Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-BinaAnak -- HAN 2016: Gereja Ramah Generasi Digital Native (I)
Edisi 734/Juli/I/2016

Salam HAN 2016,

Setiap tahun, pemerintah menetapkan tanggal 23 Juli sebagai peringatan Hari 
Anak Nasional. Dan, e-BinaAnak juga selalu menyambut HAN ini dengan menyajikan 
bahan-bahan khusus, yang berbeda dari biasanya. Seperti pada tahun ini. Seiring 
dengan kerinduan pemerintah untuk menjadikan negara Indonesia sebagai negara 
yang ramah anak, apakah gereja juga sudah menjadi gereja yang ramah anak, 
gereja yang terbuka untuk anak-anak dan melayani mereka dengan maksimal? 
Sekarang, generasi muda sudah banyak yang hilang dari gereja. Bukan karena 
mereka memutuskan hubungan mereka dengan Allah, tetapi karena gereja tidak 
"ramah" terhadap mereka di dunianya. Gereja tidak menemui mereka di tempat 
mereka berada, yaitu dalam dunia maya/online.

Pada bulan yang istimewa untuk anak-anak Indonesia ini, kami mengajak kita 
semua untuk menciptakan gereja yang ramah anak, yaitu anak-anak yang adalah 
generasi digital native. Mari kita temui mereka dan sambut mereka di dunianya. 
Dunia teknologi yang melaluinya, Tuhan bekerja untuk menjangkau anak-anak muda 
untuk kemuliaan-Nya.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>


"Jika gereja saat ini saja sudah tertinggal dalam teknologi, akan jadi seperti 
apa pada masa depan, ketika gereja sedang berusaha untuk meraih generasi 
digital yang telah sepenuhnya tenggelam dalam teknologi sejak mereka masih 
balita?" (Jason Caston)


ARTIKEL: MASA DEPAN GEREJA DAN TEKNOLOGI (5, 10, 25 TAHUN DARI SEKARANG)

Ketika anak-anak saya masih kecil, saya akan memberi mereka iPads untuk menahan 
perhatian mereka, sementara saya harus melakukan hal-hal lainnya. Hal ini 
biasanya akan menolong anak untuk mengenal teknologi pada usia dini. Banyak 
dari kita melihat balita yang telah diberi iPad atau ponsel pintar. Kita juga 
melihat (sambil mengawasi) anak-anak untuk melakukan "klik" atau "swipe" pada 
aplikasi favorit mereka, bahkan ikut menonton film kartun Netflix favorit 
mereka. Fakta bahwa anak-anak ini dapat mengoperasikan perangkat mobile tanpa 
instruksi atau pengawasan adalah menakjubkan. Namun, yang lebih menakjubkan 
lagi adalah bahwa teknologi yang digunakan anak-anak ini adalah teknologi 
tertua yang akan mereka lihat dalam hidup mereka. IPads dan perangkat mobile 
yang kita pikir inovatif akan menjadi seperti "8-track" dan "Betamaxes" untuk 
anak-anak ketika mereka menjadi semakin tua. Jadi, pertanyaannya adalah "Jika 
gereja saat ini saja sudah tertinggal dalam teknologi, akan jadi seperti apa 
pada masa depan, ketika gereja sedang berusaha untuk meraih generasi digital 
yang telah sepenuhnya tenggelam dalam teknologi sejak mereka masih balita?"

"Generasi digital" dan "golongan milennial" terbiasa memiliki sebuah jaringan 
Internet yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Newsfeeds Facebook mereka 
disesuaikan bagi mereka untuk melihat apa yang mereka ingin lihat, dan hasil 
pencarian Google mereka disesuaikan bagi mereka untuk melihat apa yang mereka 
ingin lihat -- sehingga mereka terbiasa memiliki pengalaman daring (online) 
yang melayani mereka. Oleh karena itu, ketika mereka melihat pengalaman mereka 
dalam bergereja, baik secara daring maupun luring (offline), dan melihat bahwa 
gereja sudah ketinggalan zaman atau terputus dari era saat ini, gereja tidak 
lagi sesuai dengan setiap aspek lain dari kehidupan mereka yang terkoneksi 
setiap saat, mereka pun memutuskan hubungan. Namun, bertentangan dengan apa 
yang dipikirkan gereja-gereja tertentu, generasi muda ini sebenarnya tidak 
memutuskan hubungan dari gereja atau Allah sama sekali, mereka hanya memutuskan 
hubungan dari gereja-gereja yang tidak menemui mereka di mana mereka berada, 
yaitu dalam dunia daring.

Dalam hal gereja, generasi digital dan milennial akan mencari pengalaman daring 
yang inovatif, mendalam, menarik, dan yang telah disesuaikan. Mereka akan 
mendapatkan ini di setiap aspek lain dari kehidupan mereka. Jadi, mengapa 
mereka harus merasa bahwa basis agama/pengalaman inspirasional mereka harus 
berbeda? Mereka akan menjalani hidup yang tidak memiliki batas-batas antara 
daring dan luring. Mereka akan membangun komunitas daring yang memiliki 
komponen luring dan memiliki pengalaman luring yang memiliki khalayak daring. 
Gereja akan perlu melihat bagaimana mereka memperlakukan gereja secara luring 
dan mencari tahu bagaimana menerapkannya dalam ruang daring.

Berikut adalah sekilas tentang masa depan gereja yang saya lihat berdasarkan 
teknologi yang kita miliki sekarang dan apa yang muncul. Ketika kita melihat 
"Internet of Things" dan masa depan yang selalu terhubung, kita dapat 
membayangkan melihat masa depan di mana kita tidak pernah terputus, dan hal-hal 
yang kita lihat setiap hari sekarang akan menjadi benda pintar yang terhubung 
dengan internet. Kita akan bangun pada pagi hari, dan baik jam pintar kita atau 
beberapa perangkat situs akan membuat kita menyadari bagaimana kita tidur dan 
apa yang kita rencanakan untuk hari itu. Saat kita berjalan ke cermin untuk 
menyikat gigi dan mencuci wajah kita, kita akan melihat cermin pintar yang 
memiliki layar di mana kita dapat melihat kitab suci motivasi atau klip dari 
pesan yang inspirasional. Saat kita berjalan ke lemari es pintar, benda itu 
akan memberi tahu kita apa yang kita harus makan didasarkan pada pakaian pintar 
kita dan tujuan diet yang ingin kita capai. Selain itu, pada panel dari lemari 
es akan terdapat ayat Alkitab yang ingin kita ingat untuk hari itu atau bahkan 
kelanjutan dari khotbah yang sudah kita saksikan pada cermin kamar mandi. Saat 
kita mengumpulkan hal-hal selama hari itu untuk kembali melakukan aktivitas 
setelah berhalangan, kita melihat jam tangan kita, dan itu akan memberikan 
tanda-tanda vital kita serta tujuan latihan yang kita miliki untuk hari itu. 
Kita mengucapkan selamat tinggal pada keluarga kita, tetapi kita tidak pernah 
terputus dari mereka, sebagaimana kita dapat selalu melihat di mana mereka 
berada dan berkomunikasi dengan mereka dari perangkat mobile kita atau jam 
pintar kita. Saat kita pergi, kita mengenakan kacamata pintar dan melihat-lihat 
lingkungan kita; kacamata menunjukkan kepada kita siapa sesama yang dapat 
menggunakan postingan motivasi di media sosial atau kata-kata dorongan 
berdasarkan update media sosial mereka. Kita bisa memilih untuk mampir atau 
mengirim pesan secara daring. Terakhir, kita masuk ke dalam mobil dan pergi 
bekerja, tetapi karena mobil sudah dapat secara otomatis bergerak sendiri, 
seluruh kaca depan adalah layar, dan menunjukkan khotbah mingguan atau podcast 
yang ingin kita dengarkan karena kita belum mendengarkannya. Jika itu bukan 
sesuatu yang ingin kita lakukan, kita bergabung dengan gereja internet kita, 
studi Alkitab kelompok daring yang memiliki anggota dari seluruh dunia, dan 
kita semua terhubung dalam video, tetap terhubung, dan berbicara tentang 
tujuan-tujuan spiritual mingguan kita.

Itu hanyalah kilasan masa depan yang terkoneksi ke Internet, di mana gereja 
dapat berperan di dalamnya dengan mengambil pesan Injil yang mengubah hidup dan 
membuatnya tersedia dengan menggunakan metode inovatif. Tempatkanlah gereja di 
luar tembok dan kepada rakyat/orang-orang, sebagaimana yang dilakukan 
misionaris. Namun, bukannya misionaris secara tradisional, pikirkanlah tentang 
dampak misionaris digital dan ladang misi digital yang akan berkembang. Itulah 
masa depan gereja. (t/ N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: LifeWay
Alamat URL: 
http://www.lifeway.com/churchtech/2016/01/11/how-the-church-can-reach-digital-natives-and-millennials-the-future-of-the-church-and-tech-5-10-25-years-from-now/
Judul asli artikel: How the Church Can Reach Digital Natives and Millennials – 
The Future of the Church and Tech (5, 10, 25 years from now)
Penulis artikel: Jason Caston
Tanggal akses: 29 Juni 2016


WARNET PENA: APLIKASI KEKRISTENAN UNTUK GENERASI DIGITAL NATIVE

1. CERITA INJIL AUDIO (CIA)
Android: https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.cerita.injil

Cerita Injil adalah Kabar Baik bagi masyarakat Kristen Indonesia. Sekarang, 
Anda, keluarga, dan teman-teman dapat menikmati CIA -- Cerita Injil Audio -- 
gratis, kapan saja secara offline dalam kompilasi 350+ 
gambar/cerita-cerita/audio. Aplikasi CIA menyediakan cerita-cerita Alkitab 
bergambar yang dilengkapi dengan ratusan audio dan ilustrasi sehingga 
memudahkan kita mengenal firman Allah dan siapakah Tuhan Yesus Kristus. Materi 
dalam app CIA dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu Cerita Injil Audio, yang 
berisi cerita Alkitab secara ringkas namun padat; Injil yang Hidup, yang berisi 
kehidupan Yesus Kristus secara sistematis dari kelahiran, kematian, 
kebangkitan-Nya, sampai kedatangan-Nya yang kedua; dan Seri Lihat, Dengar, dan 
Hidup, yang berisi firman Tuhan secara topikal, misalnya penciptaan, 
tokoh-tokoh Alkitab, gereja mula-mula, dll.. App CIA dapat digunakan untuk 
pelayanan segala umur dari anak sekolah minggu sampai lansia!

2. KOMIK ALKITAB BERGAMBAR, KOMIK KITAB SUCI, DAN KOMIK YESUS HIDUP
Android:
https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.komik.alkitab
https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.komik.kitabsuci
https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.komik.yesus

Bagaimana anak-anak era teknologi ini belajar Alkitab? Salah satunya dengan 
menggunakan aplikasi. Sebab, anak-anak digital native lebih suka belajar dengan 
gambar. Aplikasi Komik Alkitab merupakan cara yang strategis untuk mengenalkan 
kisah-kisah dalam Alkitab kepada anak, khususnya untuk memperkenalkan tentang 
Juru Selamat kepada mereka. Untuk itu, Yayasan Lembaga SABDA menyediakan tiga 
aplikasi Komik Alkitab yang dapat digunakan oleh gereja maupun oleh keluarga 
untuk belajar Alkitab dengan cara yang menyenangkan bersama dengan digital 
native mereka.

Aplikasi yang pertama adalah "Komik Alkitab Bergambar", yang berisi 
cerita-cerita Alkitab terpopuler dari Kejadian sampai Kisah Para Rasul. Kedua, 
"Yesus Hidup", yang mengisahkan cerita Yesus mulai dari nubuatannya hingga 
kematian-Nya di atas kayu salib. Aplikasi yang ketiga adalah "Komik Kitab 
Suci", yang berisi kisah populer dari kitab Kejadian sampai 2 Raja-raja. Ketiga 
komik ini memiliki penampilan yang cukup "user friendly" bagi anak. Mereka 
dapat dengan mudah memilih cerita yang ingin dibaca dengan menggunakan menu 
navigasi yang ada. Selain itu, pengguna dapat mengatur sendiri tampilan layar 
dengan menggunakan fitur "Nite Mode" sehingga membaca komik di Smartphone 
menjadi nyaman. Aplikasi ini dilengkapi dengan kemampuan "double tap", yang 
bisa membuat bacaan menjadi penuh di layar (full screen). Mulai dari anak-anak, 
remaja, hingga orang dewasa tidak akan kesulitan menggunakan aplikasi ini.

3. BIBLE FOR KIDS
Android: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.bible.kids
iOS: https://itunes.apple.com/us/app/bible-for-kids/id668692393?ls=1&mt=8

Aplikasi Alkitab untuk anak dari YouVersion dan OneHope memberikan pengalaman 
berkenalan dan mempelajari Alkitab melalui kisah-kisah besar Alkitab secara 
interaktif dan dipadukan dengan animasi yang indah. Aplikasi ini dirancang agar 
anak-anak merasa senang dengan Alkitab dan mau terus kembali mengenal Alkitab 
hingga akhirnya mereka familiar dengan firman Tuhan. Fitur navigasi yang mudah, 
gambar yang berwarna, serta animasi yang bergerak setiap kali disentuh membuat 
tampilan aplikasi ini begitu menarik. Selain itu, juga terdapat info dan 
pengingat aktivitas terakhir yang membantu anak mengingat kembali apa yang 
telah mereka pelajari serta tantangan berupa permainan berhadiah yang pastinya 
disukai oleh anak-anak.

Semua aplikasi di atas akan sangat baik jika diintegrasikan dengan pelayanan 
dalam gereja. Semua bisa digunakan untuk pelengkap kurikulum dan menolong anak 
untuk terkoneksi dengan gereja. Dengan media sosial, anak-anak bisa diminta 
untuk sharing tentang setiap pelajaran yang mereka dapat ketika membaca atau 
mengakses aplikasi-aplikasi tersebut. Alat sudah ada, bahan digital pun sudah 
banyak dan bisa dipakai oleh gereja untuk menjangkau generasi digital. Jika 
tidak sekarang, kapan lagi?


STOP PRESS: YUK, BERGABUNG DI KOMUNITAS E-PENULIS

Jika Anda seorang penulis atau seseorang yang ingin mengenal lebih jauh tentang 
dunia penulisan, kami mengajak Anda untuk bergabung di komunitas e-Penulis, 
baik di Facebook maupun Twitter. Kami memiliki banyak bahan dan informasi 
menarik seputar literatur Kristen dan umum, serta memiliki ribuan teman yang 
akan menjadi teman Anda juga untuk saling berbagi informasi, ide, ataupun 
pendapat dalam komunitas ini. Tunggu apa lagi? Yuk, klik alamat di bawah ini 
dan bergabunglah. Perluas wawasan Anda dan berelasilah!

Facebook: https://facebook.com/sabdapenulis
Twitter: https://twitter.com/sabdapenulis


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida dan Amidya
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

Kirim email ke