Maaf, untuk selingan.
 
Jumat malam yll di TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta, pentas Ketoprak (Humor) 
Migas telah terlaksana dengan sangat sukses. 
"Nyolong pethek"! (apa ya padanannya, ..tidak terduga?). Itulah komentar 
beberapa penonton. Tidak terduga, para petinggi di bidang Migas (instansi, BUMN 
dan perusahaan migas) bisa bermain ketoprak dengan bagus. Namanya ketoprak 
humor, kalau ada kekeliruan dalam pembicaraan malahan "diplesetkan" sehingga 
menjadi lebih lucu, dan mengundang gelak-tawa para penonton. Terus kapan 
beliau-2 itu pada berlatih?
 
Judulnya pun cukup menarik: Ario Penangsang Leno, atau Adipati dari Jipang 
(dekat Cepu) lengah. 
Kostum pemain cukup bagus dan mewah, latar belakang panggung juga bagus, berupa 
gunung yang biru dan hutan-hutan. Gamelan pengiring dan penabuh juga 
profesional dengan seragam bagus. Dua tokoh ketoprak sepuh sempat diundang 
(dari Tanjungpriok dan Cilacap) dan diberi penghargaan.
Karena pemainnya "bukan pemain sembarangan" maka banyak adegan dan dialog yang 
nyrempet-2 politik yang sedang hangat di masyarakat.
Adegan pertama di Kadipaten Jipang:
Ario Penangsang mengadakan rapat dengan para adipati pendukungnya dari wilayah 
timur (Madiun, Blitar, Bojonegoro, Gresik, Sedayu dll). Semua memakai ikat 
kepala (udeng) model Jawa Timuran. Intinya beliau berniat mau merebut tahta 
Demak yang seharusnya menjadi haknya tetapi masih dikuasai oleh Nyai Ratu 
Kalinyamat. Dalam dialog (yang kocak) adipati Madiun sempat bertanya kepada 
adipati Bojonegoro: Kapan minyak di Block Cepu segera mengalir? Adipati 
Bojonegoro pun menjawab dengan sangat fasih mengenai cadangan migas, perkiraan 
produksi dll (rupanya beliau ini "Adipati" BPMIGAS). Ada juga adipati yang 
melapor banyaknya bencana kepada Ario Penangsang.
 
Berikutnnya adegan abdi dalem (pembantu kadipaten, yaitu suami-istri yang 
diperankan pelawak Kiroen dan Yati Pesek). Mereka bermain dengan bagus. Mereka 
berdua juga mengungkap keadaan sat ini. Saling mengejek sewaktu pada masih 
muda. Ketika Kiroen (suami) mulai "menyentuh" urusan wajah dan hidung, sang 
istri (bu Yati) menjawab dengan sengit: Sebelum jadi istrimu, saya ini dulu 
hampir dipinang pak Dirjen Migas. Sang suami pun kaget. Agak lama terdiam, lalu 
berkata: Kalau kamu jadi istrinya pak Dirjen, sekarang kamu pasti dipakai untuk 
"nyumpet" (menyumbat) aliran lumpur panas! Para penonton pun heboh.
Lalu adegan di rumah Sunan Kudus, penasehat spiritual Ario Penangsang. Sunan 
yang sepuh (nampak gesit), berpakaian serba putih dengan memegang tongkat 
sedang bercengkerama dengan (tiga) istrinya. Pembicaraan banyak yang lucu, 
memancing tawa penonton. Ketika rombongan Penangsang tiba, suasana jadi lebih 
heboh. Sang Sunan beberapa kali menyatakan bahwa dia adalah sunan gaul. Setelah 
melihat tiga wanita anggung, duduk di samping Sunan, salah satu staf Penangsang 
mengangkat tangan dan bertanya: Kanjeng Sunan itu poligami yha? (penonton 
heboh). Sunan pun menengok, tersenyum kecut, sambil menunjuk dengan tongkatnya, 
memerintahkan penanya untuk diam dulu. Selanjutnya mereka menyusun strategi 
untuk mengalahkan adipati Pajang, Hadiwijaya (Joko Tingkir, menantu Sultan 
Demak) yang pro ke Demak.
 
Di lain adegan, Ratu Kalinyamat rapat dengan patih dan segenap kerabat. Ratu 
mencurigai gerakan-2 Penangsang, juga Ratu mau minta tolong kepada Hadiwijaya, 
karena hanya dialah yang bisa menandingi Penangsang. Tidak lupa sang Ratu 
menanyakan keadaan daerah dan rakyat Demak (sandang, pangan, papan) dan 
keamanan. Semuanya dijawab sang patih bahwa rakyat Demak hidup sejahtera, 
tenteram dan berkecukupan. Ditambahkan sang Patih, bahwa Kanjeng Ratu tidak 
perlu risau; walaupun tidak mempunyai ijazah S-1 tetapi bisa memerintah Demak 
Bintoro (sempat diplesetkan Bintaro) dengan bijaksana. Penonton pun heboh lagi.
Akhirnya sampailah pertemuan antara Penangsang dengan Hadiwijaya beserta 
rombongannya masing-2. Tadinya bicara baik-2, lalu sempat saling mengejek. 
Sunan Kudus pun datang melerai. Penangsang yang berbaju merah (nampak 
"brangasan"/ sangat emosional) sempat berujar: mentang-2 jadi dirjen (harap 
maklum, yang memerankan Hadiwiaya adalah Pak Luluk, Dirjen Migas).
Di akhir cerita, Penangsang berhasil dipancing emosinya, lalu menyeberang kali 
sambil menunggang kuda. Terjadilah duel antara Penangsang dengan Sutowijaya 
(yang didampingi Pangab dan Bakin...Ki Pamanahan dan Ki Penjawi) anak angkat 
Hadiwijaya. Akhirnya Penangsang gugur karena tergores kerisnya sendiri. 
Sutowijaya dengan mengendarai gajah kebesaran disertai rombongan datang di 
lokasi. Gembira karena Ario Penangsang telah gugur. Beliau segera memberi 
instruksi kepada pasukannya: Cepat! gotong Ario Penangsang, kebalikan ke Star 
Energy! Pasukan pun ramai-2 membopong Penangsang keluar arena. 
Pentas selesai. Rupanya yang memerankan Ario Penangsang adalah boss Star 
Energy, Pak Supramu Santosa yang bermain dengan sangat bagus dan sangat 
menjiwai penannya. Selamat untuk Ketoprak (Humor) Migas "Puspo Budoyo"!
 
Mohon maaf, tulisannya diluar topik IAGI.
Salam dari Jambi.
 
sugeng
(menanti pementasan berikutnya)
 
 
 

Kirim email ke