Rahasia Pacar Teman Kosku

Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak. Saya
tinggal diwilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor tapi saya bekerja
di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang
pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak
begitu bagus karena saya memang bukan penulis. Awalnya adalah ketika
saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari ortu
maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba
pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info2
yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak
hal-hal yang berkaitan dengan seks. Penyewaan LD porno ( waktu itu
belum jaman VCD hehehe ), majalah, stensilan, tempat perempuan yang
bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat
kontrasepsi ( kalo ini mah dimana2 juga banyak ). Kalo soal gaya dan
posisi2 seks itu sih belajarnya dari film. Saya sendiri masih perjaka
saat itu dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe…
). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga.
Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok
jadi ya persaingannya ketat. Saya sendiri bukan termasuk cowok yang
beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak
punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak "ilmu" dari teman-teman
saya terutama dari Rashid, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir.
Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus. Saya bahkan sudah
diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita
tanpa memaksanya meski awalnya dia tidak mau. Ajaran itu tidak
ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang
tergantung situasinya. Trik yang berbahaya memang tapi kagak bisa juga
dipraktekin juga ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat
trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik
itu menjadi senjata makan tuan. Berkat trik dari Rashid itu aku
berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rashid sendiri, dan sampai kini
Rashid tidak mengetahuinya. Itupun bukan aku yang melakukan trik
tersebut tapi Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku
cuma kecipratan "getah" enaknya saja. Ceritanya Rashid itu doyan
gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia
setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya
Rani. Dibilang serius karena kata Rashid dengan Rani inilah dia ingin
menikah. Di mata Rashid, Rani adalah cewek yang sempurna. Kalau dari
segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok. Payudaranya
lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut
panjang dengan wajah yang menawan. Rani sering berkunjung ke kamar
kost Rashid. Entah datang sendiri atau datang bersama Rashid. Mungkin
Rashid meenjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas
yang berbeda. Rasanya setiap kali Rani datang berkunjung, mereka
selalu "main" dalam kamar Rashid. Itu ditandai dari suara rintihan
Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rashid. Meski
setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara
yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh. Malah terkadang ada
suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya.
Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka
telah selesai atau telah tertidur. Tapi jika Rashid hasratnya sedang
menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti
kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu
kedatangan Rani. Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi
berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Rashid. Tidak jarang
Rani sampai bermalam di kamar Rashid meski tidak pernah sampai
berhari-hari. Demikianlah, Rashid si raja sesat, begitu kami
menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani. Kami dua anak kost
yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui "keberuntungan" Rashid. Oh
ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rashid, Kamil
dan aku. Kamil juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim
sehingga menolak melakukan hal-hal yang "aneh-aneh". Tapi Kamil juga
sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di
tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta
dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu. Hubungan mereka
akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain.
Kamil juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun
belakangan masuk kuliahnya dari Rashid. Jadi mereka berdua adalah
seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Rashid, Rani dan
Kamil ketiganya berasal dari Jakarta. Hari itu Rashid mengerjakan
tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol
saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Rani datang dan
menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Rashid masih di kampus dan
kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Rani mengatakan
akan menunggu di kamar Rashid saja. Mungkin Rashid belum
memberitahunya sehingga Rani datang "terlalu cepat". Jaman itu
komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya HP maupun
pager. Rani pun masuk ke dalam kamar Rashid dan menunggu pacarnya itu
pulang. Rani memang punya kunci cadangan Rashid sehingga leluasa
keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat
itu ketika Rashid sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus.
Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost
kami tidak mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa
tamu perempuan tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar
masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu
belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga
ibu kost tinggal. Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk
kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar
pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas
untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak
kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari
pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan
ibunya Rashid. Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke
kamar Rashid dan kalau sampai memergoki Rani didalamnya, bisa gawat
urusannya. Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera keatas dan
berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yang memberitahu Rani
karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rashid
serta Rani. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku
segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia
bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke
kamarnya. "Tunggu sebentar", katanya. "Wah, gimana sih, kok malah
masuk lagi", kataku. "Sebentar Ri", katanya lagi dari dalam kamarnya.
Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil
nyengir. "Ngapain bos?", tanyaku. "Ah enggak ga apa-apa", jawabnya.
Kita ke kamar Rashid lalu Kamil pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka
sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah
tangga sudah terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera
tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rashid dan bapak kost kami.
Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling
berpandang-pandangan dengan panik. "Ri, do something, lo kesana cegat
mereka!", kata Kamil. "Trus ngapain?", tanyaku kebingungan. "Ngapain
kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah
kesono cepetan", perintahnya. Maka akupun berlari turun berpura-pura
mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka.
Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa
Rashid masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa
balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak
kost, aku bercerita bahwa Rashid sedang sibuk karena tugas akhir yang
dikerjakannya. Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku
tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera
naik. Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan
menghalang-halangi mereka naik. Di bawah segera setelah aku mengisi
termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak
kost baru saja membuka pintu kamar Rashid dan menyilahkan kedua orang
tua Rashid untuk masuk. "Hufff….sukurlah", pikirku, "situasinya sudah
terselamatkan. Hampir saja". "Eh tapi kemana mba Rani ya?". Tidak
mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tidak mendengar
suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel.
Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah.
Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk
lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Rashid dan
bapak kost. Jadi kemana mba Rani ya?. Pintu kamar Rashid telah ditutup
dan aku mendengar suara orangtua Rashid yang entah mengomentari apa
dalam kamar anak mereka. Aku juga tidak melihat Kamil. Apa mba Rani
ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu
kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah
analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari
kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku
dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan
nyaris berbisik. "Ri, lo jangan bilang Rashid ya kalo Rani kesini
malam ini?", katanya. "Loh, kenapa?", tanyaku heran. "Pokoknya jangan
deh", katanya lagi tersenyum nakal. "Iya tapi kenapa? Emangnya ada
apa?", tanyaku lagi masih tidak mengerti. "Gini aja deh. Lo jangan
bilang Rashid dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan
istimewa". "Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah!", kataku lagi. Dalam
hati rasanya aku mulai mengerti akan rencana "busuk" Kamil tapi aku
masih belum yakin. Apakah dia akan…..? Ah tidak, tidak mungkin. Kamil
dan Rashid berteman baik, tidak mungkin Kamil sampai tega
melakukannya. Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tahu. Ah
sudahlah aku ikuti saja kemauan Kamil dan menunggu perkembangannya.
Kami berdua masuk kamar dan sebelum masuk kamar Kamil mengedipkan
matanya padaku. Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah
mereka akan melakukannya? Apakah Rani mau mengkhianati Rashid? Semudah
itu? Dan bagaimana caranya? Lalu setelah mereka selesai maka benarkah
setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah? Wah…kalau benar
begitu maka inilah malam dimana aku kehilangan keperjakaanku.
Bagaimana kalau sampai Rashid tahu? Pikiran-pikiran itu memenuhi
otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe… Tidak
sampai 1 jam rasanya aku mendengar suara-suara "aneh" dari kamar
Kamil. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam. Aku mendengar
terus dengan seksama. Yak, aku yakin itu suara Rani dan sepertinya
Kamil sudah berhasil menyetubuhinya. Aku mengenal dengan baik suara
rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rashid. Tapi kali ini bukan
Rashid yang melakukannya tapi teman baiknya, Kamil. Dan aku terlibat
dalam persekongkolan itu. Ada rasa bersalah terhadap Rashid tapi
nafsuku lebih menguasaiku. Ini juga sebagai pelajaran bagi Rashid yang
suka memamerkan pacarnya sama kami. Lagian kan dia juga yang
mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga
menidurinya. Duh, aku tidak sabar menunggu giliranku. Sudah 15 menit
sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan
itu sudah hilang. Apakah mereka sudah selesai? Bagaimana kalau mereka
tertidur? Wah…bisa-bisa aku gak "kebagian". Karena mendapat pikiran
seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku. Aku mengetuk kamar
Kamil dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Kamil dari dalam
kamarnya. "Siapa?", tanyanya pelan. "Gue, Ari", jawabku juga dengan
pelan. Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski
agak memerah tapi tersenyum sumringah. "Udah gak sabaran lu ye?",
katanya sambil membuka pintu lebar menyilahkan aku masuk. Ternyata
Kamil bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya.
Badannya penuh keringat dan kontolnya masih basah yang meski sudah
agak melemas tapi masih terlihat tegang. Namun yang paling menarik
perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Kamil.
Seorang mahluk cantik yang sangat seksi bertelanjang bulat dengan
tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat yang memantulkan cahaya
kamar sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa. Tubuh indah
itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya.
Rani tersenyum agak malu melihatku. Dia merubah posisinya yang tadinya
telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya. Dia juga
berusaha menutup payudaranya dengan tangannya. Aku masih terdiam dan
melongo. Beberapa kali aku menelan ludah menyaksikan keindahan
tubuhnya. Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi.
"Hey…kenapa bengong? Baru pertama lihat cewek telanjang ya?", katanya
lagi sambil cekikikan. Kamil kemudian mendorongku, "Udah situ…ambil
jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh". Kamil dan Rani tertawa
menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku. Kontolku memang sudah
berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol. Aku
memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana
pendek beserta kaos oblong. Kamil kemudian duduk di kursi dalam
kamarnya. Akupun duduk di ranjang Kamil tidak tahu harus bagaimana.
Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. "Sebentar ya, aku ke kamar
mandi dulu. Sperma Kamil banyak banget nih", katanya. Sewaktu Rani
bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani
mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental.
Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Kamil hanya
tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya. Sewaktu Rani di kamar
mandi, Kamil memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya.
"Buka dong baju lo semua", kata Kamil kemudian. Akupun menelanjangi
diriku. Aku tidak perduli lagi disitu ada Kamil. Begitu aku menarik
turun celanaku, kontolku melenting keatas. Hal itu dilihat oleh Rani
yang sedang melap veggynya. Dia tertawa, "Duh…udah langsung gede gitu
ya?", katanya. Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat
kearahku. Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku
seperti menggigil kedinginan. Rani kemudian mengambil lotion ditasnya
dan membalurkannya ke kontolku yang sudah sangat keras. Rasanya nikmat
kontolku di gosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu.
"Mil…gemukan ini dari punya lo", ujarnya sambil menatap Kamil. Kamil
hanya tersenyum. "Gitu ya?", jawab Kamil. "Kamu baring deh," kata Rani
kemudian. Akupun baring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi
untuk memasukkan veggynya ke dalam kontolku. Detik detik kehilangan
keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang
senikmat-nikmatnya. Hehehehe…. Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya
yang montok itu dan veggynya pelan-pelan menelan kontolku yang sudah
berdiri dengan kerasnya. Aku melihat bagaimana bibir veggy Rani
membuka dan seolah menghisap kontolku masuk ke dalamnya. Expressi Rani
juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden
seperti orang sedang buang air besar. Tubuhnya sampai gemetar ketika
melewati bagian tergemuk dari kontolku. "Ehhhhgggg….duh gemuk amat sih
nih burung", katanya sambil mendesah. Setelah veggynya menelan habis
kontolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas. "Kamu udah gak perjaka
sekarang", katanya menggodaku. "Iya mba, makasih ya", jawabku sambil
mencium bibirnya. Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik turun.
Uuuuuggghhhh….nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks.
Jauh lebih enak dari masturbasi. Pantesan banyak orang yang ketagihan.
Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya. Kadang di maju
mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa
melupakan gerakan naik turunnya yang erotis itu. Payudaranya ikut
berayun mengikuti irama goyangannya. Secara insting, aku pun mencoba
menghisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka.
Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang
itu. Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini
aku dengar dengan sangat jelas di telingaku. "Gimana rasanya?",tanya
Rani disela-sela goyangannya. "Enak mba…enak banget", jawabku. "Kalau
mau keluar bilang ya sayang", katanya tersenyum. Uh cantik benar dia.
Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis. Aku sudah tidak perduli
lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak perduli ada Kamil disitu. Aku
melirik sesaat ke arah Kamil. Aku lihat dia menggosok-gosok kontolnya
yang sudah membesar lagi. Mungkin karena belum pengalaman atau karena
goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan
spermaku. Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi.
"Mba….aku….mau…ke…lu…arr…". Rani segera menghentikan goyangannya dan
mencabut veggynya dari kontolku. Aku agak kecewa juga karena rasa
nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku. Dia
mengocok kontolku dan menadahkan mulutnya dihadapan kontolku. Karena
sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang
keluar. Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya.
Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada dimulutnya. Saking
banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya.
"Sperma perjaka biar awet muda", katanya sambil tersenyum. Aku
terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya
spermaku tuntas. Rani masih dalam posisi setengah menungging di
hadapanku sambil memegangi kontolku yang mulai melemas ketika Kamil
bangkit dari kursinya dan mendekati kami. Dia berkata, "Rani, kamu
masih belum tuntas kan?", tanyanya sambil memegangi kontolnya yang
ternyata sudah menegang kembali. "Huu..kamu tuh ya", hanya itu
komentar Rani sambil tersenyum melihat ****** Kamil yang menghadap
kearahnya. Kamil pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang
sudah tahu apa yang akan terjadi tetap mempertahankan posisi setengah
menunggingnya. Kamil kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan
menariknya kebelakang dengan agak kasar. "Hey…pelan-pelan dong" ujar
Rani setengah protes sambil tertawa. Namun tawa Rani segera berhenti
dan berubah menjadi "Owwww….", ketika Kamil menjebloskan kontolnya ke
dalam lubang kenikmatan miliknya. Kamil pun segera memompa tubuh indah
Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama.
Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana
ekspresi keduanya. Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan
tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Kamil. Mulutnya mengeluarkan
rintihan nikmat, "ah…ah…ah….". Melihat pemandangan seperti itu, akupun
jadi terangsang lagi dan kontolku yang tadinya sudah lemas pelan-pelan
mulai menegang kembali. Akupun bangkit dan mengangsurkan kontolku ke
mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu. Kini kedua lubang
atas bawahnya telah terisi. Dibawah veggynya digenjot oleh ******
Kamil dan diatas mulutnya disumpal oleh kontolku. Kontolku dikulum dan
disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah
karena dientot oleh Kamil. Karena entotan Kamil itu, Rani jadi tidak
konsentrasi dalam menghisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan
kocokan tangan. Malah semakin lama ketika entotan Kamil semakin
kencang, Rani hanya memegangi kontolku tanpa diapa-apakan. Karena
posisi kontolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka kontolku itu
hanya menggesek-gesek pipinya saja. Karena nampaknya Rani kesulitan
menangani dua ****** sekaligus maka akupun mengalah. Aku turun dari
ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Kamil. Akupun
menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara. Entah berapa
lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai
puncak kenikmatan bersama. Genjotan Kamil semakin cepat sementara
rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar. Sampai akhirnya
Kamil dengan suara agak tersengal berkata,"Ran…gue…udah….mo…nyampe…".
Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar
kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama. Sampai akhirnya dalam
suatu hentakan yang keras Kamil membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya
didalam veggy Rani. "Aaahh….", teriak mereka hampir berbarengan. Tubuh
Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan
alis berkerut. Mulutnya terbuka lebar sambil memekik "Aahh…Aaaahh…"
berkali-kali. Pantatnya didorong-dorongkan kebelakang seolah ingin
menelan habis seluruh ****** Kamil yang masih tersisa. Mereka
mendapakan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung
hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan.
Kamil mencabut kontolnya lalu kemudian berbaring telentang disamping
Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan
berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Rani kemudian memutar
badannya baring menelentang. Mereka berdua nampak kelelahan karena tak
lama kemudian mereka tertidur. Aku yang masih merasa nanggung lalu
bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku
dalam veggy Rani. Aku tidak perduli dengan Rani yang masih kelelahan.
Aku naik keatas ranjang dan menempatkan kontolku dihadapan veggy Rani
yang masih tertidur. Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang
meski tidak sebanyak tadi tapi masih cukup jelas terlihat. Aku tidak
tahu apakah Rani memang telah tidur atau berpura-pura saja karena
ketika aku melap veggynya dengan baju Kamil yang ada diatas lantai,
dia tidak bereaksi. Setelah aku yakin veggy Rani sudah cukup kering,
pelan-pelan akupun menusukkan kontolku ke dalamnya. Ternyata dia tidak
tidur karena meskipun matanya tertutup tapi dia menggigit bibirnya.
Akupun mengecup bibir itu ketika kontolku telah terbenam seluruhnya.
Dia membuka matanya sambil berpura-pura merajuk, "Kamu tuh masukin
barang tanpa minta izin", katanya. "Habis masih penasaran sih mbak",
ujarku sambil menciuminya dengan gemas. Dia membalas ciumanku dan kita
pun berciuman cukup lama sampai akhirnya dia melepaskannya dan berkata
sambil tersenyum, "Digoyang dong". Akupun mulai menaik-turunkan
pantatku dengan irama yang lambat. Rani ini memang luar biasa, karena
setelah bersetubuh berkali-kali pun, dia masih bisa mengimbangi
gerakanku. Dia menjepitkan kakinya dipinggangku sambil
menggoyang-goyangkan pantatnya. Awalnya aku mengayuh dengan pelan dan
tenang namun seiring dengan bertambahnya rasa nikmat di kontolku
akupun meningkatkan tempo kayuhan pantatku. Nikmat yang tak mampu
dilukiskan dengan kata-kata dirasakan kontolku. Nikmat itu menjalar ke
seluruh tubuhku yang membuat aku semakin cepat mengayuh kenikmatan
diatas tubuh Rani pacar teman kostku itu. Aku semakin cepat
menggenjotnya dan Rani pun semakin erotis dalam menggoyang pantatnya.
Goyangan yang membuat kontolku terasa dipilin dan diperas. Untungnya
aku masih bisa menahan deraan kenikmatan yang ditimbulkan oleh jepitan
veggy Rani sehingga tidak sampai muncrat terlebih dahulu seperti tadi.
Kali ini aku bertekad untuk mengeluarkan spermaku dalam veggy Rani
agar proses kehilangan keperjakaanku menjadi lengkap. Demikianlah,
pacuan kenikmatan yang ditimbulkan oleh maju-mundurnya kontolku dan
goyang "dangdut" pantat Rani berlangsung cukup lama. Kami tidak
perduli lagi dengan Kamil yang telah tertidur disamping kami dan
orangtua Rashid di kamar sebelah. Rani mulai lagi mengeluarkan
rintihan-rintihan birahinya. Sampai akhirnya dia memegangi kedua
bongkah pantatku dan mengatur gerakan pantatku agar kontolku menggosok
daerah tertentu dalam veggynya. Daerah yang agak kasar dan menonjol
dalam veggynya namun menimbulkan efek yang lebih nikmat bagi kepala
kontolku. Hal itu semakin menyulitkan aku dalam menahan desakan di
ujung kontolku. Karena merasa akan segera keluar, aku mempercepat
sodokanku dan ternyata hal itu mempercepat Rani untuk mencapai puncak
kenikmatannya. Sodokan-sodokan cepat yang aku lakukan membuat rintihan
Rani semakin keras pertanda semakin dekatnya dia dengan puncak
kenikmatannya. Akhirnya saat itu tiba. Dengan satu teriakan
keras,"Aaaah….", tubuhnya mengejang dan memelukku erat. Dia
mencengkeram pantatku dan menempelkan dengan ketat tubuhnya ke
tubuhku. Kakinya menjepit pinggangku dengan kuat. Aku merasakan
veggynya berkedut dengan kuat dan membanjiri kontolku. Kedutan veggy
Rani itu membuat kontolku serasa diremas-remas dan benar-benar
membuatku tak mampu menahan muntahan di kontolku. Akhirnya kontolku
memuncratkan isinya bersamaan dengan remasan veggy Rani terhadap
kontolku. Kontolku yang sedang menumpahkan isinya itu ditambah dengan
kedutan kuat veggy Rani yang menjepitnya menjadi nikmat ganda yang
baru pertama kali aku alami dalam hidupku. Nikmatnya bukan alang
kepalang. Rasanya aku dilempar ke sebuah tempat yang dalam tak
bertepi. Pandangan mataku gelap dan tiap kali deraan kenikmatan itu
datang rasanya aku seperti melihat titik cahaya dalam kegelapan itu.
Benar-benar sebuah kenikmatan yang luar biasa. Rangkaian kenikmatan
demi kenikmatan yang melanda diriku yang diakhiri dengan muncratnya
spermaku di dalam veggy Rani menyempurnakan hilangnya keperjakaanku
malam itu. Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Rani. Aku mencium
bibirnya dengan mesra dan sayang. "Makasih mba", ungkapku jujur
padanya. Dia hanya tersenyum dan balas menciumku. Sebenarnya aku juga
harus berterimakasih pada Kamil yang telah mengatur semua ini. Tapi
dia telah tertidur disamping kami dan sudah tidak perduli lagi pada
aktivitas kita. Aku mencabut kontolku dan menggelosoh turun dari tubuh
Rani. Spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya dan lumayan banyak
mengalir melalui rekahan pantatnya. Aku berbaring disampingnya dengan
tubuh lunglai. Jam telah menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya sudah
sejam lebih aku dikamar Kamil. Kami sama-sama terdiam dan Rani tak
lama kemudian tertidur. Aku sendiri masih berbaring dalam keheningan
mengingat-ngingat kembali malam yang luar biasa ini.
Meski ukuran ranjang Kamil cukup besar tapi tak urung terasa sempit
juga. Apalagi ventilasi di kamar Kamil tidak sebaik di kamarku karena
terletak ditengah antara kamarku dan kamar Rashid sehingga jumlah
jendela lebih sedikit dari kamarku. Untungnya udara malam Bandung
membuat kami tidak terlalu kegerahan. Maklum hanya ada kipas angin yang
menemani kami. Aku yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk balik
ke kamarku. Sewaktu bangkit untuk mengenakan baju aku terangsang melihat
Rani yang tertidur dalam ketelanjangannya. Aku berpikir untuk mengajak
Rani ke kamarku. Siapa tahu saja aku bisa menyetubuhinya lagi. Aku tidak
jadi mengenakan bajuku dan dengan tetap bertelanjang aku bangunkan Rani.
"Mba….mba…mba", kataku berusaha membangunkannya sambil
menjawil-jawil pipinya. Dia akhirnya terbangun.
"Dikamarku aja yu mba. ", kataku ketika dia terjaga. Dia menggeliat
sehingga membusungkan dadanya yang membuat nafsuku bangkit kembali.
Pelan-pelan penisku membesar kembali.
"Emang kenapa Ri? ", tanya Rani malas.
"Disini panas dibandingkan kamarku. Lagian mas Rashid sering ke kamar
ini. Dia kan akrab sama mas Kamil. Kalau ntar atau besok, mas Rashid
pulang terus ngetuk kamar ini, gimana?", ujarku memberiku alasan. Alasan
yang tidak dibuat-buat dan memang masuk akal kok.
"Gitu ya, Ri?" ujar Rani setengah khawatir. Dia bangkit. "Ya udah deh ke
kamar kamu aja. Tapi aku jangan diapa-apain lagi ya", pintanya.
"Iya yuk…", jawabku sekenanya. Dalam hati aku tidak menjamin akan
memenuhi permintaannya. Untungnya dia tidak melihat penisku yang sudah
tegak karena aku menutupinya dengan kaos oblong dan celana pendekku yang
kupegang dengan tangan. Sepatu hak tinggi miliknya yang terletak di
dekat pintu pun diangkatnya.

Dia mengambil tasnya dan memungut bra, kaos oblong, dan celana dalam
miliknya yang tergeletak dilantai. Dia ingin mengenakannya.
"Duh…mba, gak usah. Disebelah aja biar cepet.", kataku melarang.
"Kamu tuh kaya Kamil aja. Satu perguruan sih ya?", jawabnya sambil
tersenyum. Aku agak bingung juga dengan kata-katanya.
"Ya udah deh yuk. Gak ada orang kan diluar?", lanjutnya.
"Gak ada.", jawabku sambil mengintip keluar. "Udah kan? Itu aja?
Jeansnya mana?", tanyaku heran melihatnya memegangi semua baju dan
tasnya tapi tanpa jeansnya. Seingatku tadi dia datang ke rumah ini
mengenakan jeans. Lucu sekaligus merangsang deh melihat Rani dalam
keadaan seperti itu. Dia menggantung tasnya di bahu tapi bertelanjang
dan hanya memegangi baju-bajunya.
"Gak sempat dikeluarin dari kamar Rashid. Keburu ortu Rashid datang.
Tapi sama Kamil sudah diumpetin dalam dos pembungkus tape recordernya
punya Rashid yang ada dibawah tempat tidurnya. Duh…harus segera
diselamatkan tuh kalau enggak bisa kacau nanti.", jawabnya.
"Oh iya…besok begitu Rashid pergi kita langsung keluarin tuh. Lagian
tanpa itu gak bisa pulang kan?", jawabku. Aku mulai bisa menebak
bagaimana awalnya tadi hingga akhirnya Rani bisa kami setubuhi malam itu.

Aku pun membuka pintu dan setengah berlari ke kamarku disebelah yang
tidak terlalu jauh. Rani segera mengikutiku juga dengan setengah
berlari. Sampai di kamarku, dia melihat sekeliling dalam kamarku sambil
terlihat hendak mengenakan bajunya. Namun segera kucegah. Aku menarik
tubuhnya kearahku dan mendekapnya. "Ri…kamu mau ap…", dia tidak bisa
menyelesaikan kata-katanya karena aku mencium bibirnya erat. Awalnya dia
diam saja namun akhirnya membalas mesra ciumanku. Aku menarik lepas
baju-baju, tas dan sepatu yang dipegangnya. Kami pun berciuman
bertelanjang bulat sambil berpelukan erat. Rani pasti tahu bahwa aku
menginginkannya lagi dari kontolku yang sudah tegak dan menunjuk perutnya.

Aku kemudian mematikan lampu kamar agar kalaupun ada yang mengintip
tidak akan bisa melihat kegiatan kami. Itupun dengan tirai jendela yang
masih tertutup sehingga tak akan mungkin orang luar untuk melihat
keadaan di dalam. Kami hanya mengandalkan lampu luar lewat jendela atas
untuk penglihatan. Selesai berciuman, aku berjongkok menjilati veggynya
sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Rani nampak sangat
menikmatinya. Dia berpegangan ke dinding kamar untuk menyangga tubuhnya
yang sedang kenikmatan. Akhirnya setelah sama-sama terangsang kami pun
mulai mengambil posisi untuk bercinta kembali. Rani aku minta menungging
di kursi kamarku dan wajahnya ke arah tirai jendela.

Singkat kata, kami pun bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Rani
berpegangan pada sandaran kursi ataupun pegangan tangan kursi. Sementara
pantatnya bergerak maju-mundur berlawanan arah dengan gerakan
maju-mundur kontolku dalam veggynya. Kadang diputar-putarnya membuat
kontolku terasa diremas-remas namun nikmatnya benar-benar menggetarkan.
Rani pun sangat menikmatinya terdengar dari suaranya yang terus saja
merintih-rintih nikmat. Selagi kami bercinta dalam posisi itu, tiba-tiba
kami mendengar gerbang belakang rumah di buka. Tidak lama gerbang itu
ditutup kembali dan terdengar langkah orang menaiki tangga. Tidak salah
lagi Rashid sudah pulang dan demi mendengar pacarnya pulang Rani
menghentikan gerakannya. Tubuhnya terasa tegang dan dia diam dalam
gelap. Aku yang sedang berada dalam kenikmatan tidak memperdulikannya
dan terus saja memompa veggy pacar Rashid tersebut.

"Ri…berhenti dulu dong, nanti kedengaran Rashid", katanya berbisik.
"Enggak mungkin mba…asal kita gak bersuara, gak akan kedengaran",
jawabku berbisik pula tanpa menghentikan gerakan maju-mundurku.

Aku mendengar suara Rashid duduk di kursi tempat aku dan Kamil mengobrol
tadi. Dia pasti mau melepas sepatunya sebelum masuk ke kamar. Itu
kebiasaan kami semua yang kost disini. Tiba-tiba timbul pikiran iseng
dan nekatku. Tirai yang menutup jendelaku aku tarik kesamping sehingga
kami bisa melihat apa yang dilakukan Rashid.

"Ari…ngapain kamu?", Rani terpekik tertahan.
"Biar kelihatan mas Rashid lagi ngapain mba, jadi kita bisa jaga-jaga
kalau dia mendekat ke kamar ini, " jawabku sekenanya untuk
menenangkannya. Untuk sementara aku menghentikan pompaan kontolku.
"Iya tapi …" ,Rani berusaha untuk protes namun segera aku bungkam
dengan mulutku. Kami pun berciuman mesra kembali.
"Kamu tuh ya, nekat dan nakal," ujar Rani setelah aku melepaskan
ciumanku. Dari cahaya yang berasal dari luar jendela, aku melihat senyum
manis Rani diwajahnya yang cantik ketika dia mengatakan itu.
Tiba-tiba aku menghentakkan kembali kontolku ke dalam veggynya.
"Owww…uhhhh…kamu tuh….ah….", reaksi Rani ketika aku melakukan
itu. Dia tidak berani merintih keras karena di depan kamar pacarnya
masih sedang duduk dikursi.
"Jangan dulu dong Ri, nanti …", kata Rani sambil berusaha memegang
pinggangku.

Tapi aku tidak perduli. Aku pun terus saja memompanya. Rani sudah tidak
berdaya dalam situasi seperti itu. Malah akhirnya dia membalas
goyanganku dan menikmatinya kembali meski pacarnya masih ada di dekat
situ. Kami bercinta sambil mengamati kegiatan Rashid yang sedang membuka
sepatu dan jaketnya. Dalam jarak kurang dari 3 meter, Rashid tidak
menyadari bahwa Rani pacarnya sedang asyik memadu kenikmatan ragawi
sambil menikmati ****** lelaki lain yang masih merupakan sahabatnya.

Entah apa yang ada dalam pikiran Rashid karena setelah selesai membuka
sepatunya pun dia masih duduk-duduk di kursi itu. Dia seperti sedang
memandang ke arah kami. Tapi sebenarnya tidak demikian karena kursi yang
didudukinya memang mengarah ke kamarku.

"Dia kaya ngeliatin kita ya mba…", kataku di sela-sela persetubuhan kami.
"I…yaa…", jawab Rani cuek diantara desahannya.
"Kalau dia ternyata emang ngeliatin gimana?", godaku.
"Udah…ah… rewel… ******* ya ******* aja..", jawab Rani
berpura-pura kesal.

Sementara kami berdua sudah semakin mendekati puncak kenikmatan kami.
Gerakan maju-mundur pantatku semakin cepat sementara putaran pantat Rani
juga semakin intensif.

"Mba…aku… udah… ham….pirr…"
"Bareng Ri…bareng… aku…juga…hampir…"
Kami berpacu lebih hebat lagi membuat kursi kamar agak berderik. Kami
tidak perduli dengan bunyi itu dan dengan Rashid yang masih duduk di
depan kamarku. Dan akhirnya setelah tidak mampu menahan kenikmatan yang
terus mengumpul di ujung kontolku, dengan satu hentakan keras, aku
menumpahkan berliter-liter lahar panas di dalam liang kenikmatan Rani.
Aku menekan erat pantatku dan menanamkan kontolku sedalam-dalamnya di
tubuh Rani. Pada saat bersamaan, Rani menarik wajahku dan menciumku erat
sekali.

"Mmmmmmmmm……..", dia memekik tertahan karena mulutnya tersumpal
mulutku. Dia juga sudah sangat dekat dengan orgasmenya. Badannya
bergetar menandakan gelombang orgasmenya mulai datang. Dia melepaskan
ciumannya sambil berteriak pelan "Aaaahh" dan menghentakkan pantatnya ke
belakang membuat veggynya menelan lebih jauh kontolku. Dia orgasme lagi.
Kami mencapai puncak secara hampir bersamaan. Badai kenikmatan yang luar
biasa kembali kami arungi.

Kalau tidak karena ada pacarnya di luar kamarku tentu Rani sudah kembali
memekik bebas karena orgasmenya tersebut. Namun dia hanya menahan
suaranya dan kemudian menggigit bantalan sandaran kursiku yang empuk.
Badan kami berdua bergetar oleh nikmatnya puncak persetubuhan kami.
Kontolku yang terus menerus berkedut sambil memuntahkan isinya sedang
dijepit oleh veggy Rani yang menghisap kuat kontolku. Untuk yang
kesekian kalinya aku merasakan kenikmatan seks yang luar biasa malam
itu. Jiwaku serasa dibawa terbang melayang karena kenikmatan yang
kualami itu.

Dan ketika akhirnya kenikmatan itu berakhir aku seolah dihempas kembali
ke bumi dalam keadaan letih namun sangat damai. Aku tidak menyadari
kapan Rashid masuk kamarnya tapi dia sudah tidak ada di depan kamarku.
Sementara itu Rani sudah tertunduk lemas di sandaran kursiku dan tidak
bersuara apapun lagi. Dia juga pasti telah sangat lelah setelah
berkali-kali orgasme malam ini dengan 2 orang pria.

Aku mencabut kontolku dan cairan spermaku tumpah keluar dari dalam
veggynya. Cukup banyak hingga mengalir di pahanya. Aku ambruk diatas
karpet sementara Rani masih dalam posisi menunggingnya dengan kepala
yang bersandar diatas sandaran kursiku. Tak lama diapun bangkit dan
pindah ke ranjangku. Dia berbaring di ranjangku tanpa berkata apa-apa
lagi. Aku yang masih terbaring lemas diatas karpet juga hanya terdiam.
Mungkin karena saking letihnya tidak begitu lama aku mendengar dengkuran
lembut cewek itu. Aku pun menyusul pindah ke atas ranjangku bergabung
dengannya. Sebelum tidur aku mencium lembut bibirnya dan berbisik pelan
"Makasih ya mba. Malam ini luar biasa banget". Sepertinya dia masih
mendengarku karena dia berkata "mmm" sebagai respon kata-kataku. Akupun
berbaring disampingnya dan tak menunggu lama akupun ikut tertidur.

Paginya aku terbangun sekitar pukul 8. Begitu aku membuka mata, aku
melihat wajah cantiknya yang sangat alami yang masih tertidur
disampingku. Dengan rambut awut-awutannya malah semakin menambah
kecantikan alaminya. Posisiku sendiri sedang memeluknya. Aku merasakan
kontolku yang sudah terbangun kembali menempel ditubuhnya entah di
bagian mana dari tubuh Rani tapi mungkin dipahanya. Aku benar-benar
beruntung bisa mendapatkan cewek secantik dan seseksi ini. Apalagi
dengan permainan seksnya yang luar biasa benar-benar cewek yang ideal
sebagai pelepas keperjakaanku. Hehehehehe…

Aku tidak ingat kapan menutup tubuh kami tapi yang jelas tubuh kami
berdua tertutup selimut. Mungkin mba Rani yang melakukannya karena
biasanya suhu akan sangat dingin menjelang subuh. Aku membuka selimutku
dan bangkit menuju kamar mandi. Sempat tersingkap tubuh indahnya yang
membuat aku bernafsu untuk mengentotnya lagi, apalagi kontolku memang
sedang mengacung tegak. Tapi melihat keadaannya yang tertidur pulas dan
damai, aku jadi tidak tega. Aku pun meneruskan melangkah ke kamar mandi
lalu bersih-bersih disitu.

Cukup lama aku di kamar mandi dan setelah selesai akupun balik ke tempat
tidur lagi untuk bermalas-malasan. Siapa tau bisa mengentot Rani lagi,
pikirku. Ternyata dia telah bangun tapi masih berbaring dibawah
selimutnya. Dia seperti sedang bengong memikirkan sesuatu tapi dia
tersenyum melihat kontolku yang sudah berdiri lagi.
"Pagi mba…", kataku sambil mencium bibir mungilnya.
"Mba sekali lagi makasih ya buat malamnya yang luar biasa", kataku kembali.
"Iya…..", jawabnya tersenyum, "tapi ini kenapa nih?", tanyanya
kemudian sambil menunjuk kontolku.
"Ooh…ini? Biasa deh kalo pagi dia suka duluan bangun. Apalagi kan dia
tau dia belum dapat jatah pagi", jawabku sambil menggoda Rani.
"Huuuu….. maunya!", jawab Rani sambil memonyongkan bibirnya.

Melihat itu aku segera menyergap bibirnya dan bergerak menindihnya. Aku
bermaksud untuk menyetubuhinya lagi tapi segera ditahan oleh Rani.
"Ri..ri…ntar dulu Ri, ambilin jeansku dulu dong di tempat Rashid.",
katanya. "Aku musti segera pulang takutnya dia ke tempat kostku nanti.",
lanjutnya kemudian. Akupun mengurungkan niatku dan ikut memikirkan
kata-kata Rani.

"Dia masih dikamarnya nggak ya?", kataku setengah bertanya.
"Nah itu dia aku gak tau. Aku enggak denger suara apa-apa diluar juga
disebelah di kamarnya Kamil.", jawab Rani kebingungan.
"Oke gini deh aku keluar dulu liat situasi. Kalau ada kesempatan aku
masuk ke kamar Rashid terus ambil jeans mba. Mba punya kuncinya kan?"
"Ada ditasku. Untung semalam sempat aku bawa keluar, kalau enggak wah
kacau..".
Akupun bangkit dan mencari tasnya. Setelah aku temukan, aku mencari
kunci itu dan segera aku menemukan kunci kamar Rashid didalamnya.
"Oke mba aku keluar deh liat situasi tapi….", aku sengaja menghentikan
kata-kataku.
"Tapi apa?", kata Rani penasaran. Aku tidak menjawab tapi hanya
tersenyum menggodanya. Sepertinya dia sudah menangkap maksudku terlihat
dari tatapan matanya yang berpindah ke kontolku yang sedang mengacung tegak.
"Duuuhh… nanti aja dong", katanya membujukku.
"Mba…gak enak kan mba kalau dilihat orang ada bagian yang
menggelembung.", kataku memberi alasan sekenanya. "Ini dulu dong
dikecilin..", kataku kemudian sambil menunjuk kontolku.
"Ih… kamu tuh!! Dasar perjaka!! Sini…", ujar Rani berpura-pura
marah. Aku pun mendekatinya. Dia pun bangkit duduk sehingga selimutnya
terlepas dan memperlihatkan keindahan tubuhnya.
"Di oral aja ya. Aku masih cape dan veggyku agak perih nih dijeblosin
dua ****** semaleman…", katanya lagi sambil memegang kontolku ketika
aku sudah berada di hadapannya.
"Ya udah gapapa.", jawabku meski sebenarnya aku lebih suka jika kontolku
di masukkan ke dalam veggynya. "Tapi nanti kalau udah ketemu jeans mba,
aku mau ini ya?", lanjutku sambil memegang veggynya.
"Iya gampang…", katanya sambil mulai menghisap kontolku.

Diapun mulai mengoralku. Namun karena tidak senikmat veggy maka aku
sulit untuk ejakulasi. Rani yang sudah tidak sabaran akhirnya memintaku
memasukkan saja kontolku ke veggynya. Sebelumnya aku diminta membasahi
veggynya terlebih dahulu agar kontolku mudah masuknya. Akhirnya pagi itu
akupun ejakulasi kembali di dalam veggynya.

Singkat kata aku berhasil "menyelamatkan" jeans Rani dr kamar Rashid
dengan bantuan Kamil yang mengajaknya keluar. Rani pun bisa pulang ke
kost-annya dan Rashid sama sekali tidak mengetahui pengalaman hebat
pacarnya itu. Sebelum pulang Rani masih sempat menghadiahi aku dengan
sebuah persetubuhan yang indah di kamar mandi dalam kamarku. Orangtua
Rashid sendiri pulang keesokan malamnya setelah tanpa sengaja "membantu"
kami mendapatkan Rani.

Sampai lulus kuliah dan menjelang menikah pun Rani masih sering
"bermain" dengan aku dan Kamil. Kadang bertiga tapi lebih sering
berduaan saja. Capek kata Rani kalau harus meladeni kami berdua
sekaligus. Sewaktu belum lulus hampir semuanya dilakukan di kost-an
kami. Biasanya pada saat dia main ke tempat Rashid, kita memanfaatkan
waktu tersebut untuk mencuri-curi kesempatan ******* apalagi kalau
Rashid sedang tidak ada di kamarnya. Wah sudah kaya piala bergilir deh
dia. "Beli satu dapat tiga", kalau kata Rani.

Di akhir semester itu sewaktu libur panjang, Rashid mendapatkan
kesempatan kerja praktek di Balongan sedang Kamil ikut acara kampus di
luar negeri. Rani bolak-balik ke kost-an Rashid untuk mengerjakan TA-nya
dan TA Rashid. Aku yang mustinya pulang liburan membatalkan rencana
tersebut dan memutuskan "menemani" Rani selama Rashid dan Kamil tidak
ada. Jadilah aku dan Rani menikmati "bulan madu" selama dua minggu di
kost-an. Kita entot-entotan tanpa henti selama 2 minggu tersebut kecuali
Sabtu sore dan Minggu ketika Rashid datang. Benar-benar pengalaman indah
dan erotis yang tak terlupakan.

Beberapa kali Rani hamil, entah oleh Rashid, Kamil, maupun aku, namun
Rashid selalu bisa menyelesaikan masalah itu dan dia tidak tahu kalau
bibit itu tidak selalu dari dia. Menurut pengakuan Rani padaku, lelaki
yang pernah berhubungan badan dengannya adalah pacarnya waktu tahun
kedua yaitu kakak kelasnya ( lelaki yang mendapatkan keperawanannya ),
kami bertiga, adik ibu kostnya, atasannya, pacar bulenya ( yang kemudian
menikahinya ) dan pernah dengan salah satu dosen di kampusnya. Dosen itu
tidak mau meluluskannya karena nilai ujiannya yang buruk namun akhirnya
meluluskannya setelah merasakan nikmatnya veggy Rani.

Rani sendiri akhirnya tidak jadi menikah dengan Rashid dan menikah
dengan seorang bule Australia. Kini dia tinggal disana dan terakhir
kabarnya mereka akhirnya punya anak 1 setelah lama menikah. Rashid
sendiri menikah dengan seorang cewek Jakarta yang dikenalkan oleh
tantenya. Sedang Kamil menikah dengan adik kelas Rani. Bagaimana dengan
aku? Hmmm… Penting gak sih untuk diberitahu?


-- 
A.Mild16
Siapa Gonta Ganti Pacar
Belum Tentu Gonta Ganti Bini

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
GudangMedia || MEDIA - Bertukar Informasi ||
-
Segenap komunitas GudangMedia, MENOLAK RUU APP (Aksi Pornografi dan Pornoaksi). 
Negara telah melakukan intervensi terhadap hak-hak private seseorang serta 
pembunuhan terhadap karakter kebudayaan.


STOP Pembodohan Terhadap Masyarakat...!!!
-

Semua File, Foto dan Video merupakan kiriman dari para member GM yang telah 
mencapai lebih dari 1000 member. Thanks All.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke