https://www.harianaceh.co.id/2020/07/05/investasi-us-20-miliar-di-masela-lenyap-ini-jalan-terjal-proyek-kebanggaan-jokow
<https://www.harianaceh.co.id/2020/07/05/investasi-us-20-miliar-di-masela-lenyap-ini-jalan-terjal-proyek-kebanggaan-jokowi/>
Investasi US$ 20 Miliar di Masela lenyap? Ini Jalan Terjal Proyek
Kebanggaan Jokowi
[image: Redaksi HAI]Redaksi HAI
<https://www.harianaceh.co.id/author/redaksi/>
 05/07/2020 | 23:26 WIB
<https://www.harianaceh.co.id/2020/07/05/investasi-us-20-miliar-di-masela-lenyap-ini-jalan-terjal-proyek-kebanggaan-jokowi/>


Investasi Blok Masela penuh jalan terjal. Proyek yang sudah lebih dari 20
tahun mangkrak akhirnya bisa jalan di masa akhir kepemimpinan Menteri ESDM
Ignasius Jonan saat itu. Namun, kini kabar terbaru Royal Dutch Shell Plc
(Shell) mundur dari Proyek Gas Abadi Blok Masela.

Asal tahu saja, Shell memiliki hak partisipasi di Blok Masela sebesar 35%
dan 65% oleh Inpex Corporation. Selain itu, Pemerintahan Daerah juga
dipastikan bakal menerima jatah 10% hak partisipasi.

Kabar mundurnya Shell dari proyek strategis nasional itu diungkapkan Deputi
Operasi SKK Migas Julius Wiratno. “Iya betul (mundur). Inpex sedang mencari
penggantinya,” kata dia ke *KONTAN.co.id <http://KONTAN.co.id>,* Minggu
(5/7).

a melanjutkan, saat ini baik Inpex Corporation dan Shell tengah melanjutkan
pembahasan untuk opsi pengambilan hak partisipasi sepenuhnya oleh Inpex.
Selain itu, muncul pula opsi pencarian mitra baru oleh Inpex.

 Proyek dengan investasi US$ 20 miliar ini memang penuh tantangan. Terlebih
saat Presiden Joko Widodo menginginkan proyek ini dibangun di darat,
sebelumnya Inpex dan Shell sudah merancang proyek ini memakai Floating
LNG/FLNG (offshore).

Begini perjalanan proyek yang lebih dari 20 tahun belum juga berjalan:

1. Inpex mendandatangani kontrak Masela PSC pada 16 November 1998 dan
memiliki 100% saham di blok gas tersebut.

2. Inpex pada 30 Desember 2008 mendapat restu sementara POD 1 pada era
Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY).

3. Lalu anak usaha Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) pada 2010
membeli 10% saham Inpex di Masela. Sehingga komposisi saham di Masela
adalah 90% saham Inpex dan 10% saham Bakrie.

4. Cadangan gas Blok Masela secara resmi ditemukan tahun 2000. Cadangan itu
ditemukan di lapangan Abadi dengan kedalaman laut 457 meter dan total
kedalaman 4.230 meter. Cadangan gas di Lapangan Abadi diproyekasikan
mencapai 6,05 triliun kaki kubik (TCF) dengan produksi kondensat mencapai
8.400 barel per hari (bph).

5. Pada 2011, Inpex menjual 30% saham Blok Masela ke Shell Upstream
Overseas Services Limited (Shell), anak perusahaan Royal Dutch Shell Plc
asal Belanda.

6. Pada 2013, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menandatangani perjanjian
untuk menjual 10% saham di Blok Masela PSC, proyek Lapangan Abadi, Maluku
kepada Inpex Masela Ltd dan Shell Upstream Overseas Limited.

7. Alhasil komposisi saham di Masela berubah menjadi Inpex 65% dan Shell
35%.

8. Persoalan saham sudah usai. Namun, masalah Maseka belum beres. Tiba-tiba
pada tahun 2016 Presiden Joko Widodo mengubah skema proyek dari FLNG
menjadi Onshore.

9. Proyek Blok Masela mulai berjalan saat Menteri ESDM Ignasius Jonan.

10. Saat ini Shell dinyatakan mundur dari Blok Masela dan segera menjual
kepemilikan sahamnya di sana sebesar 35%.

Tumbur Parlindungan Mantan Presiden IPA mengatakan, bahwa Blok Masela itu
bukan bukan first priority bagi Shell. “Mungkin karena LNG oversupply di
dunia sampai at least next tiga sampai lima tahun,” ungkap dia, Minggu
(5/7).

Dia mengatakan, Inpex dan Shell akan melakukan development bila ada long
term contract dengan buyers. “Kalau tidak ada long term contract. Economic
and financial risknya terlalu tinggi uncertaintynya,” kata dia.

Kata dia, untuk mendapatkan long term contract sangat sulit dengan
oversupply LNG di market. “Price dari LNG adalah yang terendah dalam
sejarah,” terangnya.

Tumbur mengatakan, yang paling mungkin terjadi, Final Investment Decision
(FID) untuk Blok Masela mengalami penundaan dan mempunyai dampak dengan
penundaan produksi dari Masela.

“Shell untuk dapat reserve seperti itu tidak mudah, mungkin akan dijual
walaupun dengan harga murah,” ujar dia.

Ia menyatakan, mekanisme untuk keluar dari Blok Masela atau mengembalikan
blok migas ke pemerintah dibutuhkan waku satu sampai dua tahun. “Saya rasa
industri hulu memang sedang kesulitan karena harga minyak seperti sekarang.
Project di delay semua sampai harga minyak stabil lagi,” ungkap dia..

Apalagi, investasi Blok Masela itu cukup mahal karena deep water
development. Sementara di sisi lain, Indonesia ingin proyek itu berjalan
cepat karena sedang membutuhkan foreign direct investment sebanyak mungkin
untuk growth. “Kalau FID (Final Investment Decision) delay. Berarti FDI
Juga ter-delay,” tuturnya.

Meski begitu, Tumbur menegaskan bahwa saat ini investor yang memiliki uang.
Sehingga mereka yang akan mengatur kapan berinvestasi. “Kondisi market amat
sangat menentukan,” ujar dia. (*)

Kirim email ke