https://koransulindo.com/gagasan-melayu-melaka-indonesia-raya-dan-melayu-raya/
Gagasan Melayu Melaka,
Indonesia Raya dan Melayu Raya
Tetap menolak gerakan separatisme Papua Merdeka dan gerakan Papua 1 Juli
1961. Maju terus bersatu melawan pandemi Covid-19 di Indonesia dan
melawan pandemi kaisar kapitalisme global
5 Agustus 2020 | 10:50
Jejak Bung Karno di MalayaJejak Bung Karno di Malaya/Berdikari Online
*Koran Sulindo*– Bung Karno ketika berada di Saigon mendapat informasi
bahwa Jepang berada di posisi terdesak, mulai kalah perang. Kota
Hiroshima dan Nagasaki hancur akibat pemboman Amerika Serikat selaku
pihak negara Sekutu.
Menjadi kebanggan Sekutu perlawanan menghancurkan kejahatan fasisme
Hitler. Sungguh suatu/diametrically/, menyedihkan bahwa Soviet Rusia
semula paralel adalah teman baik Ukraina, terbalik berubah menjadi
saling bermusuhan.
Perang Dunia II yang berlangsung dari 1939 hingga 1945, merupakan perang
paling tersebar luas. Dalam sejarah perang secara langsung telah
nelibatkan lebih dari 100 juta orang dari berbagai belahan dunia.
Perang Dunia II berakhir pada 8 Mei 1945 ditandai dengan menyerahnya
pasukan Nazi Jerman. Kemenangan ini merupakan pencapaian bersama antara
Sekutu Barat dan Soviet Rusia, berujung pendudukan Berlin dan Jerman
Timur oleh Soviet Rusia.
Ukraina merupakan salah satu wilayah terkena dampak paling parah akibat
Perang Dunia II. Berada di garis depan pertempuran di wilayah Timur
Eropa melawan Nazi Jerman menyebabkan Ukraina menderita kerugian besar.
Ketika pasukan Nazi Jerman menyerah di hadapan koalisi anti-Hitler
Jerman, kerugian total diperkirakan 25 juta tentara dan warga sipil yang
berasal dari bekas Uni Soviet gugur. Berdasarkan data dari Institut
Sejarah Ukraina, sekitar 8 juta hingga 10 juta korban jiwa merupakan
warga negara Ukraina.
Soviet Rusia telah mendapat informasi intelijen dari agen mereka yang
beroperasi khusus di daratan Jepang, bahwa Jepang meningkatkan
perlengkapan militer hawa panas. Dengan kode informasi ini, Soviet Rusia
yakin perang dari militer Jepang ke arah lautan Pasifik, Asia Tenggara
dan Asia Selatan. Indonesia juga merasakan dampak tragedi Perang Dunia
II. Kekaisaran Jepang sebagai sekutu Nazi Jerman menduduki Hindia
Belanda dan Indonesia. Periode ini juga diyakini merupakan salah satu
paling rumit dalam sejarah Indonesia.
*Soekarno – Hatta ke Taiping, Perak*
Barangkali tidak banyak orang Indonesia mengetahui bahwa pada 13 Agustus
1945, sebelum hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Soekarno dan
Mohammad Hatta singgah di Taiping, Perak, Malaysia dalam perjalanan
kembali dari lawatannya ke Hanoi, Vietnam.
Soekarno dan Mohammad Hatta ke Taiping dengan maksud tujuan bertemu
dengan tokoh pemuda pejuang kemerdekaan Melayu Ibrahim Haji Yacoob dan
Burhanuddin. Pertemuan itu diatur oleh pejabat militer Jepang karena
masih daerah kekuasaan jajahannya.
Apa yang dibicarakan dalam pertemuan itu? Pertemuan itu mengenai negara
baru pasca-kekalahan Jepang, pembentukan negara Indonesia Raya atau
Melayu Raya.
Ibrahim Haji Yacoob dan Burhanuddin, dua tokoh perjuangan Melayu yang
kagum kebesaran budaya bangsa Melayu di masa lampau. Ide Indonesia Raya
atau Melayu Raya telah dicetuskan melalui sebuah konsep yang dirumuskan
oleh Abdul Hadi Hassan, seorang pengurus Maktab Melayu Melaka dalam
bukunya berjudul Kitab Sejarah Alam Melayu.
Tidak semudah itu gagasan tersebut diterima Inggris sebagai pihak
pemenang Perang Dunia II bersama dengan Sekutu Amerika Serikat. Tahun
1800, East Indies Company milik kolonial Belanda menjadi bangkrut dan
Inggris mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia antara tahun
1811-1816.
Dan di tahun 1824 lewat Treaty of London (Traktat London) menjadikan
daerah Timur menjadi dua belahan, Inggris menguasai Tanjung Malaka dan
Belanda mengontrol kepulauan Indonesia. Memang wilayah Indonesia sampai
ke wilayah yang sekarang menjadi Malaysia, namun pegangan wilayah hanya
mencakup Nederlandsch Indie, bangsa Indonesia menyatakan Proklamasi
Kemerdekaan. Angan-angan tokoh Melayu pembentukan negara Indonesia Raya
atau Melayu Raya kalau terjadi akan sangat merugikan Indonesia.
Para pendiri bangsa Indonesia tidak merespons keinginan mereka. Dan
Indonesia tetap diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari
kemudian setelah bertemu tokoh pejuang Melayu itu. Memang wilayah
Indonesia bisa mencapai Malaysia (kalau berdasarkan ras Melayu).
Sebagian Nusa Tenggara, sebagian Maluku dan juga Papua – Irian tidak
termasuk Indonesia. Wilayah-wilayah itu tidak bermukim, tidak didiami
oleh orang-orang Melayu ras Mongoloid. Padahal Papua – Irian merupakan
wilayah kaya sumber daya alam, baik hasil tambang maupun hutan dan kelautan.
Bila dirunut ditelusuri pesebaran puak Melayu sebagai ras Mongoloid dari
sisi rumpun bahasa di Nusantara Indonesia, maka cakupannya seluruh
Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Khusus untuk Papua- Irian puak
suku asli Melayu hanya di Papua – Irian di pesisir pantai utara bekas
wilayah Kesultanan Tidore dari Maluku Utara. Sementara di kawasan
pedalaman tanah Papua – Irian didiami oleh suku-suku bangsa dari ras
Austromelanised.
Kalau kita memandang Republik Indonesia dari sudut pandang sisi ras,
maka Papua dimungkinkan tidak termasuk dalam RI. Isu inilah menjadi
bahan alasan yang diembuskan pihak kolonial Belanda untuk memecah belah
dalam usahanya mati-matian mempertahankan Papua – Irian.
Berkali-kali Belanda menyatakan suku-suku di Papua – Irian bukan suku
Melayu yang menjadi asal-usul orang Indonesia. Secara etnik dan budaya
suku-suku di Papua – Irian berasal dari Melanesia. Karena itu, Papua –
Irian tidak bisa diserahkan ke RI.
Pulau yang disebut-sebut Papua – Irian dulunya disebut Niew Guinea.
Kemudian nama ini diberikan oleh seorang pelaut asal bangsa Spanyol,
Jnizo Ortiz de Reter yang singgah di pulau itu pada abad ke-16.
Pada awalnya Niew Guinea kurang diperhatikan oleh Belanda tapi beberapa
bagian di pantai utara masih bagian dari pemerintahan Kesultanan Tidore.
Kolonial Belanda hanya sekali-sekali datang mengejar dan menumpas
perampok dari Mindanao, Filipina.
Tapi sejak tahun 1828, Belanda resmi menguasai Niew Guinea dengan
wilayah administrasinya “Resedentie Niew Guinea” atau Papua – Irian,
sebutan kemudian. Namun, di beberapa tempat Belanda masih mengakui
kedaulatan Kesultanan Tidore.
Waktu perjalanan sejarah terus berjalan, Niew Guinea oleh pemerintah
kolonial Belanda dijadikan tanah pembuangan “tahanan Digulis”
tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan.
Tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan dengan
wilayahnya mencakup seluruh bekas wilayah Nederlansch Indie, termasuk
juga Residentie Niew Guinea.
Perjuangan kemerdekaan masih panjang, pada waktu penyerahan kedaulatan
akhir tahun 1949, Niew Guinea atau Papua – Irian masih tetap
dipertahankan Belanda dan dibiarkan dalam status quo.
Keadaan ini terus berlangsung sampai tahun 1962 ketika mandat Niew
Guinea diserahkan diambil alih Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Selama
dikuasai Belanda rupa-rupanya penduduk orang Papua – Irian Niew Guinea
dimanfaatkan propaganda atau dicekoki anti-Indonesia. Intimidasi politik
berjalan sistematis.
Pada 1 Mei 1963, Niew Guinea sah secara de facto dan de jure kembali ke
pangkuan RI dan namanya menjadi Irian Barat. Dan berdasarkan “New York
Agreement” pada 15 Agustus 1963, masih ada satu prosedur lagi yang harus
dilalui yaitu Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat).
Dan pada 10 September 1969, Irian Barat menjadi Provinsi Irian Jaya
dengan nama Ibu Kota Jayapura yang dulunya bernama Holandia, Kotabaru
dan Sukarnapura.
*Dalil Separatisme*
Nama “Irian” dipersoalkan oleh orang-orang yang mau memisahkan diri dari
RI. Karena intimidasi kolonial Belanda mereka mempelesetkan kata Irian
menjadi “Ikut Republik Anti-Nederland”.
Nama Irian diusulkan oleh putra pejuang Irian, Frans Kaisiepo, yang
berarti “sinar yang menghalau kabut”. Itu diambil bahasa salah satu suku
di Irian.
Namun kaum separatis lebih suka, malah bangga menyebutnya “Papua”. Papua
berarti “daerah hitam tempat perbudakan”. Mereka lebih suka menyebut
demikian karena dianggap memberi semangat motivasi, semangat perjuangan
menuju negara baru terpisah “Papua Merdeka”. Tapi, merdeka dari
penjajahan yang mana? Dari Belanda atau dari Indonesia?
Kemudian dalil separatis mengapa mereka berkehendak memisahkan diri dari
Indonesia. Pertama, mereka beranggapan Papua – Irian tidak termasuk
dalam wilayah Nederlansch Indie yang harus diserahkan kepada wilayah
Indonesia. Kedua, suku-suku di Papua – Irian tidak termasuk dalam suku
orang Melayu yang menjadi cikal bakal Indonesia. Ketiga, tidak ada wakil
dari Papua – Irian yang ikut dalam Sumpah Pemuda 1928.
Dalil separatis untuk alasan pertama dapat dikatakan jauh mengada-ada
karena sejak tahun 1828 Niew Guinea atau Papua – Irian sudah menjadi
bagian dari Nederlanch Indie dengan nama Residentie Niew Guinea. Dan
sejak 1927, Boven Digul, hutan lebat kawasan berawa-rawa di Niew Guinea
dijadikan tempat pembuangan para pejuang kemerdekaan. Tidak mungkin
Belanda membuang tahanan politik ke Digul jika itu di luar wilayah
kekuasannya.
Bukti nyata alasan kedua, bahwa orang-orang asli Irian berinduk dari ras
Papua Melanesid dengan sub-sub Araturid meliputi Papuid, Australid dan
Melanesid. Alasan ini sudah ditangkis dan dijawab oleh Soekarno sebagai
sumbu politik bangsa Indonesia. Bahwa urusan Irian Barat tidak ada
kaitannya dengan suku, juga ras. Irian Barat adalah bagian dari
Nederlansch Indie dan harus diserahkan kepada Indonesia.
Sumpah Pemuda yang dikumandangkan oleh para pemuda 28 Oktober 1928
memang tidak dihadiri oleh perwakilan dari Niew Guinea atau Irian Barat.
Tapi dari kawasan timur Nusantara diwakili oleh Jong Celebes, Jong
Minahasa, Jong Ambon dan Timorese Verbond. Ketidakikutsertaan Niew
Guinea atau Papua – Irian dalam Sumpah pemuda kemudian sudah direvisi –
disusulkan dalam Piagam Kotabaru (sekarang Jayapura/yang ditandatangani
tanggal 3 Februari 1963 oleh 17 orang yang mewakili organisasi politik
dan golongan karya Irian Barat).
Piagam Kotabaru memuat pernyataan kebulatan tekad dan janji sumpah setia
di antaranya berbunyi “Bahwa kami putra-putri Irian Barat mengakui 17
Agustus sebagai hari kemerdekaan rakyat dan wilayah Irian Barat dari
tangan penjajah, serta mendukung cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945
dan mengakui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 sebagai sumpah rakyat Irian
Barat”.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 rakyat Indonesia bangkit melakukan
perjuangan kemerdekaan, bangsa Indonesia mengangkat senjata, merebut
kekuasaan politik dari tangan kaum imperialisme fasis Jepang. Kemudian,
melakukan perang perjuangan rakyat untuk kemerdekaan melawan agresi
bersenjata kaum imperialis Inggris dan Amerika Serikat untuk
mengembalikan, memulihkan kekuasaan politiknya di Indonesia.
Kekuatan penggerak revolusi Indonesia adalah kaum buruh, kaum tani dan
berbagai golongan rakyat pekerja kecil seperti tukang kerajinan,
berbagai jenis kaum pekerja merdeka, pelajar mahasiswa dan intelegensia
demokratik lainnya, kaum miskin kota pada umumnya serta elemen progresif
demokratik lainnya.
Politik kompromis organisasi elemen tertentu dan dari manapun merupakan
pengkhianatan atas perjuangan rakyat Indonesia. Berkolaborasi dengan
pihak kapitalisme global tetap ditolak oleh gerakan perjuangan rakyat di
Indonesia.
Tetap menolak gerakan separatisme Papua Merdeka dan gerakan Papua 1 Juli
1961. Maju terus bersatu melawan pandemi Covid-19 di Indonesia dan
melawan pandemi kaisar kapitalisme global.*[Robby Sumolang, National
United Gerakan Rakyat di Indonesia]*