Politikus AS Melempar Tanggugng Jawab, Akan Berbalik Pada
 Penanggulangan Wabah Secara Ilmiah

2020-07-25 16:08:06 http://indonesian.cri.cn/20200725/19cfc7ad-618e-9165-c423-9af0d7315074.html

Yang bercuap tidak lelah-lelah, tapi yang mendengar sudah bosan. Inilah perasaan orang terhadap penodaan Tiongkok dengan masalah penelusuran sumber virus sekali lagi diuarkan pemimpin AS belakangan ini. Pimipinan AS ini berkali-kali menyebut virus Covid-19 sebagai virus Tiongkok yang tak terlihat, flu Kongfu dan sebagainya, secara terang-terangan menghasut rasisme, sekalipun dikecam terus rakyat AS dan komunitas internasional. Analis berpendapat, reboundnya wabah di AS dan tercetusnya kontradiksi ras menimbulkan kecemasan politikus AS, dengan panik mereka menggunakan akal yang menimpakan tanggung jawab kepada orang lain, di satu pihak bisa mengalihkan kontradiksi domestik, di pihak lain dapat juga melayani kebutuhan politik untuk pemilu.

Dilihat dari aturan penamaan penyakit, menurut ketentuan terkait WHO, penamaan penyakit hendaknya menghindari dampak negative akan kawasan, negara, perseseorangan dan binatang agar menghilangkan diskirminasi.

Pada tanggal 11 Februari, WHO secara resmi menamai virus corona tipe baru sebagai Covid-19, hal ini mencerminkan sifat keilmuan, juga bermaksud mencegah penggunaan yang tidak tepat atau  terjadinya arti penghinaan. Akan tetapi, sejumlah politikus AS mengabaikan aturan penamaan WHO, bertolak dari egoisnya, sengaja menggunakan Virus Tiongkok, kosa kata yang dipenuhi warna diskriminasi ras, secara serius menginjak ilmiah dan aksioma, bahkan mempersengit kontrdiksi ras.

Sejak Maret lalu, Stop AAPI Hate, organisasi non profit AS selalu melacak kasus diskriminasi yang dilaporkan warga AS keturunan Asia, sampai tanggal 15 Juli, tercatat 2373 kasus pembecian akan orang keturunan Asia.

Fakta sudah ada, tapi mengapa sejumlah politikus AS menjadi si buta? Hal ini berkaitan erat dengan terus memburuknya situasi wabah di AS. Karena tidak kuatnya penanganan wabah pemerintah AS serta buru-buru pemulihan ekonomi, di banyak bagian negeri AS terjadi rebound wabah yang keras, dalam 15 hari bertamah 1 juta kasus yang baru.

Sedangkan penyebab yang lebih mendalam adalah sejumlah politikus AS berpegang pikiran Perang Dingin dan prasangka ideologi secara serius, salah memperkirakan arah hubungan Tiongkok dan AS, mengakibatkan wabah kali ini belum bisa menjadi peluang mempererat kerja sama antara Tiongkok dan AS, sebaliknya politikus AS menjadikan peluang merusak perkembangan dan kebangkitan Tiongkok.

Kirim email ke