Mas Sulastama.......
Sangat menarik memang mengkaji wilayah "danau purba" di sekitar candi Borobudur 
tersebut. Memang rencana film tersebut akan dijadikan salah satu bentuk obyek 
wisata alam yang akan dikembangkan di Jawa Tengah. Dinas Pertambangan dan 
Energi Jawa Tengah, telah dan sedang mengemas berbagai fenomena kebumian di 
jawa tengah yang akan dipromosikan menjadi aset geowisata : setelah Ceplok 
Teratai di Danau Purba, pihak Distamben Jateng akan menganggarkan kegiatan 
pengemasan aset geowisata melalui film dokumenter tentang Geologi Lembah 
Bengawan Solo Purba, tahun 2007-2008. Beberapa kawan geologist dari UPN Veteran 
(yang kebetulan sering dimintai masukan ke distamben jateng untuk urusan 
seperti ini). Saya sering mendapat informasi program-program tersebut, namun 
saya tidak mampu mem-follow up untuk lebih ber-sinergi dalam program-program 
pembelajaran publik bidang kebumian. Yaa.., saya mempunyai banyak 
keterbatasan..........................................

Cerita lain, pada saat yang sama, Tim Geologi UGM (Salahuddin Husein dan Agus 
Hendratno) bersama dengan Tim Liputan 6 SCTV melalui Program POTRET, telah 
menyelesaikan syuting di lapangan selama 2 hari untuk mempublikasikan : 
Fenomena Patahan Bumi (Berkah dan Bencana dari Patahan Bumi): dengan 
penelusuran di sepanjang K.Opak dan Pegunungan Selatan DIY (bukit Boyo di 
Gunungkidul, Gawir Piyungan, Parangendog-Parangtriris, tempuran K.opak dan 
K.oyo, Bukit Mundon-Cawas, Jokotuo- Bayat, dll), juga sedikit menyinggung 
Lumpur di Sidoarjo.  
Kabar terakhir dari Liputan 6 SCTV, program POTRET akan ditayangkan pada 17 
Februari 2007, Sabtu siang pukul 12.30 wib (setelah  News Liputan 6 Siang), 
dengan durasi 30 menit (plus iklan). Kami mencoba mengeksplorasi  program 
tersebut ke arah pendidikan kebumian untuk publik. Kita mengedepankan bahwa 
patahan bumi tidak sekedar menggerakkan terjadi bencana tetapi patahan bumi 
juga mempunyai manfaat ekonomis untuk eksplorasi sumberdaya bumi (migas, air 
tanah, mineral, panabumi dll). Kebetulan, saya turut merancang skenario dan ide 
cerita dalam film singkat itu, dengan narasumber utama : Mas Salahudin Husein 
(yang kebetulan ada di Jogjakarta), yaa..sedikit kayak : Jejak Petualang di 
saluran tv lain. Harapan dari Liputan ini adalah adanya proses pembelajaran ke 
publik tentang fenomena kebumian yang lagi aktual, dengan bahasa-bahasa yang 
ilmiah populer. Sebelumnya program POTRET Liputan 6 SCTV juga sudah menayangkan 
tentang : Berkah dan Bencana dari Merapi, yang narasumbernya :
 Mas Eko Teguh Paripurna (Geologi UPN Yogya). 

Kepada teman-teman, silahkan dipirsani.., untuk dicermati dan masukan-masukan 
untuk merancang program-program serupa di kemudian hari dengan media 
televisi....
Program POTRET - Liputan 6 Siang SCTV 17 Februari 2007 pkl.12.30 wib (semoga 
redaksi liputan 6 tidak mengubah jam tayang tersebut....). Terima kasih mas 
Rovicky....(ono opo iki.....)

Salam
Agus Hendratno



----- Original Message ----
From: Sulastama Raharja <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, February 6, 2007 5:30:05 PM
Subject: [iagi-net-l] MISTERI CANDI BOROBUDUR ; Ceplok Teratai di Danau Purba

  Sekedar copy paste dari koran Jogja,

salam,
tomo

Tuesday, 06 February 2007, *
MISTERI CANDI BOROBUDUR ; Ceplok Teratai di Danau Purba *

*BOLEH *percaya, boleh tidak: Candi Borobudur ternyata dibangun di atas
sebuah danau purba. Dulu, kawasan tersebut merupakan muara dari berbagai
aliran sungai. Karena tertimbun endapan lahar kemudian menjadi dataran. Pada
akhir abad ke VIII, Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra lantas
membangun Candi Borobudur, dipimpin arsitek bernama Gunadharma, selesai
tahun 746 Saka atau 824 Masehi.

<http://www.kr.co.id/display.php?url=http://222.124.164.132/iklan/selasa/display.html/kr-04h.jpg>Hasil
kajian geologi yang dilakukan Ir Helmy Murwanto MSc, Ir Sutarto MT dan
Dr Sutanto dari Geologi UPN 'Veteran' serta Prof Sutikno dari Geografi UGM
membuktikan, keberadaan danau di kawasan Candi Borobudur memang benar
adanya. Penelitian itu dilakukan sejak 1996 dan masih berlanjut sampai
sekarang. Bahkan, tahun 2005, penelitian tentang keberadaan danau purba itu
oleh Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Tengah, CV Cipta Karya dan
Studio Audio Visual Puskat, dibuat film dokumenter ilmiah dengan judul
'Borobudur Teratai di Tengah Danau'.

Hipotesa kawasan Candi Borobudur merupakan danau, pertama dikemukakan

seniman-arsitek Belanda, Nieuwenkamp, tahun 1930. Dalam bukunya berjudul
'Fiet Borobudur Meer' (Danau Borobudur), dikemukakan, Candi Borobudur
diimajinasikan sebagai Ceplok Bunga Teratai di tengah kolam. Kolam tersebut
berupa danau. Karena morfologi di sekitarnya dikelilingi pegunungan Menoreh
dan gunung api.

"Tapi hipotesa itu dianggap ilusi belaka oleh Van Erp, yang memimpin
pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1907-1911. Bahkan dianggap sebagai
pendapat yang ngayawara, karena tidak didukung bukti-bukti kuat seperti
prasasti tentang adanya danau di kawasan itu," kata Helmy kepada KR di
Laboratorium Mineralogi dan Petrologi UPN 'Veteran' Yogya.

Hipotesa itu pada akhirnya menarik perhatian para ahli dari berbagai
disiplin ilmu. Tak terkecuali Helmy dan kawan-kawan. Sebagai orang geologi
yang berasal dari Muntilan, Helmy merasa tertantang untuk melakukan
penelitian serupa sejak 1996. "Yang kita teliti adalah endapan lempung hitam
yang ada di dasar sungai sekitar Candi Borobudur yaitu Sungai Sileng, Sungai
Progo dan Sungai Elo," katanya.

Setelah mengambil sampel lempung hitam dan melakukan analisa laboratorium,
ternyata lempung hitam banyak mengandung serbuk sari dari tanaman komunitas
rawa atau danau. Antara lain Commelina, Cyperaceae, Nymphaea stellata,
Hydrocharis. "Istilah populernya tanaman teratai, rumput air dan paku-pakuan
yang mengendap di danau saat itu," katanya.

Penelitian itu terus berlanjut. Selain lempung hitam, fosil kayu juga
dianalisa dengan radio karbon C14. Dari analisa itu diketahui endapan
lempung hitam bagian atas berumur 660 tahun. Tahun 2001, Helmy melakukan
pengeboran lempung hitam pada kedalaman 40 meter. Setelah dianalisis dengan
radio karbon C14 diketahui lempung hitam itu berumur 22 ribu tahun. "Jadi
kesimpulannya, danau itu sudah ada sejak 22 ribu tahun lalu, jauh sebelum
Candi Borobudur dibangun, kemudian berakhir di akhir abad ke XIII," katanya.

Kenapa berakhir, kata Helmy, karena lingkungan danau merupakan muara dari
beberapa sungai yang berasal dari gunung api aktif, seperti Sungai Pabelan
dari Gunung Merapi, Sungai Elo dari Gunung Merbabu, Sungai Progo dari Gunung
Sumbing dan Sindoro. Sungai itu membawa endapan lahar yang lambat laun
bermuara dan menimbun danau. Sehingga danau makin dangkal, makin sempit
kemudian diikuti dengan endapan lahar Gunung Merapi pada abad XI. Lambat
laun danau menjadi kering tertimbun endapan lahar dan berubah menjadi
dataran Borobudur seperti sekarang.

Menurut Helmy, pada saat dilakukan pengeboran, endapan danaunya banyak
mengeluarkan gas dan air asin. "Tapi lambat laun tekanannya berkurang, dan
sekarang kita pakai sebagai monumen saja," katanya.

Ditargetkan, pada penelitian berikutnya akan diteliti luasan danau kaitannya
dengan sejarah perkembangan lingkungan Borobudur dari waktu ke waktu, mulai
air laut masuk sampai laut tertutup sehingga berkembang menjadi danau,
kemudian danau menjadi rawa dan menjadi dataran.(Isnawan)-z



CAPTION:

KR-ISNAWAN

Ir Helmy Murwanto MSc
http://www.kr.co.id/article.php?sid=112131







 
____________________________________________________________________________________
Finding fabulous fares is fun.  
Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel 
bargains.
http://farechase.yahoo.com/promo-generic-14795097

Kirim email ke