkan wabah
COVID-19 ini untuk mendapatkan simpatik rakyat. Setidaknya bisa excuse
dari kegagalan pemerintah dalam menghadap dampak dari pandemi ini. Satu
satunya yang dijadikan gorengan adalah soal anti China dan memang orang
AS itu mudah sekali percaya kalau ada issue yang dibarengi kebencian.
Dulu Trumps berhasil menang dalam Pipres berkat cara dan kebenciannya
yang begitu vulgar kepada radikalisme Islam, khususnya ISIS dan Al-Qaeda.
Itu sebabnya Trumps mengancam akan menggagalkan perjanjian perdagangan
fase satu dan men ingkatkan tarif pada China, agar China tidak leluasa
membeli produk tekhnologi dari AS. Serta mengajak sukutunya untuk
mengurangi ketergantungan supply chain global dari China. Pada waktu
bersamaan China juga mengancam akan menghentikan supply Chain alat
kesehatan kepada AS dan sekutunya dan mengurangi impor gandum. Dalam
ketegangan ini secara tidak langsung dunia terbelah. Yang mendukung
China jauh lebih banyak daripada yang mendukung AS. Hanya inggris,
Jepang dan India yang masih setia di belakang AS.
Lantas apakah mungkin kedua negara ini akan berhadapan langsung di
Battle war ? Secara pribadi hubungan Xijinping dengan Trumps sangat
baik. Itu sangat beralasan. Karena hanya Xijinping satu satunya presiden
China yang pernah sekolah dan tinggal di AS. Tentu hubungan Xijinping
dengan elite AS sangat luas. Apalagi kedua putra putri Xijinping kuliah
di Harvard. 30% pendapatan Pajak AS berasal dari Perusahaan AS yang
beroperasi di China seperti Apple, Micr osoft, GE, Boeing, GM ,Intel
dll. Kalau perang, yang rugi lebih dulu ya AS. Jadi engga mungkin AS mau
serang China, itu sama saja membakar lumbung padinya sendiri. Belum lagi
petani AS sangat tergantung dengan pasar China.
Partai Demokrat menilai sikap Trumps lemah terhadap China, tidak
menguntungkan secara politik, kalau ingin menang di periode kedua
Pilpres nanti. Ya Trumps butuh narasi agar mudah menambang suara pada
Pilpres nanti. Ya tak ubahnya partai oposisi dan kaum oposisi di
Indonesia yang menggunakan issue anti China untuk dapat suara dalam
Pemilu. Orang yang tanpa prestasi hebat memang hebat dalam hal kebencian
atas dasar rasis. Mengapa? karena tidak ada prestasi yang bisa dijual
kecuali menebarkan kebencian.
Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone
<https://overview.mail.yahoo.com/?.src=iOS>