Dear All Gm2020. Informasi di bawah ini sangat menarik utk di baca mengingat saat ini Mark Up bukan saja terjadi pada Anggota Legislatif, Tender Proyek, Tapi telah masuk juga dalam Dunia Pendidikan. Kayaknya Telah membudaya di semua Sendi Kehidupan Indonesia Hidup penuh Kecurangan.
Semoga Tahun 2009 Bisa melahirkan Presiden yang bisa membawa harapan Baru buat Indonesia dalam Menegakkan Supremasi Hukum dan Menstabilkan Ekonomi. Semoga Kepala Sekolah SMA yang ada di Gorontalo tidak mengikuti Jejak SMA 13 Makassar. Wassalam TP Dongkrak Nilai Rapor untuk JPPB Oleh: Anggi S Ugart – Herwin Bahar MAKASSAR -- Banyak cara untuk meloloskan siswa masuk di perguruan tinggi ternama, termasuk jurusan favorit. Salah satunya dengan mendongkrak nilai rapor. Temuan inilah yang menjadi pembicaraan di Universitas Hasanuddin (Unhas). Melalui seleksi Jalur Pemanduan Potensi Belajar (JPPB) tahun akademik 2008/2009, sebanyak 12 nama dari SMAN 3 Makassar terkuak telah memalsukan nilai rapor dan lolos JPPB di berbagai jurusan. Salah satunya, anak kepala sekolah, Bakhrul Afif Amsak. Siswa SMAN 3 Makassar ini lulus di Fakultas Kedokteran jurusan Pendidikan Dokter. Selain Bakhrul, ada nama Isnaeni Prameswari yang diterima di jurusan Statistik. Yusnan Alqadri, jurusan Kimia dan Fauziah Parakkasi, Hubungan Internasional. (Selengkapnya, baca grafis). Dari penelusuran Fajar, di sejumlah mata pelajaran angka tujuh diganti menjadi delapan, sehingga angka itu terdongkrak. Padahal, dari mereka ada yang sama sekali tidak masuk dalam daftar 10 besar di kelas yang menjadi syarat kelulusan JPPB. Sementara, ada orangtua siswa yang anaknya selama ini menjadi bintang kelas, justru tidak dinyatakan lulus. Karena merasa curiga, orangtua siswa yang minta identitasnya tidak ditulis, itu melaporkan ke rektorat Unhas untuk menyelidiki dugaan manipulasi rapor dari SMAN 3 Makassar. “Ternyata itu betul. Pihak Unhas mencocokkan fotokopi rapor dengan buku induk di sekolah itu, ternyata tidak sesuai. Sejumlah angka didongkrak di rapor itu,” tandas Kepala Humas Unhas Dahlan Abubakar, kemarin. Bahkan, kata Dahlan, ada yang tidak lulus di sekolah, tapi mendapat rapor bagus sehingga bisa diterima di JPPB. Sumber di sekolah itu juga menyebutkan, selain di Unhas, siswa dari SMAN 3 juga ada yang lolos ke UGM dan IPB. “Tapi, saya tidak tahu apakah juga didongkrak atau rapornya murni,” ujar sumber Fajar. Akibat manipulasi angka rapor itu, pihak Unhas membatalkan kelulusan ke-12 siswa SMA 3 melalui JPPB. Dalam surat Keputusan Rektor Unhas No 2681/H4/P/2008, selain pembatalan siswa ini, Unhas juga menjatuhkan sanksi berat kepada pihak sekolah (SMAN 3) untuk tidak diikutkan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru lewat JPPB selama empat (4) tahun berturut-turut sejak 2008. Bukan Barang Baru Rupanya, bukan hanya 12 alumni SMA 3 Makassar yang kedapatan melakukan mark up nilai rapor. Unhas juga berhasil mengungkap kasus serupa pada tahun 2006 dan 2007. Bahkan, salah satu pemalsu nilai rapor tersebut berhasil kuliah di Fakultas Kedokteran Unhas hingga saat ini. Dari informasi yang diperoleh Fajar, mahasiswa tersebut angkatan 2007, dan kini duduk di semester dua. Selama kuliah, dia hanya meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 1,17. Dahlan Abubakar mengungkapkan, Unhas saat ini belum memberi tindakan. Alasannya, pihaknya masih akan melakukan penelusuran jika masih ada kasus serupa yang belum terbongkar. “Kami belum bisa beritahukan nama dan asal sekolah mahasiswa angkatan 2007 ini. Namun yang jelas, kasus manipulasi nilai rapor tersebut terungkap atas laporan wakil kepala sekolah yang merasa anaknya pintar, tapi justru tidak lolos di JPPB. Ternyata, justru anak kepala sekolah yang lolos, padahal tidak dikenal pintar. Alhasil, saat masuk Kedokteran IPK hanya 1,17," beber dosen Fakultas Ilmu Budaya ini. Namun yang jelas, pada tahun 2007, setidaknya ada dua sekolah yakni SMA 1 Bulukumba dan SMA 2 Soppeng yang kedapatan memalsukan nilai rapor. Salah satunya, saat ini kuliah di Kedokteran Unhas. Ulah oknum tersebut baru terungkap tahun ini. Tak hanya itu. Tahun 2006 lalu ungkap Dahlan, seorang calon mahasiswa JPPB kedapatan menggunakan nilai rapor palsu saat mendaftar ulang. "Dia dari SMA Negeri Kolaka. Ulah peserta JPPB tersebut ketahuan saat mendaftar ulang. Rapor asli dan rapor fotocopy yang digunakaan saat mendaftar pertama kali tidak cocok. Akhirnya, kami batalkan," tandas Dahlan. Selain kasus pemalsuan nilai rapor alumni SMA 3, SMA Kolaka, SMA 1 Bulukumba dan SMA 2 Soppeng, Unhas menduga masih ada kasus serupa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Diduga, pemalsuan tersebut sudah terjadi sejak tahun 2002 silam. Kepsek Anggap Biasa Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 3 Makassar, Drs Ambo Sakka M, yang dihubungi kemarin, mengaku pembatalan itu sebagai hak dari pihak universitas. Dia mengaku telah mengetahui pembatalan alumninya masuk ke universitas itu. “Itu hal biasa. Kita cuma mengusulkan. Kalau memang diterima, Alhamdulilah. Kalau tidak diterima, juga tidak apa-apa," katanya. Setiap tahun, kata dia, memang ada siswa yang diusulkan diterima melalui JPPB itu. Hal itu sesuai permintaan dari universitas yang bersangkutan. "Untuk tahun ini kami berikan berkas administrasi setiap perwakilan kelas dan jurusan. Toh akhirnya tidak lulus, itu tidak apa-apa," tambahnya. Lalu apa penyebabnya? Kepsek mengaku tidak mengetahui penyebab dibatalkannya kelulusan alumninya. "Kemungkinan mereka tidak lulus administrasi," ungkapnya. Namun diakui Ambo Sakka, kemungkinan besar karena nilai yang pernah diremedial. "Banyak yang tidak mengetahui bahwa ada sekolah yang menerapkan remedial bagi nilai siswanya. Maksudnya, siswa yang memiliki nilai di bawah standar bisa mengikuti program remedial. Yakni dibimbing kembali dalam waktu tertentu dan diberikan ujian perbaikan nilai. Tidak jauh beda dengan universitas yang menganut semester pendek (SP)," tandasnya. Penerapan remedial itu bisa untuk siswa kelas I hingga kelas III. Ambo Sakka menjelaskan, mereka yang bisa mengikuti program remedial itu adalah yang memiliki nilai di bawah 70. "Tapi sebelumnya, kami memberitahukan kepada siswa bersangkutan, mau atau tidak. Tidak ada paksaan sama sekali," ungkapnya. Diungkapkan pula, remedial itu tidak dipungut biaysa sama sekali. "Mungkin saja ketidaklulusan alumni kami melalui JPPB itu karena remedial itu. Tapi yang jelas, bagi kami, tidak ada masalah kok," ucap Ambo Sakka. Kepsek: “Itu Hasil Remedial” Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 3 Makassar, Drs Ambo Sakka M, yang dihubungi kemarin, mengaku pembatalan itu sebagai hak dari pihak universitas. Dia mengaku telah mengetahui pembatalan alumninya masuk ke universitas itu. “Itu hal biasa. Kita cuma mengusulkan. Kalau memang diterima, Alhamdulilah. Kalau tidak diterima, juga tidak apa-apa," katanya. Setiap tahun, kata dia, memang ada siswa yang diusulkan diterima melalui JPPB itu. Hal itu sesuai permintaan dari universitas yang bersangkutan. "Untuk tahun ini kami berikan berkas administrasi setiap perwakilan kelas dan jurusan. Toh akhirnya tidak lulus, itu tidak apa-apa," tambahnya. Lalu apa penyebabnya? Kepsek mengaku tidak mengetahui penyebab dibatalkannya kelulusan alumninya. "Kemungkinan mereka tidak lulus administrasi," ungkapnya. Namun diakui Ambo Sakka, kemungkinan besar karena nilai yang pernah diremedial. "Banyak yang tidak mengetahui bahwa ada sekolah yang menerapkan remedial bagi nilai siswanya. Maksudnya, siswa yang memiliki nilai di bawah standar bisa mengikuti program remedial. Yakni dibimbing kembali dalam waktu tertentu dan diberikan ujian perbaikan nilai. Tidak jauh beda dengan universitas yang menganut semester pendek (SP)," tandasnya. Penerapan remedial itu bisa untuk siswa kelas I hingga kelas III. Ambo Sakka menjelaskan, mereka yang bisa mengikuti program remedial itu adalah yang memiliki nilai di bawah 70. "Tapi sebelumnya, kami memberitahukan kepada siswa bersangkutan, mau atau tidak. Tidak ada paksaan sama sekali," ungkapnya. Diungkapkan pula, remedial itu tidak dipungut biaysa sama sekali. "Mungkin saja ketidaklulusan alumni kami melalui JPPB itu karena remedial itu. Tapi yang jelas, bagi kami, tidak ada masalah kok," ucap Ambo Sakka. (her)