Maaf jika email ini diterima dua kali. Kemarin sudah dikirim, tetapi ada 'error 
message', email saya mental balik. Ternyata tidak bisa kirim lampiran 
(attachment).
   
  Walau hampir sebulan yang lalu masalah SBHT ini didiskusikan. Tapi bukan 
berarti sudah selesai. Mudah-mudahan masih relevan.
     
  PS: Bagi yang berminat. Attachment (excel) akan dikirim via japri. Silahkan 
kontak ke email: [EMAIL PROTECTED]) 

    **********************************
  Mengukur SBHT, “Static Bottom Hole Temperature”
   
  Di bidang perminyakan khususnya EP, data “bottom hole temperature” menjadi 
bagian penting dalam setiap tahap evaluasi hingga manajemen produksi. Data 
tersebut berguna bagi masing-masing disiplin/bidang ilmu yang terlibat. 
Petrophysicist (seperti saya) memerlukan data temperatur untuk perhitungan 
salinitas, koreksi pembacaan Neutron, NMR, dll. 
   
  Banyak metode yang sudah umum dapat dipakai untuk mengukur dan memprediksi 
SBHT. Mulai dari yang paling sederhana (baca: murah dan mudah) hingga yang 
paling njelimet dan canggih (baca: mahal). Semua dengan kelebihan dan 
kekurangan masing-masing.
   
  1. Metode Gradien Geotermal; merupakan metode yang paling umum, murah dan 
mudah. Pendekatan ala gradien geotermal memerlukan informasi temperatur 
rata-rata permukaan dan gradiennya. Logikanya bahwa setiap penambahan kedalaman 
di lapisan bumi akan menyebabkan peningkatan temperatur secara linear. Gradien 
Geotermal merupakan fungsi konduktivitas termal batuan di bawah permukaan dalam 
satuan 10-3 kalori/cm/°C. 
   
  Contoh (format soal seperti waktu kuliah): 
   
  Diketahui: Ggrad, Gradien Geotermal daerah X = 3.5 DEGF/100 ft
                    Tsurf, temperatur permukaan =  80 DEGF
   
  Soal:    a. Berapa BHT pada TD = 4500 ft TVD?
              b. Berapa Tf, temperatur formasi di kedalaman 3800 ft?
   
        Solusi: a. BHT = (Ggrad x Depth) + Tsurf
                     = (3.5 DEGF/100 ft x 4500 ft) + 80 DEGF = 238 DEGF
   
              b.  Dua ratus tiga belas derajat Fahrenheit.
   
  2. Metode Pengukuran Temperatur Formasi dari logs; BHT dihitung berdasarkan 
pengukuran temperatur dari setiap logging tool run. Walaupun pengukuran yang 
kontinu sudah tersedia. Tetapi, umumnya temperatur maksimum, Tmax, yang diukur 
oleh termometer yang ada di tool sering pakai untuk keperluan ini. Hasil 
pengukuran tersebut diektrapolasi menggunakan teknik Horner. Teknik yang sama 
untuk menghitung SBHP (pressure). 
   
  Kenapa data dari “log header” (Tmax) tidak bisa langsung dianggap sebagai 
SBHT? Alasannya sederhana. Efek pendinginan (cooling effect) dari lumpur 
pemboran yang disirkulasi sebelum logging job, mampu menurunkan temperatur 
formasi hingga 20 DEGF bahkan sampai 80 DEGF. Sehingga temperatur yang diukur 
oleh tools (dicantumkan di Log Header) selalu lebih rendah daripada temperatur 
formasi sebenarnya (static BHT).
   
  Fenomena kenaikan temperatur sama seperti fenomena kenaikan tekanan, Timko 
and Fertl (1972) mengusulkan penggunaan teknik Horner plot seperti pada 
pengukuran ‘pressure-buildup’. Konsep dasarnya adalah mengektrapolasi plot BHT 
(dari log header) terhadap waktu nir-dimensi, yang berupa rasio dt/(dt + t), 
dimana dt= waktu setelah sirkulasi berhenti (jam); t = waktu lamanya sirkulasi 
(jam) di grafik semilog. Ekstrapolasi berupa garis lurus ke sumbu vertikal 
(temperature at Horner time of unity) akan memberikan pembacaan ‘Static 
Formation Temperature’. (contoh ada pada file excel terlampir)
   
  3. ‘Temperature Obtained While Sampling’, pengukuran langsung dari sensor 
temperature di flow-line dari downhole formation tester (MDT*, RCI**); 
merupakan metode pengukuran open-hole yang paling akurat saat ini. Prinsip 
dasarnya juga sederhana; sampel fluida formasi yang diambil dengan formation 
tester ini harus bebas dari kontaminasi filtrat atau berasal dari  uninvaded 
zone. Idealnya fluida tersebut berada pada kondisi SFT (static formation 
temperature).  Sehingga pengukuran temperatur sampel in-situ benar-benar 
mewakili temperatur sebenarnya.
   
  *MDT= Modular Dynamic Tester ( Schlumberger; ada tool yang lebih anyar lagi, 
namanya QuickSilver)
  ** RCI=  Reservoir Characterization Instrument (Baker Atlas)
   
  4. Pengukuran dengan ‘dedicated downhole temperature sensors’; dipasarkan 
oleh Sensa (Schlumberger) dengan nama dagang DTS, Distributed Temperature 
Sensing technique, mengukur temperatur di dalam sumur (cased and completed). 
Sensor-sensor temperature (tekanan juga) dipasang bersama peralatan komplesi 
lainnya (packers, tubing, ICVs/valves, dll). Sensor-sensor ini dihubungkan 
dengan serat optik ke komputer. Semua fluktuasi dinamis tekanan dan temperatur 
dapat dimonitor bersamaan dengan aktivitas sumur (shut-in, production, 
injection, dsb.) secara real-time. Ini mahal dan bukan untuk open-hole.
   
  Diskusi
   
  Metode Horner memiliki kelemahan dibanding metode pengukuran langsung (dengan 
MDT atau RCI). Karena:
   
  1. Temperatur lumpur di dalam sumur bor berubah secara perlahan. Sehingga 
‘under estimate’ SFT yang sebenarnya (Dowdle dan Cobb, 1975)
   
  2. ‘Inner boundary conditions’ untuk temperatur tidak sama dengan “inner 
boundary condition”-nya tekanan untuk periode produksi yang konstan (kondisi 
ideal Horner Plot untuk memperoleh SBHP)
   
  Oleh karena itu users selalu harus mencari faktor koreksi untuk metode Horner 
yang disesuaikan dengan kondisi wilayah tertentu. ‘Local knowledge’ sering 
didapat secara empiris untuk  mem-‘fine-tune’ model Horner tersebut. (lihat 
contoh di file Excel untuk Malay Basin).
   
  Sementara itu kelebihan metode pengukuran langsung adalah:
  1. Temperatur diperoleh secara independen. Maksudnya tidak bergantung pada 
pendekatan/asumsi/derivatif parameter lainnya.
  2. Tidak memerlukan ‘multi-logging run’
  3. Gauge yang akurat
  4. Diperoleh ‘gratis’ jika mengambil sample fluida formasi dengan MDT atau 
RCI. 
   
  Masih ada penjelasan fisika dan matematis yang lebih rinci. InsyaAllah akan 
kita diskusikan lebih rinci jika memang ada yang berminat untuk mengulig 
rumus-rumus ‘Heat Transfer, Prendl Number, Temperature fronts’ dan lain-lain. 
{Sila merujuk ke buku “Fundamentals of Momentum, Heat and Mass Transfer”, 
(Welty, Wilson and Wicks)}
   
  Pak Shofi, kesimpulannya temperatur dari MDT/RCI jauh lebih akurat (juga 
presisi) dibanding Horner Plot. Jadi sebaiknya pakai data MDT saja dan coba 
kalibrasi SBHT yang sudah terlanjur diperoleh dari penggunaan Halliburton Chart 
(yang terlalu universal) itu. Semoga pak Shofi bisa berbagi rumus baru untuk 
memperkaya khasanah perhitungan dan diskusi tentang temperatur ini.
   
  Terakhir, ada peringatan dari pakar yang ngusulkan metode ‘MDT’ ini untuk 
mempertimbangkan lagi penggunaan metode Horner di dalam pekerjaan kita. “Use 
the Horner method at your own risk”, kata sang pakar.
   
  Jazakumullah khairan khatsiraa. Wassalam,
  -bg
   
    

"B. Pujasmadi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Rumusnya sih sederhan, BHT=Surface Temperature + (Gradien temperature *depth).
Cuman masalahnya menentukan gradien temperature sering tidak akurat, karena 
data temperature yang tidak memadai. Gradien temperatur juga tidak konstan 
terhadap kedalaman.
Umumnya data temperatur diperoleh dari data logging. Tapi data temperature dari 
hasil logging ini bukan static BHT yang dimaksud, karena lubang mengandung 
lumpur dan pengukuran sesaat setelah sirkulasi sehingga hasilnya akan lebih 
rendah dari temperatur sesungguhnya. Biasanya BHT tersebut diektrapolasi untuk 
mendapatkan static BHT, yang dihasilkan dari beberapa pengukuran di kedalaman 
yang sama. Hasilnya sangat tergantung kepada data yang ada (jumlah data, 
akurasi termometer, lamanya setelah berhenti sirkulasi, kedalaman, dll). Makin 
banyak datanya makin bagus hasilnya.

Mungkin akan lebih baik kalau punya data PLT.

Salam
Bambang Pujasmadi


Shofiyuddin wrote:
Kali ada yang mau share rumus untuk menghitung static bottom hole
temperature (BHT) dari logging job. Saat ini saya menggunakan chart dari
halliburton untuk mencarinya dengan memasukkan parameter parameter seperti
circulation time, time since circulation stop, BHT untuk masing masing log.
Hasilnya untuk quicklook masih oke, tapi seringkali meleset kalau ada data
dari MDT.

trims untuk sebelumnya.


--
Salam hangat

Shofi




PUJAS
SilAvE B-0714
AXIC CIBUBUR CHAPTER




---------------------------------
Yahoo! Photos – Showcase holiday pictures in hardcover
Photo Books. You design it and we’ll bind it!
    
---------------------------------
  Yahoo! Mail - Helps protect you from nasty viruses.

                
---------------------------------
 Yahoo! Autos. Looking for a sweet ride? Get pricing, reviews, & more on new 
and used cars.

Kirim email ke