TABU! Jangan dibicarakan saat ini, disini didepan orang-orang ini ! Barangkali merupakan satu kata dan ungkapan yg tepat untuk sesuatu bentuk "pengaturan" terhadap sebuah penyebaran informasi atau ada yg menyebutkan sebagai pengetahuan. Untuk hal-hal yg berhubungan dengan sexual kita menyebutkannya "pornografi", untuk bisnis kita sebut "confidential", utk hal politis kita sebut SARA dll. Tabu ini sifatnya relatif bahkan sangat relatip, baik relatif temporal (kapan) dan relatif spatial (dimana). Bahkan kalau lebih ekstrim lagi sesuatu hal yg dianggap tabu itu akan sangat-sangat personal. Sangking personalnya hingga muncul friksi-friksi kepentingan dan keinginan yg menimbulkan konflik.
Dahulu berbicara soal "politik praktis" merupakan tindakan tabu di kampus, apalagi ditahun 80-an jaman NKK-BKK. Tapi sekarang semua boleh berbicara politik. Apakabar sebuat milist di Clark.net wektu itu merupakan milist untuk ajang unjuk gigi bicara politik, siapa saja "ngompol" (ngomongin politik) disitu. Kebebasan itu sendiri bebas dimaknai apa saja oleh siapa saja. Ada yg menyatakan kebebasan berekspresi, ada yg menyatakan ngumbar mulut sebagai manifestasi dari "explosive pressure" setelah ditahan dan ditekan. Hal yg tabu disebut "pelarangan" oleh yg menginginkan, disebut sebagai "pengaturan" bagi yg memiliki kepentingan, dapat juga dianggap sebagai "kemerdekaan" bagi yg memiliki rasa ingin tahu. dan bisa saja menjadi suatu hal yg menguntungkan (oportunity) bagi yg memperoleh hasil dari "pelarangan/pengaturan" ini. Nah tergantung anda saat ini "berdiri di sebelah mana ?". Banyak contoh sudah kita diskusikan bersama di milist ini mulai dari "Data Confidentiality", buku-buku terlarang (termasuk buku Sejarah Tuhan karangan Armstrong, masih tabu di Malesa sini). Tabu bukan hanya sekedar usaha mengungkap apa yg sebenernya terjadi, tabu juga sering dipakai sebagai usaha untuk mempertahankan diri. Entah mempertahankan pengaruh dan kekuasaan, mempertahankan keyakinan, mempertahankan dari kelompok yg dianggap musuhnya. Misalnya orang-orang timur yg menganggap sex bebas merupakan hal yg tidak senonoh karena merupakan manifestasi barat. Disisi lain ada juga yg menganggap kebebasan (freedom) adalah sesuatu yang tabu. Orang-orang Timur misal Jepang dan Cina jaman dulu (mungkin masih juga hingga sekarang) barangkali akan heran dengan usaha mencari kebebasan atau "freedom" yg digemborkan dari Barat. Karena nilai luhur mereka adalah how to "serve to the emperor". Ada juga di jawa jaman dulu yg nilai luhurnya adalah bagaimana melayani Raja. Sehingga memiliki surat tanda pernah ngenger di kerajaan merupakan kehormatan tersendiri. Apakah benar atau salah mentabukan sesuatu ini (melarang atau mengatur) ? Yang mejadi masalah bukan benar dan salahnya, tetapi menilai sesuatu berdasarkan "frame"/kerangka yg tidak tepat akan menghasilkan kesimpulan yg kurang tepat pula. Apakah salah Suharto melarang Pramudya ? Apakah salah Gereja melarang Davinci Code ? Apakah benar melarang penayangan bikini di televisi ? Sangat tergantung time framenya ! Yang menjadi tidak tepat adalah ketika kita mengadili Gereja karena melarang davinci code dengan "time frame" saat ini. Penayangan bikini di TV akan sangat berbeda 20 tahun lalu dengan sekarang. Jadi jangan coba-coba menilai kecantikan seseorang dengan ukuran baju yg kita miliki. It's a natural proccess .... Tanpa sadar kita sendiri akan melakukan pen"tabu"an akan hal-hal tertentu dengan alasan khusus pula. Pak Aris yg awalnya terkesan memberikan kebebasan dalam berpikirpun, diakhir tulisannya meminta moderator utk menutup mendiskusikan hal ini ... Ah TABU ! Hef e nais whik en RDP "Kecantikan itu relatif ... Kalau jelek mah itu absolute" - Joke --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) ---------------------------------------------------------------------