http://www.dakwatuna.com

Kisah Dakwah Nabi Nuh

Oleh: Ulis Tofa, Lc
________________________________


Bertahun lamanya kaum Nabi Nuh a.s. menyembah berhala. Mereka
menjadikan berhala-berhala itu sebagai Tuhan tempat meminta kebaikan
dan tempat menolak bala. Berhala menjadi tempat bergantung segala
sesuatu dalam kehidupan mereka. Mereka meminta dan memanggil
berhala-berhala itu dengan beragam nama. Kadang dengan nama Wadda,
Suwaa’, dan Yaghuts. Kadang dengan nama Ya’uq, atau Nasr –nama-nama
berhala ini diwarisi masyarakat Arab di masa jahiliyah. Mereka berbuat
yang demikian itu dikarenakan kejahilan dan menuruti hawa nafsu.

Masyarakat yang Dihadapi Nabi Nuh

Bertahun lamanya kaum Nabi Nuh a.s. menyembah berhala. Mereka
menjadikan berhala-berhala itu sebagai Tuhan tempat meminta kebaikan
dan tempat menolak bala. Berhala menjadi tempat bergantung segala
sesuatu dalam kehidupan mereka. Mereka meminta dan memanggil
berhala-berhala itu dengan beragam nama. Kadang dengan nama Wadda,
Suwaa’, dan Yaghuts. Kadang dengan nama Ya’uq, atau Nasr –nama-nama
berhala ini diwarisi masyarakat Arab di masa jahiliyah. Mereka berbuat
yang demikian itu dikarenakan kejahilan dan menuruti hawa nafsu.

Asal muasal nama-nama berhala itu diambil dari nama-nama ulama mereka
yang pernah hidup bersama mereka sebelumnya. Dengan dalih untuk
mengenang jasa-jasa mereka dan untuk mengingatkan semangat peribadatan
umat ketika itu, maka dibuatlah patung, gambar, simbol-simbol
visualisasi fisik mereka. Namun lambat laun dengan bergantinya
generasi, patung-patung itu justru disembah dan dijadikan tuhan.

Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts,
Ya’uq, dan Nasr.” (Nuh: 23).

Di kondisi masyarakat seperti itulah Nabi Nuh a.s. diutus. Nuh adalah
orang yang sangat fasih dalam bertutur, cerdas akalnya, pemikirannya
jauh ke depan, santun perilakunya, sangat sabar tatkala harus
berdebat, memiliki kemampuan berargumentasi yang kuat, dan punya
kekuatan meyakinkan lawan bicara. Dengan bekal itu Nabi Nuh mengajak
kaumnya untuk kembali kepada Allah swt. Sayang, kaumnya menolak
seruannya. Namun Nuh a.s. tetap memberi peringatan tentang dahsyatnya
siksa pembalasan di hari kiamat. Dan kaumnya tetap membisu dan tuli.
Nuh a.s. terus memotivasi mereka dengan imbalan pahala yang sangat
besar jika mau beriman, namun mereka semakin menutup telinga dan mata.

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata:
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut
kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).” (Al A’raf: 59).

Kreatif dan Sabar dalam Berdakwah

Nuh a.s. tetap mendakwahi dan mendebat kaumnya dengan ulet dan sabar.
Nuh mencurahkan kepedulian kepada mereka dengan tutur kata yang
lembut. Nuh tidak putus asa mengajak mereka untuk beriman. Bahkan, Nuh
menggunakan beragam metode dakwah. Nuh mendakwahi mereka siang dan
malam. Sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Jika melihat peluang
dakwah di malam hari, beliau lakukan dakwah di malam hari. Bila ada
peluang dakwah secara terang-terangan, beliau menyampaikan dakwah
secara terang-terangan.

Nuh berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam
dan siang. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada
iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari
mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan
mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan
cara terang-terangan. Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka
(lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.” (Nuh: 5-9).

Nuh menggiring nalar pemikiran mereka untuk mencerna rahasia alam
raya, memikirkan keindahan semesta alam. Nuh menerangkan fenomena
malam yang berangsur gulita. Langit yang menghampar penuh bintang.
Bulan yang bersinar. Matahari yang memberikan cahaya. Bumi yang
mengalir disela-selanya sungai-sungai dan menumbuhkan beragam tanaman.
Semua itu ia terangkan dengan sangat fasih. Ia berbicara dengan dalil
yang kuat. Ia menerangkan hakekat Tuhan Yang Satu. Tuhan Yang
Kekuasaan-Nya tidak terbatas dan sangat mengagumkan. (Nuh: 14-20).

Demikian Nabi Nuh mendekati dan meyakinkan kaumnya. Dari usaha yang
tidak kenal lelah itu, berimanlah sedikit orang dari kaumnya. Mereka
menyambut dakwah Nuh a.s. Mereka membenarkan risalahnya. Mereka
terdiri dari kaum yang lemah dan tak berpunya.

Iri dan Sombong Penyebab Penolakan Dakwah

Adapun orang-orang yang telah Allah swt. tutup hatinya, mereka tidak
akan beriman. Karena potensi pendengaran, penglihatan, dan akal
pikiran mereka tidak difungsikan untuk meraih hidayah, mereka tidak
mendapatkan cahaya tauhid. Mereka itu adalah para pemuka kaum, para
elit yang memiliki kekuasaan dan jabatan. Tidak hanya menolak, bahkan
mereka mengejek dan merendahkan martabat Nabi Nuh.

Para elit itu berkomentar, ”Kamu kan manusia biasa seperti kami, kamu
salah seorang di antara kami. Kalau Allah swt. menginginkan rasul,
pasti Dia akan mengutus malaikat. Dan karena itu kami pasti akan serta
merta mendengarkan perkataannya. Kami akan segera memenuhi seruannya.”

“Kemudian siapa mereka para rakyat jelata itu yang mengikuti kamu?
Mereka pekerja kasar dan tukang gembala gembel. Mereka yang telah
mengikuti kamu adalah orang-orang dungu yang tidak menggunakan
akalnya. Seandainya apa yang kamu bawa itu baik, pasti kami tidak akan
didahului oleh mereka-mereka itu. Seandainya apa yang kamu katakan itu
benar, pasti kami yang pintar dan intelektual ini akan lebih dahulu
mengimani kamu.”

Mereka tak henti mendebat Nabi Nuh. Mereka terus memojokkan Nabi Nuh
dan pengikutnya. Mereka mengejek. ”Kami tidak melihat kamu dan
pengikutmu lebih utama dibandingkan kami. Dalam hal kepintaran,
kefasihan, keluasaan wawasan, dalam hal menentukan yang membawa
maslahat, dan pengetahuan tentang pridiksi masa depan. Kami mengira
kalian adalah para pembohong!” (Yunus: 27).

Nabi Nuh menjawab dengan santun dan cerdas –meskipun omongan mereka
sudah kelewat batas penghinaan. ”Bagaimana pendapat kalian, seandainya
saya dalam kebenaran yang datangnya dari Tuhan-ku. Berlandasan hujjah
nyata yang membenarkan dakwahku. Saya mendapatkan rahmat dan keutamaan
dari Tuhan-ku. Maka, apakah saya bisa memaksa kalian, atau saya
berkuasa membawa kalian kepada iman?” (Yunus: 28).

Mereka menjawab, ”Wahai Nuh, seandainya kamu menginginkan kami
mendapat hidayah dan taufiq, kamu menginginkan dukungan dan kemuliaan
dari kami, mengapa kamu jadikan pengikutmu yang lemah lagi tak
berpunya itu sebagai pendukung? Kami tidak mungkin bersanding dengan
mereka. Kami tidak mungkin berjalan dengan mereka. Keyakinan kami
tidak mungkin sama dengan keyakinan mereka. Bagaimana mungkin kami
mengikuti agama yang tidak membedakan antara si kaya dan si miskin,
antara pejabat dengan rakyat?”

Bangga dengan Pendukung Dakwah

Nabi Nuh menjawab, ”Risalah yang aku bawa ini adalah untuk kalian
semua tanpa terkecuali. Tidak ada pembedaan antara orang yang pintar
atau yang biasa-biasa saja; orang yang terkenal atau yang tidak
dikenal; orang berpunya atau miskin papa; pejabat atau rakyat. Maka
bersegeralah kalian untuk menjawab seruanku pasti apa yang kalian
kehendaki akan tercapai.”

“Dan bagaimana mungkin aku meremehkan kaum yang membelaku, sedangkan
kalian menjadi penentang? Seruanku telah sampai di relung kalbu
mereka. Mereka beriman, sedangkan kalian menolak, bahkan memusuhiku.
Mereka pendukung risalah ini. Mereka menjadi penyeru dakwahilallah.
Bagaimana jika mereka mengadu di depan mahkamah Allah swt. dan
menuntut saya? Mereka mengadu kepada Allah swt. bahwa aku telah
membalas penerimaan mereka dengan kufur nikmat, membalas kebaikan
mereka dengan pengingkaran. Ingatlah, kalian benar-benar kaum yang
jahil!”

Dan (dia berkata), “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada
kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku
sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman.
Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku
memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui”. (Hud: 29).

Debat antara Nabi Nuh dan penentangnya semakin meruncing. Pertentangan
di antara mereka menghebat. Inilah yang menjadikan para penentangnya
putus asa. Mereka berkata. “Hai Nuh, Sesungguhnya kamu telah berbantah
dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami,
maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami,
jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. (Yunus: 32)

Nabi Nuh tersentak. Ia menjawab, ”Kalian memang benar-benar
keterlaluan. Kalian tidak lagi menggunakan akal sehat kalian. Siapa
saya ini sehingga saya bisa mendatangkan adzab kepada kalian atau
menolak adzab dari kalian? Bukankah saya ini manusia seperti kalian
semua yang diberi wahyu bahwa Tuhan kalian satu, maka saya sampaikan
apa yang diperintahkan kepadaku. Saya memberi kabar gembira bagi yang
memenuhi seruanku. Dan saya juga memberi peringatan kepada kalian
dengan siksa yang pedih. Ketahuilah bahwa segala sesuatu tergantung
dan dikembalikan kepada Allah swt. Jika Allah swt. berkehendak akan
memberi hidayah kepada kalian. Atau jika Allah swt. berkehendak, akan
langsung mengadzab kalian. Atau Allah swt. akan menangguhkan dan
memberi tenggat waktu hidup untuk kalian, agar kemudian kalian diadzab
lebih dahsyat lagi. (Yunus: 33-34).

Ibrah dari Kisah Nabi Nuh

1. Berdakwah adalah wajib bagi para rasul. Sepeninggal mereka
kewajiban itu diwajibkan kepada para pengikutnya sesuai kemampuan
masing-masing. Rasulullah saw. bersabda, ”Senantiasa ada sekelompok
orang dari umatku yang menyeru dan menegakkan kebenaran, sampai datang
kepada mereka ketentuan Allah (kemenangan).” (Bukhari, Sahih Bukhari,
hal. 286).

2. Di dalam melaksanakan dakwah ilallah dibutuhkan ilmu tentang fiqh
dakwah, yaitu pengetahuan tentang tahapan dakwah, sarana dakwah,
metode dakwah, dan mengetahui latar belakang serta kondisi objek
dakwah. Sebagaimana Rasulullah saw. pernah mencontohkan. Beliau pernah
ditanya oleh beberapa sahabat dalam kesempatan berbeda dengan satu
pertanyaan. Namun Beliau menjawab dengan beragam. Beliau menjawab amal
yang paling dicintai Allah adalah berbuat baik kepada kedua orang tua,
karena sahabat yang bertanya ternyata tidak berbuat baik kepada orang
tuanya. Jawaban untuk yang lain, shalat tepat waktu, karena Rasul
mengetahui bahwa sahabat yang satu ini kurang memperhatikan masalah
shalat berjama’ah tepat waktu. Pada kesempatan yang lain, beliau
menjawab jihad fii sabilillah, karena sahabat yang tanya ternyata
tidak sungguh-sungguh dalam berjihad.

3. Bangga dengan para pendukung dakwah. Tidak pandang bulu siapa pun
mereka dan berapa pun jumlah mereka. Ketika Rasulullah saw. sedang
duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin oleh
kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak bicara dengan
Rasulullah. Tapi mereka enggan duduk bersama mukmin itu. Mereka
mengusulkan supaya orang-orang mukmin itu diusir saja. Lalu turunlah
ayat ini. ”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki
keridhaan-Nya. kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap
perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit
pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir
mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim). (Al-An’am:
52).

http://www.dakwatuna.com/2007/kisah-dakwah-nabi-nuh/


------------------------------------

Free download [Internet Explorer/Firefox]:
Hidayahnet Toolbar [no virus, adware, malware etc] 
http://hidayahnet.ourtoolbar.com

--------------------------------------------------------------------------
**Boycott Israel**Support Palestine** 

All views expressed herein belong to the individuals concerned and do not in 
any way reflect the official views of Hidayahnet unless sanctioned or approved 
otherwise. 

If your mailbox clogged with mails from Hidayahnet, you may wish to get a daily 
digest of emails by logging-on to http://www.yahoogroups.com to change your 
mail delivery settings or email the moderators at 
hidayahnet-ow...@yahoogroups.com with the title "change to daily digest". 

--------------------------------------------------------------------------

Affiliates:
iPerintis - eGroup untuk Saintis dan Jurutera Muslim  
http://groups.yahoo.com/group/iperintis/

Hidayahnet Toolbar [no virus, adware, malware etc] 
http://hidayahnet.ourtoolbar.com

Recommended sites:
Angkatan Belia Islam Malaysia  : http://www.abim.org.my
Jamaah Islah Malaysia          : http://www.jim.org.my
Palestinkini Info              : http://www.palestinkini.info
Partai Keadilan Sejahtera      : http://pk-sejahtera.org
Fiqh Siber                     : http://al-ahkam.net/
The Muslim Brotherhood         : http://ikhwanweb.com
Hidayahnet website             : http://hidayahnet.multiply.com/  Yahoo! Groups 
Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/hidayahnet/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/hidayahnet/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    hidayahnet-dig...@yahoogroups.com 
    hidayahnet-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    hidayahnet-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke