REFLEKSI :
APAKAH BUNG KARNO HARI INI MASIH MEMILIKI KEBENARAN? Di Indonesia Marxisme namapaknya telah meberikan inspirasi pada Bung Karno dalam menciptakan teori Marhainisme,yaitu Marxisme yang disesuaikan dengan kondesi masyarakat Indonesia di era penjahanan kolonialisme Belanda. Teori Bung Karno tentang Marhainisme mengacu pada terbentuknya suatu masyarakat Indonesia yang Merdeka, Berdaulat,Adil dan makmur, yang oleh Bung Karno disebut Sosialisme Indonesia.Yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur, menentang adanya ``exploitation de l´homme par l´homme`` (penghisapan manusia atsa manusia). Itulah sebabnya, maka Bung Karno Hari ini masih memiliki dibenarkan!!! . Karena gagasan Bung Karno tersebut, menurut penamatan saya, sesuai dengan pandangan Islamisme, yang tercantum dalam Al Quran: Surat Al An´am ayat 145, yang mengatakan : ``HARAM`` hukumnya, memakan darah yang mengalir. Sama haramnya dengan memakan bangkai (mayat) natau babi. Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa: Haram memakan darah yang menyalir jangan hanya di pahami secara harfiah saja, tetapi harus juga dipahami secara hakiki. Contoh secara harfiah: misalnya jika seseorang melukai tubuh seseorang lain sehingga berdarah, lalu si pelakunya itu menghisap darah yang mengalir pada diri korbannya;maka proses itulah yang bisa dikategorikan pada proses yang hafiah, yaitu suatu proses yang mudah dilihat. Tapi lain halnya dengan memahami proses secara hakiki, karena memahami secara hakiki itu, tidak cupup hanya melihat secar harfiah, pemahaman secara hakiki itu tidak dapat dilihat dengn mata telanjang, melinkan harus dilihat dengan menggunakan``mata hati``(batin); Contoh: Menurut aturan ekonomi Kapitalis neoliberal, suatu korporasi dalam suatu perusahaan dibolehkan membayar sangat rendah kepada para pekerjanya dengan alasan upah minimum ,yang telah ditentukan oleh kebijakkan kapitalis neoliberal, dengan alasan penghematan, dan memaksa pekerjaanya untuk bekerja 12 jam setiap harinya. Ini berarti bahwa kapitalis neoloberal telah menghalalkan penghisapan darah yang mengalir dalam tubuh manusia; dengan cara penggunaan tenga kerja manusia, dengan upah minimum,yang sangat rendah, seharga lontong tanpa telur. Upah minimun seperti itu adalah merupakan pencerminan adanya penghisapan manusi atas manuaia. Dalam konteks ini, Teori Marhaenisme-nya Bung Karno menolak adanya apa yang di sebut ``exploitation de l´homme par l´homme``, yaitu penghisapan manusia atsa manusia, karena mengbaikan hak-hak hidup yang layak bagi kehidupan. Penomena seperti inilah yang terjadi dalam masyarakat Kapitalis, yang sekarang ini sudah meluas dan berkambang menjadi Kapitalis Neoliberal Neoliberal, yang cara pengisapnya lebih brutal jika dibandingkan dengan cara penghisapan yang dilakukan oleh kapitalisme jalan lurus, menurut ajaran ekoniminya adam Schmidt. Harap dipahami bahwa tanpa adanya darah yang mebgalir dalam tubuh si pekerja, maka si kapitalis tidak akan bisa hidup makmur dan memiliki uang yang berlimpah-limpah,yang diperoleh dengan cara penghisapan manusia atsa manusia.. Jadi bisa dipecaya bahwa: Suara Hati nurani Bung Karno yang menolak keras adanya budaya ``exploitation de l´homme par l´homme``, yaitu budaya penghisapan manusia atsa manusia; tidak ada salahnya, oleh karena itu sangat relevan untuk dibenarkan dan didukung. Atas dasar inilah maka bung Karno meciptakan suatu teori untuk melawan sistem kapitalisme dan Feodalisme; Teori itu tertuang dalam tulisan yang bejudul Marhainisme, yang bersumber dari Mrxisme. Menurut pengamatan saya teori Marhaenisme ciptaan Bung Karno sejalan dengan pemikiran Islamisme, ini tercermin dalam Surat AL Humanzah. Surat Al Humanzah adalah surat yang ke 104 semuanya turun di Mekah. Ini tertulis dalam Al Quran. Jumlah ayatnya ada 9. Didalam surat itu (ayat 1-4) dikatakan : 1.Celakalah bagi setiap insan yang suka mengumpat dan mencela. 2. Celakalah orang-orang yang selalu menimbun-nimbung harta, dan menghitung-hitung kekayaan.. 3. Dikiranya bahwa kekayaannya itu akan dapat mengabadikan hidupnya. 4. Tidak!.Dia akan dilemparkan ke dalam neraka Hutamah.(dikutib dari ALQURAN terbitan : ``Fa. SUMATERA, Jl. R. Dewi sartika 33 Bandung. cetakan ke IV.1978- Penyusun BACHTIAR SURIN, Jus 21-30. buku warna Biru. Ditanda tangani oleh An Kepala badan Litbang Lektur Agama H.SAWABI IHSAN: NIP:150012535) Menurut pengamatan saya orang-orang yang menumpuk-numpuk harta itu adalah Kapitalis, yang sekarang berkembang biak menjadi kapitalis neoliberal ; yang melakukan penindasan dan penhisapan terhadp kaum Buruh, Tani dan Rakyat Indonesia pada umunnya secara brutal yaitu:``exploitation de l´homme par l´homme``,ini tercermin juga di rezim NKRI yang berlindung dibawah payung hukum yang disebut upah minimum a´la kapitalis neolibera, dengan alasan ``penghematan`` ``(austerität). Sayangnya banyak orang yang masih tidak mengerti apa makna kata "penghematan" (austerität) yang sebenarnya; menurut dalil-ekonomi neoliberal; kebijakan penghematan menurut neoliberalisme, tidak terbatas dari pemotongan belanja seperti yang dilakukan di Inggris atau Yunani. Apa arti penghematan yang benar-benar penting untuk dicermati, menurut Tidjane Thiam, mantan ketua dewan manajemen Prudential Group, 2012 di Forum Ekonomi Dunia di Davos; mengatakan : Bahwa serikat buruh kuning, dan partai-partai politik oportunis adalah "musuh kaum muda", dan upah minimum adalah "suatu pengkhinatan besar yang bertujuan untuk pemusnahan lapangan kerja".Para tokoh multimiliuner yang sadar tanpa malu-malu membuka hak-hak pekerja dan keselamatan kerja yang layak untuk penghidupkannya, tapi kebijakan seperti itu menurut budaya penghematan a´la neoliberal harus dihapus. Demikianlah pula proyek penghematan a´la neoliberal yang dipraktekkan di Indonesia, yang dalam konteks ini tercermin dalam hal sebagai berikut: Beginilah proyek penghematan a´la neoliberal yang dipraktekkan di Indonesia, yang dalam konteks ini tercermin dalam :"Kenaikan sebesar 8,03% UMP (Upah Minimum Provensi) Sumut 2019, harus disamakan dengan seharga lontong tanpa telur," kata Eben salah seorang orator dalam unjuk rasa itu. Oleh karena itu jika bangsa ini jujur hendak menuju pada masyarakat yang adil dan makmur, maka kita harus mengatakan bahwa : Bung Karno masih memiliki Kebenaran!!!, oleh karena itu kita harus mengevaluasi kembali karyanya, atau setidak-tidaknya beliau harus diberi penghargaan dan diberi anumerta atas karya-karya beliau itu.Jadi bukan malah dilarang, dengan alasn karena karya bung Karno tentang Marhaenisme itu terkait dengan Marxisme. Larangan terhadap Marxisme itu tercantum dalam Tap.MPRS NO. XXV/1966, yang didalamnya terlekat larangan ajaran Marxisme dll. Dalam konteks Tap.MPRS NO. XXV/1966, saya berpendapat bahwa para pendukung Tab tesebut telah terjebak dalam sikap politik yang AMBIVALEN. Ini tercermin dalam sikap; disatu sisi mengatakan mendukung Pancasila, tapi disisi lain mendukung MPRS NO. XXV/1966. Maka sikap seperti itu secara hakekat adalah merupakan sikap yang anti Pancasila, karena menurut Bung Karno dalam pidato ``Lahirnya Pancasila`` 1 Juni 1945, beliau mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia didirikan bukan buat satu golongan saja, baik golongan kaya, melainkan ``dari semua untuk msemua`` , Jadi artinya termasuk juga bagi warga negara Indonesia yang befahan Marxisme. Tap.MPRS NO. XXV/1966 jutru mengecualikan warga yang berfaham Marxisme. Kita semua tahu bahwa Tap.MPRS NO. XXV/1966 itu hadir di era kekuasaan diktator militer Fasis, dibawah pimpinan Jenderal TNI AD Suharto yang lazim disebut ORBA, yang mengembangkan sitem ekonomi yang berbasis pada Idelogi Neolibrtalisme, Jadi logis jika Rezim militer fasis itu menolak faham Marxisme,yang anti Kapitalisme apa lagi Kapitalisme Neuliberal. Jadi sungguh relevan jika Gus Dur ketika menjabad sebagai RI 1 berkeinginan untuk menghapus Tap.MPRS NO. XXV/1966 dari UUD 45. Tentang KAR MARX dan Marxiixme Sekitar tahun 2008, Karl Marx (penulis Buku Das Kapital) memunculkan dirinya untuk berbisik: `` ia kembali ! `` Ini di umumkan oleh Londoner Time. Dalam konteks ini percetakan buku di Jerman melaporkan adanya kenaikan jumlah penerbitan buku Das kapital, yang meningkat sampai mencapai sekitar 300 persen, salah satu menteri dari pemerintah Merkel menyatakan bahwa, suara ``hati nurani ´´ dari Marx tidak salah. Di Jepang, buku ini menyebar kemana-mana. Di Perancis, foto Nicolas Sarokzy yang, membalik-balik edisi buku karya Marx (Das Kapital) diterbitkan dalam bahasa Perancis, di Indonesia Buku Das Kapital (karya Marx) juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dalam 3 jilit. Sayangnya di Indonesia pemilik Buku Das Kapita berpotensi terancam ditangkap polisi. Demikialah warna Demokrasi di NKRI era ``REFORMASI``, yang sudah berjalan selama 22 tahun lamanya. Menurut pengamatan saya pemicu mengapa Marx menulis karyanya itu adalah karena adanya krisis keuangan : Kapitalisme runtuh. Jadi tepatlah apa yang telah diprediksi oleh Marx, seperti yang dikatakannya itu. Kebenaran prediksi Marx di abad ke 21 ini tercermin dalam penomena kehancurannya Kapitalisme Neoliberal (neolib). Kehancuran kapitalisme Neoliberal nampak jelas pada suatu peristiwa 15 Sebtember 2008, seperti yang dilapurkan oleh seorang penulis buku yang judul bukunya POST KAPITALISMUS; Grundrisse Kommenden Ökonomi Surkamp (Post Kapitalisme.(Dasar rencana pejuangan ekonomi mendatang) Oleh PAUL MASON 2015. Dalam buku itu ditunjukkan bahwa pada tanggal 15 September 2008,dilaporkan tentang runtuhnya Bank investasi (Investmenbank), di New York. Pada hari itu menurut Paul, ada resesi (kemerosotan, keruntuhan) besar dalam Leman Brother: kemerosotan itu tercrmin dalam, sebuah laporannya tentang penutupan 600 gerai (filiale) Starbucks. Yang mencerminkan adanya tekanan dalam sistem keuangan global, yang sudah enam minggu lamnya dilaporkan, bahwa akan terjadi keruntuhan bank besar. Yang dampaknya akan menyebabkan merosotnya Immobilionmark (real astate) Amerika mencapai titik terrendah. Keadaan seperti itu tercermin dalam harga rumah, yang ditawarkan seharga $ 8.000 dalam bentuk tunai. Keadaan seperti itu telah memberi kesan kuat untuk mengatakan ``Barang siapa menggali lubang ia sendiri yang akan tererosk didalamnya`` ini berarti bahwa : Kapitalisme dalam bentuknya yang sekarang ini, yaitu kapitalisme neoliberal akan menghancurkan dirinya sendiri. Oleh karena itu prediksi Marx sekarang ini harus dibenarkan,untuk mengevaluasi kembali karyanya (Das Kapital), atau setidak-tidaknya ia harus diberi penghargaan dan diberi anumerta atas karya-karya itu. Bagaimana di NKRI, bolehkah orang meniliki Buku Das Kapilat itu? Mark dan Agama: Karel Marx adalah keturunan Yahudi, dalam usia enam tahaun dia dibabtis masuk agama Kristen- Protestan, Marx hidup dari tahun 1818-1883. Menurut pengamatan saya, tuduhan bahwa ajaran ajaran Marxisme itu adalah ajaran yang anti agama, yang tercermin dalam ucapan Marx, yang mengatakan Agama sebagai Candu. Saya sudah pernah mendengar tuduhan seperti itu sekitar 65 tahun yang telah lalu dimasa muda di Indonesia dalam usia 20 tahun dari bapak saya. Menurut catatan sejarah,yang pernah saya baca, sejak berusia 6 tahun MARX dibaptis masuk agama Kristen Protestan, jadi artinya Marx itu bukan seorang menganut ajaran ateisisme. Marx lahir dari keluarga Jahudi, bapaknya adalah seorang pengacara. Menurut pengamatan saya; Biasanya si pemberi ceramah atau sipenuduh, menghubung-hubungkan dengan ucapan Karl Marx, yang mengatakan ``Agama sebagi candu`,` dalam konteks ini biasanya si penuduh atau si penceramah secara sengaja tidak mau mengatakan dalam konteks apa Karl Marx mengucapkan kata-kata demikian? Mengapa Karl Marx mengatakan ``Agama sebagi Candu``; Oleh karena pada saat itu Marx menyaksikan bahwa, lembaga dan penguasa agama menawarkan janji-janji sorga disamping derita dan kematian. Yang paling kesal lagi ketika Marx mengetahui bahwa para tokoh agama berkolusi dengan penguasa yang tiran yang menindas rakyat dan membodoh-bodohi rakyat. Menyaksikan penomena yang menjadikan, yaitu penomena dimana agama digunakan sebagai tempat pelarian dari pergulatan sosial yang memerlukan penyelesain kongkrit,maka suara hati Marx dalam melihat hal itu mengatakan bahwa; Agama sebagai candu, yang menghilangkan derita sementara. Sedang akar persoalannya tak tersentuh sama sekali. Jadi menurut pengamatan saya,kritk Karl Marx bukanlah hakekat Tuhan dan Agama, tetapi adalah kritik terhadap praktek keberagaman yang tidak menyelesaikan akar penyakit derita yang dialami kaum tertindas di Dunia ini, Penomena seperti itu juga terlihat di NKRI. Jadi dalam konteks ini jika kita benar-benar hendak memberantas komunisme, caranya mudah saja yaitu hanncurkan kapitalisme Neoliberal; Bagi bangsa Indonesia kembali pada UUD 45 asli, khususnya Pasal 33 UUD 45, dan lakukan reformasi soaial secara mendasar.Dan hidupkan kembaki Pola Demokrasi Pancasila yang sudah dirusak dan diganti dengan Ideologi Neoliberalisme. Menurut pengamatan saya para penentang UU HIP itu benar, tapi nampaknya keblinger dan salah sasaran,sehinga Ideologi Neoliberal lolos dari sasaran dan melenggang masuk, dan berhsil menggilas sistem ekonomi Pancasila yang berdasarkan Pasal 33 UUD 45 mati,dampaknya adalah NKRI berpotensi untuk menjadi negara jajahan model baru. Jadi artinya Neoliberalisme inilah musuh NKRI yang sebenarnya, yang sudah ada didepan mata kita!!! Kesimpulan akhir: Menrut pendapat saya ``Suara Hati`` Bung Karno yang tertuang dalam Tulisan yang mengajukan teori Marhainisme tidak salah, meskipun teori itu dilatar belangi oleh Teori Karl Marx, yang tertuang dalam bukunya yang bejudul DAS KAPITAL, yang mengkritik habis-habisan sistem ekonomi kapitals neoliberal, tentu saja ditentang oleh Kaum Kapitalis neoliberal. Kareana kaum kapitalis neolibearl tidak memiliki argumentasai yang kuat untuk melawan kritik Marx yang tertuang dalam Karya Das Kapital, maka cara yang paling efektif menurut nya adalah membenturkan Marx dengan Agama, yang ujung-ujungnya telah menyebabkan hancurnya Ideologi Neoliberalisme itu sendiri. Roeslan. Von: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Gesendet: Donnerstag, 25. Juni 2020 04:01 Betreff: [GELORA45] Bahaya Laten ORBA: Stempel Komunis! Bahaya Laten ORBA: Stempel Komunis! Oleh: erros djarot Pada zaman Orde Baru, bicara sedikit keras membela rakyat, buruh, tani, dan nelayan, sangat mudah untuk dituduh dan distempel oleh aparat sebagai gerakan kaum Komunis. Menafsirkan Pancasila yang sedikit saja berbeda dengan tafsir tunggal versi penguasa, sudah cukup untuk dikategorikan dan dikelompokan sebagai perongrong Pancasila. Dan siapa yang merongrong pastilah para aktivis agen Komunis, alias simpatisan atau kader Partai Komunis Indonesia (PKI). Begitu pola pikir aparat rezim Orde Baru. Stigma seperti ini berjalan selama hampir tiga dekade tanpa jedah. Terjadinya lebelisasi Komunis ini berawal jelang terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965. Untuk menghancurkan barisan pendukung Bung Karno yang terkonsentrasi pada Partai Nasional Indonesia (PNI) dan barisan kaum Marhaenis, lebelisasi Komunis ini sengaja dijadikan alat pemecah belah kekuatan barisan pendukung Bung Karno. PNI pun diisyukan beberapa tokohnya diberi stempel sebagai pro Komunis. Sehingga PNI pun terbelah menjadi dua; PNI Ali-Surahman (ASU) dan PNI yang dipimpin Osa-Usep. Marhaenisme (ajaran Bung Karno) pun diberi lebel sebagai faham yang senyawa dengan Marxisme-Leninisme. Tidak secara tegas dinyatakan sebagai ideologi terlarang, namun keberadaannya digolongkan dengan status ‘sangat berbahaya’.. Oleh karenanya beberapa kader aktivisnya banyak yang dipenjarakan oleh rezim Orde Baru tanpa proses peradilan. Hal yang dialami oleh, sebut saja sebagai contoh nama populer, penyair Sitor Situmorang yang selama kurang lebih 9 tahun mendekam di penjara. Bahkan salah satu angkatan bersenjata kita, yakni Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dilebelisasi sebagai angkatan bersenjata pro PKI. Sehingga para perwiranya banyak yang mengalami perlakuan yang sangat diskriminatif bahkan dikriminalisasi. Kepala Staf AURI, Marsekal Udara Oemar Dhani dan beberapa perwira lainnya dipenjarakan hingga belasan tahun. Hak-hak mereka sebagai warga negara pun direduksi sampai ke titik nadir. Keluarga mereka pun hidup dalam keprihatinan yang sangat tinggi. Semua upaya ini dilakukan oleh Rezim militer Orde Baru untuk melumpuhkan sepenuhnya Bung Karno dan seluruh kekuatan politik yang berada di belakangnya.. Politik lebelisasi Komunis ini ternyata sangat berhasil mencuci otak warga bangsa selama tiga dekade. Hingga kini pun masih tersisa otak- otak hasil cucian rezim Orde Baru yang selalu berusaha menempatkan Marhaenisme sebagai bagian dari The teaching of Marxism-Leninism. .. Upaya yang ternyata terus dihembuskan oleh para pendukung rezim Orde Baru ini, layak untuk dinyatakan sebagai ‘Bahaya Laten Orde Baru’. Sebuah upaya untuk mengembalikan kejayaan rezim Orde Baru dengan cara menghidupkan kembali ‘luka’ rekayasa masa lalu. Sehingga kehadiran barisan kaum Marhaen, Marhaenis dan Marhaenisme, diposisikan sebagai rangkaian sebuah eksistensi kelompok pro Marxisme-Leninisme. Dengan demikian eksistensi mereka sengaja dikaitkan dengan keberadaan TAP MPR no. XXV/66 yang secara tegas melarang segala bentuk aktivitas yang berkaitan dengan ajaran Marxisme-Leninisme. Upaya seperti ini (lebelisasi Komunis) terhadap lawan politik, sangat terasa hadir saat polemik Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) mencuat ke permukaan kehidupan berbangsa dan bernegara belakangan ini.. Suatu upaya yang tentunya sebuah kesia-siaan dan kemunduran berpikir yang sangat menyesatkan. Karena upaya ini menisbikan realita fenomena peradaban politik dunia yang sudah jauh bergeser dari situasi dan kondisi sosial politik di masa terjadinya peristiwa G30S 1965. Sehingga menarik bangsa ini untuk kembali mundur kejaman ‘jahiliah’ sungguh merupakan strategi politik yang sangat kontra produktif dan tak laku dipasarkan pada dunia akal waras warga bangsa kita. Semula ketika terjadi pro kontra terhadap RUU HIP, secara pribadi saya maknai sebagi dinamika yang menarik dan perlu. Karena bangsa ini memang perlu diskursus intelektual yang hangat dan sehat. Akan tetapi ketika polemik ini diberi muatan politik murahan yang serta merta melebelisasi PDIP dengan stempel Komunis dan bahkan menuntut dibubarkan, nilai perdebatanpun menjadi bermutu rendah. Tidak lagi dalam koridor kajian yang proporsional -rasional-obyektif, tapi kepentingan subyektivitas politik kelompok tertentu terasa kental mewarnai. Semula kritik seperti dilakukan seorang Yudi Latif, mantan Kepala BPIP, masih saya golongkan sebagai lontaran reaksi pemikiran yang positif. Begitu juga dengan sejumlah kritik tajam yang ditujukan kepada DPR (pimpinan Panja khususnya) tergolong wajar-wajar saja. Karena toh sebuah Draft RUU memang layak diperlakukan dengan sikap pro kontra selama dalam koridor pembahasan ilmiah-akademis, dan pemikiran kenegaraan dari berbagai sudut pandang masyarakat sebuah bangsa yang pruralis dan archipelagos. Saya sendiri sebagai salah seorang yang ikut membangun PDIP di masa-masa sulit ( perjuangan melawan rezim ORBA) turut memberi kritikan yang cukup tajam. Semata saya lakukan agar pemahaman terhadap ajaran Bung Karno tidak bias dan tereduksi hingga berpotensi menimbulkan salah faham yang dapat berkembang melahirkan faham yang salah. Saya lakukan dalam rangka menyadarkan kawan-kawan saya yang tengah berkuasa, bahwa; meminjam istilah bahasa Jawa, bener iku urung tentu pener (benar itu belum tentu tepat-pas-manfaat). Saya bisa memahami mengapa banyak juga awam yang ikutan bereaksi sangat keras. Utamanya terhimbas oleh gorengan politik yang sengaja memaknai kata ‘peras’ dan ‘Berkebudayaan’ dengan pendekatan yang sengaja melepaskan dari kesejarahan dan keterkaitannya dengan apa yang disampaikan Bung Karno pada pidato hari lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. Semata karena digelontorkan begitu saja oleh para penggagas tanpa pengantar dan penjelasan yang komprehensif. Sehingga wajar bila diplintir sampai menohok jantung dan pikiran para pendukung Bung Besar, Pemimpin besar revolusi Indonesia, Bung Karno. Dengan miskin pengantar dan penjelasan yang komprehensif, wajar bila kata ‘peras’ dalam rangkaian kata Pancasila di’peras’ menjadi Trisila dan Trisila menjadi Ekasila; dimaknai melalui jendela pendekatan yang semata serba fisik dan matematik, 5-3-1. Sederhananya, sebagaimana’ buah jeruk’ diperas menjadi ‘juice’ (jeruknya hilang dibuang) dan juice diperas menjadi ‘bubuk’-nutrisari’ (juice pun hilang tinggal menjadi bubuk). Sebuah proses negasi lewat pendekatan serba fisik dan matematik ini bisa timbul karena fihak penggagas kurang cermat dan sembrono memahami ajaran dan realita obyektif masyarakat kita. Padahal digelarnya Trisila oleh Bung Karno sebagai upaya menjelaskan riwayat, kedudukan, dan makna, mengapa lahir tawaran Trisila (Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi, dan Ketuhanan yang Maha Esa). Semata untuk menjelaskan lebih mendalam dan meluas bagaimana sifat, karakter, dan hakekat Nasionalisme Indonesia yang humanis, anti chauvinis, anti kapitalis-imperialis; Perikemanusiaan Yang adil dan beradab (berbeda dgnHAM yang berakar dari faham individualisme), Kerakyatan-Demokrasi Indonesia yang bukan liberal (musyawarah-mufakat non voting oriented) Dimana tujuan akhir bermuara pada tegaknya Keadilan Sosial (kesejahteraan rakyat) Sementara Ekasila dihadirkan bukan untuk meniadakan Trisila dan apalagi Pancasila. Karena Gotongroyong bagi Bung Karno merupakan pijakan dasar budaya bangsa bila ingin berhasil mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara yang berpijak pada Pancasila! Jadi semacam pakem atau kunci dasar! Jadi bukan seperti bayangan diperas peres seperti perasan jeruk atau pakaian di jemuran! Nah, bila saja ada penjelasan yang komprehensif dari para penggagas RUU HIP yang disampaikan ke publik secara jelas dan lugas, saya yakin heboh RUU HIP tidak akan separah ini. Dan, kaum pemegang stempel Komunis milik rezim Orde Baru, tak berpeluang untuk beraksi dan bermanuver politik. Saran saya, seperti kata mas Tukul ... kita kembali ke Laptop saja! Percuma jualan komunis, gak laku! Pabriknya sudah bangkrut! Peminat ludes! Kecuali segelintir orang ‘kenthir’ yang dilusional yang masih doyan Komunisme! Jadi, damai-damai saja lah, kita semua saudara sebangsa seTanahair, Indonesia! Ana juga ogah Komunis, Bib! Anak milenial kate ... NO Way! Nah kebetulan bulan Juni adalah bulan Lahir dan meninggalnya Bung Karno dan juga bulan lahirnya almarhum Pak Harto, mari kita doakan agar arwah beliau berdua beristirahat dengan damai di sisi Tuhan Yang Esa, alfatihah Aamiin Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone <https://overview.mail.yahoo.com/?.src=iOS>