Rizal Ramli: Ekonomi Singapura Bakal Lebih Rontok Dibanding Indonesia
DEMOKRASI News-Politik

https://news.demokrasi.co.id/rizal-ramli-ekonomi-singapura-bakal-lebih-rontok-dibanding-indonesia/

DEMOKRASI.CO.ID, JAKARTA – Resesi ekonomi menghantui dunia saat ini di
tengah pandemi Virus Corona yang berkepanjangan. Sejumlah negara
seperti Singapura dan Korea Selatan ekonominya pun telah merosot akibat
pandemi tersebut.

Lalu bagaimana dampaknya ke Indonesia? Ekonom Senior Rizal Ramli
mengungkapkan, resesi ekonomi global tidak akan terlalu berdampak
menghantam ekonomi Indonesia. Sebab, roda utama ekonomi Indonesia
berasal dari konsumsi masyarakat.

“Jadi dampak global dari resesi dunia itu lebih kecil ke Indonesia,”
ujar Rizal dalam acara virtual Ngopi bareng RR, Kamis 23 Juli 2020.

Rizal menjelaskan, suatu negara akan terhantam keras oleh resesi
ekonomi global apabila perekonomiannya ditopang mayoritas dari kegiatan
ekspor. Dampaknya akan lebih besar lagi apabila nilai ekspor negara
tersebut lebih besar dari produk domestik bruto (GDP) negara tersebut. 

“Suatu ekonomi (negara) yang ekspornya lebih besar, lebih besar dari
GDP-nya. Dia akan dapat dampak dari resesi global yang lebih besar,”
tambahnya.

Rizal pun mencontohkan, hantaman keras resesi global itu yang saat ini
dialami oleh Singapura. Ekonomi negara yang jadi hub atau penghubung
perdagangan Internasional itu pun, akan lebih merasakan perih dibanding
Indonesia saat ini

“Singapura akan lebih rontok dibandingkan Indonesia. Karena Indonesia
60 persen GDP-nya konsumsi dalam negeri ekspor itu hanya kurang dari 20
persen.” tambahnya.

Meski demikian Rizal mengingatkan, pemerintah Indonesia tidak boleh
terlena dengan hal tersebut. Harus ada sikap yang tegas untuk menyikapi
dampak dari pandemi ini terhadap ekonomi.

Jika perlu, ketimbang terus ragu dengan memperpanjang Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), lebih baik pemerintah melakukan lockdown.
Langkah itu tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan. mengingat
menurutnya infeksi Virus Corona di Indonesia belum mencapai puncaknya.

“Mungkin kalau lockdown biayanya besar tapi hanya buat 1 bulan tapi
setelah itu dampak ekonominya kecil,” tegasnya. 



 

Kirim email ke