*https://redaksiindonesia.com/read/ingat-faham-khilafah-sudah-ada-di-parlemen.html
<https://redaksiindonesia.com/read/ingat-faham-khilafah-sudah-ada-di-parlemen.html>*


*Ingat, Faham Khilafah Sudah Ada Di Parlemen*

*Nuril Arifin Husein atau Gus Nuril, mengungkap dalam sebuah tulisannya
tentang riwayat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI). Dua kelompok ini, dalam ulasan Gus Nuril, merupakan sayap politik
dari kaum Wahabi di Indonesia.*

“PKS itu sayap politik Wahabi yang ditugaskan merebut pemerintahan lewat
jalur demokrasi. Setelah PK yang digulirkan Suripto tidak laku. Lalu ada
sayap HTI, ini merupakan pasukan pemukul yang bersiaga “jika kondisi sudah
siap” dialah yang selama ini disebut sebagai sel tidurnya ISIS,” ungkap Gus
Nuril.

Diterangkan pula bahwa ISIS merupakan sempalan dari HTI. Dan HTI itu hasil
kawin silang antara Ikhwanul Muslimin Turki dan Wahabi Arab. Diceritakan,
ketika pertama kali masuk ke Indonesia, IM diterima oleh bidannya Habib
Husein Al-Habsyi.

“Dan oleh Habib Husein Al Habsyi yang di jaman Pak Harto dulu pernah ngebom
Candi Borobudur, lalu dilahirkan organisasi politik. Mereka merencanakan
menguasai Indonesia lewat berbagai jalur politik,” lanjutnya.

Melalui jalur demokrasi, mereka kemudian masuk dan mendirikan Partai
Keadilan, atau PK. Tetapi dalam pemilu demokrasi ternyata kurang
mendapatkan sambutan, maka PK yang dipimpin oleh Nur Mahmudi, kemudian
melakukan tiwi kromo menjadi PKS, yang dikomandoi oleh Hidayat Nur Wahid.



*Di bawah Hidayat Nur Wahid, PKS bisa menyusup ke kubu NU, bahkan keluarga
Gus Sholahudin Wahid pun sudah mulai ada putranya yang masuk PKS.
Belakangan, isu santer semakin kencang, ketika muktamar di Jombang, PKS dan
konon Yusuf Kalla ikut mengarsiteki kubu Kang Prof DR KH Hasyim Muzadi dan
Gus Sholah (Sholahudin Wahid Hasyim).*

Di samping sisi politik yang memasuki orbit demokrasi Indonesia, sehingga
mampu memicu munculnya perda-perda syariah di mana-mana hingga mencapai
ratusan Perda, kelompok Wahabi dan Ikhwanul Muslimin ini kemudian
melahirkan kawin silang bernama HTI.

“Kelompok ini sebenarnya memiliki makna mengerikan, yaitu hizbut artinya
pasukan, barisan atau tentara, tahrir adalah pembersih atau pembebas. Jadi,
HTI artinya tentara pembebas Indonesia,” jelasnya.

Ya, lanjut Gus Nuril, mereka memiliki pandangan bangsa Islam di Nusantara
ini dijajah oleh pemerintah Indonesia yang menggunakan dasar thogut sebagai
bentuk azas-nya. Jadi Pancasila itu thogut alias setan. Pemimpinnya
penjajah. Maka misi yang dibawanya adalah menjadi negara theologi alias
Indonesia sebagai negara Islam dengan sistem khilafah yang wahabiyah.

Group ini juga mengintrodusir kelompok militan tersembunyi yang selama ini
menjadi pelahir teroris, yaitu kelompok yang mengklaim dirinya salafy.
Padahal salafy itu sebenarnya adalah para ulama yang lahir setelah zaman
nabi, yaitu yang terkenal sebagai “salafus sholeih”.

“Nah, salafy yang ini lahir sekitar abad ke 20, atau bareng dengan
kemerdekaan Arab Saudi sekitar tahun 1924-an. Mereka mengklaim sebagai
kelompok salaf yang boleh mengkafirkan kelompok lain. Mereka menguasai
perumahan-perumahan, kemudian dijadikan basis pertahanan,” terangnya
kembali.

Mereka tersembunyi dan susah dideteksi karena bergerombol dalam sebuah
group perumahan tersendiri, mendirikan RT dan Rw sendiri. Kelompok ini
sangat intens mendirikan sekolah sekolah dan pengajian-pengajian,
mendirikan rumah rumah ngaji, dan menduduki masjid masjid,” sambungnya.

Di samping kelompok salafi, lanjutnya lagi, juga ada yang bernama MTA, yang
berpusat di Solo, dipimpin oleh Asukino atau Ahmad Sukino. Kelompok ini
menawarkan kajian Quran dengan tafsir “sak wudele dewe” sehingga
mengkafir-kafirkan sesama muslim.

Di zaman Pak Harto, kelompok ini dengan kelompok radikal lainnya
dikendalikan oleh tokoh TNI yang berpengaruh, yaitu Tripel S, yaitu Susilo
Bambang Yudhoyono, Syafri Samsudin dan Sudi Silalahi.

Di bawah kendali mereka, pertumbuhan kelompok radikal itu dapat ditekan
atau tidak mampu mengembangkan sayap. Namun justru di jaman pemerintahan
SBY lah kelompok ini semakin mengembang di mana-mana.

“Kelompok Wahabi ini juga menyusup dan ikut besar di pekarangan
Muhammadiyah. Bahkan banyak guru guru Muhammadiyah yang menjadi PKS. Maka
wajar kalau gerakan pemanasan makar 411, 313 atau 212, di dalamnya ada
tokoh Amin Rais, ada Hidayat Nur Wahid,” pungkasnya. Tentu ada juga Dien
Samsudin dan para Kadrun lainnya kata saya.

Gus Nuril adalah tokoh ulama kritis dan berani yang hanya Ingin disebut
Pencinta Gus Dur sampai akhir. Pencinta Wali, Pengharap Syafaat Nabi dan
mewakafkan hidupnya untuk NKRI.


Sumber : Status Facebook Tito Gatsu

Kirim email ke