Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-JEMMi -- Misi dan Natal (I)
No. 30, Vol. 16, Desember 2013

Shalom,

Apa kabar Pembaca setia e-JEMMi? Bagaimana persiapan perayaan Natal di tempat 
Anda? Kami berharap semuanya berjalan lancar, sesuai dengan kehendak Tuhan. 
Pada edisi kali ini, kami ingin mengajak Pembaca sekalian untuk merenungkan 
sejenak tentang arti Natal yang sesungguhnya dan kaitannya dengan rencana Allah 
untuk menebus umat manusia. Kiranya sajian artikel dan renungan pada edisi ini 
dapat semakin meneguhkan dan menguatkan iman kita sekalian. Selamat 
mempersiapkan Natal. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian!

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >


ARTIKEL MISI: SEBUAH GAMBARAN BESAR

Karena artikel ini, saya memiliki kesempatan untuk memberi tahu Anda, wahai 
kaum muda, tentang sesuatu yang paling mengesalkan kami, orang-orang dari 
generasi sebelum Anda, terkait dengan perayaan Natal. Seperti yang Anda 
ketahui, saat ini, ada banyak orang yang merayakan Hari Natal secara dangkal. 
Orang-orang Kristen tentu cukup sadar bahwa perayaan Natal seharusnya lebih 
dari sekadar pesta dan seharusnya ada kaitannya dengan figur Yesus. Akan 
tetapi, bagaimana seharusnya kita merayakan Natal?

Pada bulan ini, akan ada banyak mimbar yang mengkhotbahkan tentang inkarnasi 
Yesus. Dan, mengacu pada pengumuman yang dinyatakan oleh para malaikat kepada 
gembala-gembala di padang Efrata, generasi saya merayakan kabar baik yang 
diberikan oleh para malaikat sekitar 2.000 tahun yang lalu itu berdasarkan 
kalimat yang mereka ucapkan, "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu 
Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Lukas 2:11).

Generasi saya cenderung memusatkan perhatian mereka pada ibadah selama 
minggu-minggu Adven untuk menghayati kelahiran Kristus dari rahim seorang 
perawan di Betlehem. Akan tetapi, jika saya bertanya tentang mengapa Yesus 
datang ke dunia ini kepada orang-orang dari generasi saya, sering kali mereka 
akan menjawab seperti ini: "Ia datang untuk menjadi Juru Selamat bagi saya," 
"Ia datang untuk mati bagi saya," atau, "Ia datang untuk membayar akibat dari 
dosa saya" (Anda tentu mengerti maksud saya) -- semua jawaban itu benar dalam 
tataran tertentu, tetapi semua jawaban itu gagal menempatkan kedatangan Kristus 
di dalam konteks yang luas, konteks yang dinyatakan melalui seluruh isi 
Alkitab. Dan, ketika seseorang gagal menempatkan peristiwa kedatangan Yesus ke 
dalam konteks yang luas itu, ia juga gagal menghayati intinya.

Jangan salah sangka, tidak ada yang salah dengan orang-orang Kristen yang 
merayakan kelahiran Tuhan kita selama masa perayaan Natal. Tentu merupakan 
sesuatu yang sangat pantas bagi gereja di seluruh dunia untuk memusatkan 
pikiran mereka kepada peristiwa inkarnasi Anak Allah dan mukjizat yang menjadi 
latar belakang peristiwa itu, yaitu bahwa Anak itu dikandung oleh ibunya yang 
masih perawan. Akan tetapi, saya ingin menyatakan bahwa ada sesuatu yang lebih 
besar dan agung daripada peristiwa kelahiran Kristus, sesuatu yang seharusnya 
menarik perhatian dan menyentuh hati kita dengan sukacita yang sejati pada masa 
perayaan Natal ini. Saya akan menjelaskannya sebentar lagi.

Para pendeta Injili dari generasi saya tidak cukup baik mengajar umat Kristen 
pada zaman mereka bahwa setiap peristiwa yang menjadi dasar pernyataan iman 
Kristen seperti inkarnasi Kristus, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan dalam 
banyak peristiwa lainnya, tidak berdiri sendiri atau terpisah-pisah dalam 
"metanarasi" Kitab Suci (metanarasi yang saya maksud adalah "gambaran besar" 
dari seluruh isi Perjanjian Lama yang memberikan signifikasi sejarah penebusan 
kepada "kisah-kisah kecil" di dalamnya).

Ketika seseorang gagal menempatkan peristiwa yang terjadi pada kisah yang 
dicatat oleh para penulis Injil ke dalam konteks metanarasi Perjanjian Lama, ia 
akan kehilangan nuansa yang terjalin di dalamnya. Jika sudah demikian, ia akan 
gagal melihat keutuhan pengajaran yang jalin-menjalin di seluruh Kitab Suci.

Dengan kata lain, karena fakta bahwa Yesus, kehidupan-Nya, kematian-Nya, dan 
kebangkitan-Nya berada dalam kerangka doktrin penciptaan, kejatuhan, penebusan, 
dan penyempurnaan, maka kita juga harus menempatkan pesan salib di dalam 
kerangka yang memuat Perjanjian Lama. Dengan demikian, kita baru dapat 
benar-benar memahami betapa pentingnya pesan yang dibawa oleh Injil. 
Sebaliknya, jika kita tidak melakukannya, kita tidak akan mungkin memahami 
Injil secara utuh.

Jadi, izinkan saya mengajukan pertanyaan saya tadi: Mengapa Yesus datang ke 
dunia dua ribu tahun yang lalu? Coba perhatikan sesuatu yang menarik dari 
perkataan Maria ketika malaikat Gabriel memberi tahu bahwa dirinya akan menjadi 
ibu dari Sang Mesias yang dinanti-nantikan itu: "Ia menolong Israel, hamba-Nya, 
karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang 
kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." (Lukas 1:54-55)

Hal yang serupa juga terjadi ketika Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, bernubuat 
tentang pelayanan anaknya, yaitu sebagai seseorang yang mempersiapkan jalan 
bagi sang Mesias. Dalam nubuatnya itu, Zakharia berkata, "[Tuhan telah] 
menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan 
perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa 
leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan 
musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di 
hadapan-Nya seumur hidup kita." (Lukas 1:72-75)

Apa yang kita lihat dari pernyataan Maria dan Zakharia? Keduanya menempatkan 
peristiwa kedatangan Kristus di dalam konteks kovenan Abraham dan memuji 
kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya dengan mengirim putra-Nya. Di dalam kepekaan 
mereka terhadap kepentingan inkarnasi Yesus dan kata-kata pujian mereka 
terhadap Allah, kita dapat melihat bahwa mereka menghormati teologi yang 
alkitabiah dan bahwa sejarah penebusan dilukiskan dengan sangat nyata. Bukan 
suatu kebetulan jika Allah memilih perawan Maria untuk menjadi ibu bagi Kristus 
dan Zakharia untuk menjadi ayah bagi Yohanes Pembaptis, sebab keduanya adalah 
"penganut teologi kovenan"!

Jadi, saya mendorong Anda semua, generasi muda, untuk tidak hanya merayakan 
keajaiban Natal seolah-olah peristiwa itu berdiri sendiri dan terisolir dari 
peristiwa yang lain dalam Alkitab. Sebaliknya, rayakanlah lebih daripada yang 
dilakukan oleh generasi saya. Biarlah dalam masa perayaan Natal ini, kita 
merayakan kesetiaan Allah atas janji-Nya kepada kita sebab gambaran besar 
itulah yang menjadi dasar dari masa raya ini! (t/Yudo)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Ligonier
Alamat URL: http://www.ligonier.org/learn/articles/big-picture/
Judul asli artikel: The Big Picture
Penulis: Robert Reymond
Tanggal akses: 5 Desember 2013


RENUNGAN MISI: HARI NATAL ADALAH HARI PERAYAAN AMANAT AGUNG

"Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." 
(Yohanes 20:21)

Dengan kalimat itu, Yesus memberi kuasa dan kehormatan kepada kita untuk 
merayakan Natal sepanjang tahun!

Pelayanan yang dilakukan oleh Sang Juru Selamat setelah kebangkitan-Nya itu 
diakhiri oleh perintah yang kita kenal sebagai "Amanat Agung". Amanat Agung 
sendiri dimulai oleh Yesus dengan perkataan-Nya yang terdapat dalam Yohanes 
20:21. Kalimat itu adalah kalimat pertama yang diucapkan-Nya kepada para murid 
setelah kebangkitan-Nya. Tak berapa lama sebelum terangkat ke surga, Yesus juga 
berbicara kepada mereka dalam kalimat yang tercatat dalam Matius 28:19-20, 
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka 
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala 
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu 
senantiasa sampai kepada akhir zaman." Dan, kata-kata terakhir-Nya kepada para 
murid sebelum Ia terangkat ke surga tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:8, "... 
kamu akan menjadi saksi-Ku ...."

Peristiwa yang kita rayakan pada masa perayaan Natal adalah peristiwa inkarnasi 
Yesus Kristus. Allah menjelma menjadi manusia supaya rencana penebusan-Nya 
terlaksana, yaitu untuk menarik banyak orang kepada diri-Nya dan melepaskan 
mereka dari belenggu dosa. Yesus lahir ke dalam dunia di dalam sebuah kandang 
di Betlehem dengan sebuah tujuan, yaitu menyediakan persembahan kurban yang 
sesuai untuk membayar akibat dari dosa kita. Itu dilakukannya agar kita dapat 
memiliki sebuah persekutuan dengan Allah, sesuai dengan maksud penciptaan kita. 
Dia melakukannya karena mengasihi kita.

Sang Pencipta datang ke dalam dunia, Ia sempurna, benar, dan kudus. Ia tinggal 
di tengah-tengah ciptaan-Nya yang tidak kudus, penuh kesalahan, dan bahkan 
bangkit menjadi musuh-Nya. Sang Pencipta rela mati sebagai kurban demi 
ciptaan-Nya supaya mereka dapat ditebus melalui iman terhadap pernyataan 
anugerah dan belas kasihan Allah.

Yohanes 8:12, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan 
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Yohanes 12:46, "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap 
orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan."

Lukas 19:10, "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang 
hilang."

Matius 18:11-12, "Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang. 
Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di 
antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan 
ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?"

Lukas 9:56, "'Sebab Anak Manusia datang tidak untuk membinasakan jiwa manusia, 
tetapi untuk menyelamatkannya.'" [MILT]

Yohanes 3:16-17, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia 
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya 
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah 
mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk 
menyelamatkannya oleh Dia."

Yohanes 10:10, "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan 
membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam 
segala kelimpahan." [Hidup itu ditandai dengan cara hidup yang baru dan 
menghasilkan buah Roh], yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, 
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada 
hukum yang menentang hal-hal itu. (Galatia 5:22-23)

Yohanes 18:37-38, "Maka kata Pilatus kepada-Nya: 'Jadi Engkau adalah raja?' 
Jawab Yesus: 'Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir 
dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian 
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan 
suara-Ku.'"

Yesus datang ke dunia karena Allah mengasihi setiap kita, yaitu orang-orang 
yang berada di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan ujung-ujung bumi di sepanjang 
zaman. Tidak penting apa agama, budaya, dan bangsa yang menjadi latar belakang 
kita, Allah tetap menginginkan sebuah persekutuan dengan kita. Ia ingin agar 
kita mengalami belas kasihan dan pengampunan dari-Nya yang dibutuhkan agar kita 
dipulihkan dalam relasi kita dengan-Nya. Tuhan Allah mengirim Yesus ke dunia 
supaya kita beroleh keselamatan melalui pekabaran kabar baik yang dibawa-Nya.

Sekarang, inilah amanat yang diteruskan oleh Yesus kepada para murid-Nya: "... 
Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga 
sekarang Aku mengutus kamu." (Yohanes 20:21)

Dengan perkataan-Nya itu, Yesus meneruskan obor yang ada di tangan-Nya kepada 
murid-murid-Nya dan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kepada mereka, Yesus 
memberikan suatu kehormatan besar dan tanggung jawab untuk meneruskan 
pelayanan-Nya di dunia ini dalam memberitakan Kabar Baik. Dengan demikian, kita 
membawa kabar yang sama, didorong oleh kuasa Roh yang sama, dan menjalankan 
amanat yang sama dengan-Nya.

Yesus lahir di Betlehem untuk membawa keselamatan kepada mereka yang mau 
percaya kepada-Nya. Setiap kali kita mengulangi pesan itu, setiap kali kita 
menjalankan Amanat Agung Tuhan kita melalui pelayanan penjangkauan dan 
memberikan pengajaran; tak peduli kapan pun dalam sepanjang tahun, kita 
"merayakan Hari Natal". (t/Yudo)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: IFCAMedia
Alamat URL: http://ifcamedia.org/harvestfields/?p=118
Judul asli artikel: Christmas is a Great Commission Holiday
Penulis: W. W. McEad
Tanggal akses: 5 Desember 2013


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK AUDIO ALKITAB MP3

Apakah Anda ingin mengetahui lebih banyak informasi tentang Alkitab Audio? Kami 
mengajak Anda untuk bergabung dengan Facebook Alkitab Audio. Di sini, Anda akan 
mendapatkan banyak informasi tentang Alkitab Audio, di antaranya tentang update 
versi terjemahan Alkitab Audio dan kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang 
telah menggunakan Alkitab Audio. Melalui Facebook ini, Anda juga dapat 
mengunjungi situs kami dan mendownload Alkitab Audio dari berbagai versi 
terjemahan Bahasa Indonesia, Bahasa Suku, dan Bahasa asing. Tunggu apa lagi? 
Bergabunglah dan jadilah penggemar kami sekarang juga!

=> http://fb.sabda.org/audio


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amidya, dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

Kirim email ke