Vick dan yang lain.
Kalau mau punya duit "belanja" memang hasil bumi yang bisa dijual diluar sebaiknya dijual (tentu saja harus dibalance dengan konservasi alam). Yang didalam harus menyesuaikan diri pake energy alternatif yang juga sangat banyak kita punyai. Hal lain yang juga bisa dijadikan pemicu adalah tidak terbaharukannya energy MIGAS tsb.


Tetapi kalau ditinjau dari segi ekonomis nya saja, maka energy alternatif tsb akan jauh lebih mahal. apalagi dengan adanya subsidi.
jadi kebijaksanaan yang perlu dibuat adalah menghilangkan subsidi (kecuali minyak tanah).
kemarin2 sudah mulai dikurangi, tetapi sekarang membengkak lagi karena tingginya harga minyak.
Tetapi jangan mulai dengan subsidi energy alternatif tsb. nanti akibatnya mirip juga dengan subsidi migas. Memang bantuan pembenahan infrastuktur dan koordinasi fasilitas (alat, riset dll) untuk semua pemain sangat diperlukan. Namanya juga bayi yang baru mau jalan, harus dibantu dan diperlihatkan cara jalan yang benar. jangan digendong terus.


Hal lain yang perlu diperhatikan adalah skala dari besarnya energy yang diperlukan.
Kalau kita selalu melihatnya skala besar maka pasti memerlukan investasi yang sangat besar dan return yang kecil. buntut nya tidak ekonomis. Kita tidak perlu bikin suatu Kedungombo lain untuk supply energy seluruh Jawa-Bali. Tapi kita lihat daerah satu persatu, kalau didaerah pantai: energy angin atau ombak atau perbedaan suhu air laut atau surya bisa dipakai. Kalau dipegunungan mungkin geothermal kalau ada dan angin. (Ini hanya contoh....)
Kalau bisa dibagi ke daerah tetangga syukur. . . .(tetapi dicharge untuk pendapatan daerah, supaya mulai belajar mandiri, atau ini tidak dilakukan dalam jangka pendek kali)
Energy nuklir bukanlah hal yang tabu yang kita bisa pakai, memang rentan di sabotase dan saya tidak tahu pakah kita punya "tambang" Uranium atau Unsur radioaktif yang lain yang bisa dijadikan sumber energy. Katanya Plutonium adalah calon sumber energy alternatif, (eksplorasi Plutonium, anybody ?)
Kalau kita tidak punya unsur radioaktif nya, maka kita juga bisa dipermainkan kalau negara kita tergantung pada energy nuklir.


Ini juga akan mengurangi pengangguran. Tentu saja ada efek2 negatif sosial nya, tetapi itu harus kita antisipasi dari awal dan mass media salah satu cara yang paling baik untuk sosialisasi.

Dinegara-negara majupun sudah banyak memakai energy alternatif. ini sebaian kecil dari contoh:
Di San Francisco kita bisa lihat ladang yang penuh dengan kincir angin, saya tidak tahu energy listriknya untuk apa, tetapi katanya jumlahnya cukup besar.
energy nuklir di pake dibanyak negara maju. dst


Jadi tugas negara (via BPPT dan dept. ESDM kali ya?) adalah (he... he... kayak presiden saja, ngasih tugas ke dept.):
1. riset pemakaian energy alternatif secara efisien (saya yakin sudah lama dilakukan, perlu diarahkan ke aplikasi nya kalau belum)
2. Pembuatan kerangka penelitian, cara menetukan energy alternatif yang terbaik (ini juga sudah banyak dilakukan, saya sendiri pernah bikin paper di HAGI convention 1989, tetapi depth of investigation nya masih dangkal, hanya sebagai pemimpi aja yang mau trigger ide tsb. sayang papernya saya tidak punya lagi.(waktu itu simpannya di disket 5 1/4 inch, yang sekarang sudah jamuran).
3. Riset penyimpanan energy. Karena banyak sumber energy yang intermittent, maka perlu dibuat penyimpan energy yang efisien dan bisa menyimpan dalam skala besar. Kawan2 dari teknik kimia bisa membantu dalam hal ini.
4. Riset transmisi energy yang efisien. yang paling urgent adalah energy listrik. apakah mungkin energy bisa ditumpangkan dalam gelombang radio lalu dikirim via satelit (atau antena kayak punya pemancar radio atau "provider HP connection"). atau dijadikan massa lalu dirubah lagi jadi energy ditempat lain (ingat E=mc2).
5. Riset antara Fision vs. Fusion
6. Riset pembuatan mesin bertenaga alkohol, minyak kelapa (dan minyak goreng yang lain) atau campuran keduanya.
7. Riset pemakaian "sisa2" refinery sebagai sumber energy alternatif kalau belum dipakai di petrochemical industri. (saya ingat dipelototi satu ruangan waktu ada seorang Ibu yang promosiin industri petrochemical di salah satu tech. session dari IPA convention dan saya bertanya kenapa input petrochemical nya tidak diambil dari tumbuhan saja, terus "petro" nya kita jual aja keluar. kalau Ibu tsb ada di milist ini, mungkin belum telat bilang sorry ya?). Kalau tidak salah kita pernah jadi produsen no. 1 atau 2 karet dan minyak kelapa, sekarang Malaysia masih menjadikan dua komoditi tsb sebagai salah satu penghasil devisa yang utama. Kita bagaimana?


8. dan masih banyak riset lain lagi yang menunjang pemakain energy alternatif

itu sekedar sinopsis dari apa yang saya tulis 1989 tentu saja sudah ditambahin dan ada yang kelupaan sana sini.

Ngomong2 apakah hukum kekekalan energy masih berlaku apa sudah direvisi? akhir thn 70 an saya pernah baca di majalah "mekatronik" bahwa ada yang riset mengenai suatu mesin yang menyalahi hukum kekekalan energy. Maksud nya ekuivalent energy yang keluar lebih besar dari ekuivalent energy yang masuk. saya tidak pernah baca artikel seperti itu lagi sampai sekarang.


dari seseorang yang senang riset tapi perut & mata nya nyuruh kerja di applikasi
fbs


_________________________________________________________________
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/



--------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke