350 Sumur Minyak Telantar di Musi Banyuasin


Sekayu, - Sebanyak 350 sumur minyak tua peninggalan Belanda di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang diperkirakan masih bernilai ekonomis untuk dieksploitasi, saat ini kondisinya telantar. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin sedang mengupayakan untuk memanfaatkan sumur-sumur tersebut.
"Sumur-sumur tua itu kondisinya telantar, padahal sebenarnya mungkin masih potensial dimanfaatkan untuk masyarakat," tutur Robert Heri, Presiden Direktur Badan Usaha Milik Daerah PT Petro Muba di Sekayu, Rabu (2/7).
Menurut Robert, PT Petro Muba sedang berusaha untuk menginventarisasi sumur-sumur yang masih memungkinkan untuk dikelola.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Pemkab Musi Banyuasin bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung, ada sekitar 500 sumur minyak tua di kabupaten ini. Sumur-sumur tersebut tersebar di hampir semua wilayah di Musi Banyuasin, seperti di Sungai Angit, Batanghari Leko, Keluang, Penjering, dan Mangun Jaya.
Saat ini, hanya 150 sumur saja dari 500 sumur minyak tua di Musi Banyuasin yang telah dimanfaatkan masyarakat dengan ditambang secara tradisional, sedangkan sisanya sejumlah 350 telantar.
"Sumur-sumur itu masih ada yang cukup baik, tetapi juga ada yang sudah rusak," ujar Robert. Sebagian sumur ada yang rusak secara tidak sengaja karena terkena alat berat sewaktu pengolahan perkebunan.
Robert menuturkan, banyak sumur minyak tua itu yang letaknya di tengah-tengah perkebunan sehingga kadang secara tidak sengaja terkena buldoser saat pembersihan lahan. "Akibatnya, banyak kepala sumur yang patah," katanya.
Konsesi pertambangan
Sumur-sumur minyak tua itu dahulu ditinggalkan karena dianggap tidak ekonomis lagi oleh perusahaan minyak. Karena itu, beberapa di antaranya kemudian dikelola masyarakat secara tradisional.
Menurut Robert, selain kondisi sumur yang kurang baik, salah satu kesulitan pengelolaan adalah karena sebagian sumur minyak tua masih berada di daerah konsesi pertambangan milik perusahaan swasta. "Misalnya, ada sejumlah sumur tua di daerah Keluang yang masuk wilayah konsesi Conoco Philips," jelasnya.
Sumur-sumur minyak yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat, antara lain terletak di Sungai Angit. Minyak mentah yang dihasilkan oleh masyarakat itu langsung diolah warga menjadi berbagai macam produk, seperti bensin dan minyak tanah.
Diperkirakan, dari sumur-sumur yang dikelola masyarakat secara tradisional tersebut, dihasilkan sekitar 250 barrel minyak mentah per hari. Produksi paling besar di Sungai Angit yang mencapai 150 barrel minyak mentah per hari.
Pengelolaan sumur minyak tua di Musi Banyuasin ini melibatkan sekitar 2.500 jiwa. "Setiap sumur dikelola oleh sekitar tiga keluarga," kata Christoforo Columbo, Direktur PT Kilang Muba yang merupakan anak perusahaan PT Petro Muba.
Hasil penyulingan minyak yang dilakukan masyarakat kualitasnya kurang baik sehingga bisa merusak mesin kendaraan yang memakainya. Selain itu, pengelolaan oleh masyarakat tersebut sebenarnya ilegal.
(Kompas)


http://www.muba.go.id/www/app_spim/detil_news.php?newsid=1


--------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke