Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-BinaAnak -- Mengenal Tokoh Alkitab: Paulus (I)
660/November/I/2013

Salam sukacita,

Salah satu tokoh Alkitab yang paling berpengaruh dalam perkembangan kekristenan 
adalah Rasul Paulus. Biasanya, anak sekolah minggu mengenal sosoknya sebagai 
seorang yang dulunya sangat jahat karena membunuh orang-orang percaya, tetapi 
akhirnya bertobat setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus. Namun, apakah anak-anak 
tahu mengapa dia menganiaya orang percaya? Pada dasarnya, dia melakukan hal 
yang jahat itu justru karena kasihnya yang sangat besar kepada Allah. Mungkin, 
pernyataan ini membuat sedikit pelayan anak kaget, apa hubungan perbuatan jahat 
dengan kasih Paulus kepada Allah? Oleh karena itu, kita perlu mendalami 
terlebih dahulu latar belakang kehidupan Paulus sebelum kita menyampaikannya 
kepada anak-anak layan kita. Silakan simak kolom Artikel minggu ini yang akan 
memberikan penjelasan yang cukup mendalam tentang Rasul Paulus. Jangan lewatkan 
pula informasi menarik mengenai Facebook Natal yang dapat menolong para pelayan 
anak mencari banyak ide dan informasi seputar Natal tahun ini. Selamat menyimak.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>


"Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun 
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau 
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk 
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus 
Yesus, Tuhan kita." (Roma 8:38-39) < 
http://alkitab.mobi/tb/passage/roma+8:38-39 >


ARTIKEL: MENGENAL RASUL PAULUS

Dia adalah seorang teolog besar, kadang-kadang malah dipandang sebagai pendiri 
kekristenan, yang surat-suratnya menjadi bagian utama dari PB. Tidak ada 
keraguan berarti mengenai keaslian surat-surat Paulus kepada jemaat-jemaat di 
Roma, Korintus, Galatia, Filipi, dan kepada Filemon; dan banyak ahli juga 
menerima keaslian 1 Tesalonika dan Kolose. Surat Efesus biasa dipandang sebagai 
suatu ikhtisar teologi Paulus daripada surat tulisan Paulus. Dan, surat-surat 
pastoral tidak lazim digunakan sebagai bukti pemikiran Paulus atau bukti dari 
penahanan Paulus setelah Kisah Para Rasul 28.

Surat-surat Paulus dituliskan untuk keadaan khusus dan didiktekan kepada 
seorang penulis, seperti Tertius (Roma 16:22) sehingga menjadi kesaksian 
langsung dari kehidupan dan ketegangan-ketegangan gereja awal, serta memberi 
informasi autobiografis mengenai Paulus. Sedangkan, kitab Kisah Para Rasul, 
misalnya, merupakan suatu tulisan historis sekunder. Tetapi, surat-surat 
Paulus, maupun kitab Kisah Para Rasul, tidak ada yang menggambarkan bagaimana 
rupa Paulus secara lahiriah. Tetapi, suatu tulisan yang tidak tepercaya dari 
abad kedua M (Akta Paulus dan Thecla), menggambarkan Paulus itu pendek, botak, 
berkaki bengkok; berpenampilan penuh semangat, dengan alis mata yang menyatu 
dan berhidung sedikit melengkung. Dari surat-surat Paulus sendiri, terutama 2 
Korintus, dapat disimpulkan bahwa Paulus adalah seorang guru yang cakap dan 
membanggakan, tetapi juga rendah hati, cermat, dan mudah marah, sekalipun juga 
mudah mengampuni dan bermurah hati. Ia memenangkan kesetiaan, bahkan cinta 
kasih dari murid-muridnya (Galatia 4:15) dan ia mempunyai perhatian pastoral 
yang mendalam untuk jemaat-jemaatnya; ia juga ingin sekali menumbuhkan damai di 
antara mereka yang tidak senang. Namun, ia dibenci oleh orang Yahudi karena 
dianggap murtad. Kalaupun surat-surat itu bukan susastra karena tidak 
dimaksudkan untuk dipublikasikan atau diturunkan kepada angkatan selanjutnya, 
Paulus bukannya tidak berpendidikan.

Paulus dilahirkan sekitar tahun 10 M dalam keluarga Yahudi ortodoks (Filipi 
3:5-6) di Tarsus. Pada usia muda, ia meninggalkan rumah dan pergi ke Yerusalem 
(Kisah Para Rasul 22:3) dan dilatih oleh orang-orang Farisi. Ia menjadi 
penganiaya orang Kristen dan sebagai penganiaya itu, ia pergi ke Damaskus (pada 
34 atau 35 M), lalu menerima panggilan (Galatia 1:23) untuk mengikut Yesus 
sebagai Mesias dan memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Paulus 
dilengkapi untuk tugas seperti itu, dengan penguasaan bahasa Yunani, kalaupun 
dalam pemikirannya ia sangat Ibrani. Paulus adalah orang yang mempunyai 
kedudukan terhormat di masyarakat, sebagai warga kota Yunani, yaitu Tarsus, dan 
sebagai warga Roma (menurut Kisah Para Rasul, kewarganegaraan Roma itu tidak 
pernah disebutkan dalam surat-surat Paulus sendiri). Kewarganegaraan Roma 
memberi hal-hal istimewa, seperti kebebasan dari hukuman yang merendahkan diri, 
hak naik banding kepada Kaisar atas tuduhan dengan ancaman hukuman mati. 
Kewarganegaraan Roma dari Paulus didapatnya sejak lahir dan mungkin merupakan 
pengakuan penghargaan kerajaan kepada ayahnya, yang menurun kepada anaknya. 
Menurut Josephus, banyak orang Yahudi yang mempunyai kewarganegaraan Romawi. 
Tidak mengherankan jika Paulus menganggap kuasa pemerintah (Roma) adalah 
pemberian Allah (Roma 13:1-7). Ada kemungkinan bahwa suatu daftar warga negara 
disimpan di Roma. Status perkawinan Paulus tidak jelas. Ada berbagai dugaan 
dikemukakan, yaitu ia memang bujangan yang tidak menikah, ia seorang duda, atau 
seorang yang resmi bercerai dari istrinya.

Paulus mempunyai dua nama. Nama Ibraninya adalah Saulus, menurut nama raja 
Ibrani pertama; dan nama Latinnya adalah Paulus (si kecil), yang mungkin karena 
bunyinya berdekatan dengan Saulus. Paulus digambarkan sebagai orang yang mampu. 
Ia mampu membayar biaya sumpah kaul nazar (Kisah Para Rasul 21:24) dan Felix 
juga berharap bisa mendapatkan uang suap dari Paulus. Paulus jenius mendapatkan 
perlakuan istimewa dan penulis kitab Kisah Para Rasul agaknya suka menciptakan 
kesan bahwa iman Kristen dan kedudukan terhormat di masyarakat adalah cocok. 
Kenyataan bahwa Paulus melakukan kerja tangan, membuat tenda, tidak 
menurunkannya ke kelas tukang-tukang karena para rabi biasa mengajar tanpa 
memungut bayaran dan biasa mempunyai keahlian untuk menunjang hidupnya. Jelas 
bahwa berbeda dari Yesus, Paulus adalah orang kota, yang merujuk pada panggung 
pertunjukan (1 Korintus 4:9), pada tata perniagaan (2 Korintus 1:22), pada 
pasar (1 Korintus 10:25), dan pertandingan (1 Korintus 9:24).

Sesudah Paulus, gereja melanjutkan pertumbuhannya di kota-kota sementara 
penyembahan berhala berkembang di pedesaan. Pandangan bahwa Paulus lebih 
daripada Yesus dalam mendirikan kekristenan sebagai suatu agama, lepas dari 
keyahudian, didasarkan pada perbedaan antara pemberitaan Yesus tentang Kerajaan 
Allah dan keagamaan penebusan dari Paulus, di mana kematian dan kebangkitan 
Kristus merupakan pusat dari suatu peribadahan misteri baru. Baptisan menjadi 
jalan masuk calon anggota, dan pengotoran karena dosa manusia dihapus pada saat 
calon anggota itu mendapat persekutuan dalam tindakan penyelamatan Kristus. 
Pesan Yesus mengenai sang Bapa diubah menjadi keagamaan yang cocok untuk dunia 
Yunani, Romawi, di mana Bapa Surgawi itu hanya sedikit saja berperan. Dan, 
dalam keagamaan Paulus ini, keyahudian Yesus dilepaskan dari dasarnya, yaitu 
Torah. Sebagian dari alasan pandangan bahwa Paulus adalah otak penggagas, yang 
bermaksud menawarkan suatu keagamaan misteri baru di sekitar kematian dan 
kebangkitan Yesus kepada dunia Laut Tengah, terletak pada jarangnya Paulus 
menunjuk pada hidup dan ajaran Yesus.

Tetapi, sebenarnya ada petunjuk pada kelahiran Yesus (Galatia 4:4), pada 
keadaan Yesus yang tidak dikenal dan pada kemiskinan-Nya (2 Korintus 8:9; 
Filipi 2:7), juga pada pengajaran Yesus tentang perkawinan (1 Korintus 7:10), 
kemudaan pada perilaku kuno yang dibenarkan Yesus, bahwa pelayan-pelayan suatu 
keagamaan kaum ditunjang secara keuangan oleh sesama anggota keagamaan itu (1 
Korintus 11:23, dst.), lalu pada anjuran untuk meneladani Yesus (1 Tesalonika 
1:6), pada kelembutan dan kehalusan Kristus (Roma 15:2-3). Memang, perhatian 
utama Paulus adalah pada penyaliban dan pembangkitan Yesus oleh Allah pada hari 
ketiga (tidak ada petunjuk pada kubur kosong). Paulus mengajar sebagai orang 
yang percaya bahwa Allah sudah bertindak menentukan mutlak pada salib dan 
kebangkitan. Paulus mengartikan keadaan sekarang dalam terang peristiwa 
eskatologis itu. Yesus dan Paulus mempunyai harapan yang sama tentang 
keselamatan akhir, tetapi masing-masing melihatnya dari sudut pandangnya. Yesus 
adalah pembawa keselamatan itu dan Paulus adalah pemberita dari apa yang 
terjadi itu. Pada waktu Paulus menyingkir ke Arab (Galatia 1:17), mungkin ia 
perlu memikirkan arti dari pengalaman yang mengubah segala sesuatu pada 
perjalanan ke Damaskus itu. Ia mengenali dirinya sebagai hamba Yesus Kristus 
(Roma 1:1). Salib dengan kuasa menyelamatkannya itu adalah sentral. Paulus 
menjadi penganiaya orang Kristen karena ia melihat mereka sebagai penganut 
Mesias palsu (Galatia 1:13) yang dikutuk oleh Allah (Galatia 3:13). Setelah 
pengalaman itu, Paulus menjadi percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang 
ditinggikan dalam kemuliaan. Perubahan yang sedramatis itu menjadikan Paulus 
lebih menyadari kemurahan Allah (1 Korintus 15:9-10), ia telah dipilih, ia 
telah dituntun pada suatu pengertian baru mengenai pemilihan itu dan dalam Roma 
9-11, ia menjelaskan bahwa pemilihan itu tidak mungkin mengikuti keturunan 
secara lahiriah dari Abraham (Roma 9:7) dan ukuran perbuatan baik.

Dalam Roma 8:38, ia menjelaskan bahwa Allah bahkan dapat membalikkan kejahatan 
dan dosa untuk melayani tujuan Allah sendiri. Kesadaran Paulus bahwa ia gagal 
terhadap Allah, justru pada waktu ia mengira telah bekerja untuk Allah, 
menjadikan dia sebagai seorang Kristen. Ia sangat sadar akan kesalahannya. 
Paulus menanggalkan legalisme yang menetapkan apa yang benar dan apa yang salah 
dalam rumusan-rumusan yang pasti. Maka, semua nilai kehidupannya yang lampau, 
dengan penumpukan pahala dan kesombongannya akan keselamatan karena 
kelahirannya sebagai umat perjanjian itu, ia anggap lenyap. Ia telah 
menyesatkan dirinya ke dalam kepercayaan diri yang salah. Dari kesadaran 
itulah, lahir permusuhan Paulus terhadap anjuran orang Kristen Yahudi tertentu 
yang yakin bahwa ketaatan kepada Taurat dapat digabungkan dengan iman kepada 
Kristus. Bagi Paulus, kedua pembenaran itu tidak dapat didamaikan, dan Paulus 
tidak dapat menerima tuntutan Taurat Yahudi (dengan disunat dan mematuhi 
peraturan makanan) sebelum seseorang dibaptiskan (Galatia 2:21). Kepercayaan 
Paulus bahwa Allah telah mengutus Kristus untuk menyelamatkan dunia dan 
keyakinannya bahwa ia telah dipanggil untuk memberitakan Injil ini ke 
mana-mana, menjadikan dia begitu pasti menyatakan bahwa peristiwa Kristus itu 
tidak perlu sekiranya jalan keselamatan itu sudah tersedia dalam keagamaan 
Yahudi. Jika orang-orang bukan Yahudi yang percaya itu harus menerima tuntutan 
orang Kristen Yahudi, itu sama artinya dengan meniadakan Kristus. Pemberlakuan 
persyaratan seperti sunat dan Sabat sebelum dapat bergabung dengan jemaat 
Kristen berarti berakhirnya misi Paulus.

Paulus menganjurkan orang mantan Yahudi di gereja Roma untuk bersekutu dengan 
para mantan bukan Yahudi. Ikatan emosional dan legal dengan Yudaisme harus 
ditanggalkan dalam persekutuan yang besar (Roma 15:7). Tetapi, orang Kristen 
yang dibebaskan dari tuntutan Taurat dan dari peraturan-peraturan keagamaan 
Yahudi, tidak dibebaskan dari pengendalian moral: menjadi satu dalam Kristus, 
menghasilkan buah-buah Roh Kristus. Mati bersama Kristus membawa orang mendapat 
bagian dalam hidup kebangkitan-Nya dan menjadi baru. Keinginan Paulus untuk 
memelihara kesatuan gereja adalah salah satu alasan baginya untuk mengumpulkan 
dana dari gereja-gereja bukan Yahudi bagi orang Kristen di Yerusalem. Paulus 
mau supaya para pemimpin gereja di Yerusalem menerima keabsahan misinya di 
antara orang bukan Yahudi, yang dibaptiskan tanpa ditundukkan pada hukum Taurat 
Yahudi. Pasti, ia juga berpendapat bahwa bantuan finansial itu akan mendukung 
cita-citanya. Pertemuan Paulus dengan Galio di Korintus (Kisah Para Rasul 
18:12-17) mungkin terjadi sekitar tahun 50-51 M, dan penghukuman matinya di 
Roma mungkin terjadi pada tahun 62 M, mungkin juga tahun 64 M. Lihat artikel 
Nero. Berkali-kali dalam sejarah gereja, pikiran Paulus, khususnya dalam 
suratnya kepada jemaat Roma, telah membangkitkan gerakan baru yang kreatif: 
Augustinus, Luther, Wesley, Barth.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Alkitab SABDA
Alamat URL: 
http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=PAULUS,%20RASUL#browning_1
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 6 November 2013


WARNET PENA: FACEBOOK NATAL

Natal tidak hanya dirayakan di gereja, di rumah, atau di persekutuan. Saat ini, 
Anda bisa merayakannya dengan banyak orang dari berbagai tempat, tidak terbatas 
pada ruang dan waktu, dan relasi Anda dengan saudara-saudari seiman akan 
semakin luas. Kini, Anda bisa merayakan Natal di dunia maya, yaitu Facebook 
Natal. Melalui Facebook ini, Anda bisa berbagi pengalaman seputar Natal, berkat 
firman Tuhan, kesaksian Natal, harapan di hari Natal, lagu-lagu Natal, dll.. 
Dengan banyaknya anggota yang bergabung di Facebook ini (lebih dari 137.000 
anggota), Anda akan mempunyai kesempatan besar untuk berelasi dengan banyak 
orang dan saling menguatkan di antara saudara seiman. Menyenangkan sekali 
bukan? Ayo kunjungi Facebook Natal sekarang juga dan jadilah berkat untuk 
saudara-saudari kita pada hari Natal ini! (Santi T.)

==> http://fb.sabda.org/natal


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

Kirim email ke