Sejak dua tahun lalu, kita pernah mendiskusikan Sesar Lembang dan
potensi gempa yang mungkin akan ditimbulkannya serta kaitannya dengan
aktivitas volkanisme Gunung Tangkuban Perahu. Di bawah ada beberapa
kutipan komentar saya soal ini. Sesar sepanjang seperti Sesar Lembang
(25 km) kalau teraktifkan secara hebat memang mungkin saja akan membuat
goncangan gempa berkekuatan 6-7 SR. Pak Danny Hilman (dan Pak Djedi
Widarto) (LIPI) pertama kali mempresentasikan itu hampir 3 tahun lalu di
PIT ke-33 IAGI di Bandung. 

Tetapi, bagaimana kinematikanya sampai Sesar Lembang bisa teraktifkan
secara hebat ? Sesar di tengah pulau ini harus menyambung ke sesar-sesar
regional lain yang punya akses ke deformasi Kuarter nan besar. Pusat
deformasi Kuarter yang mengelilingi Jawa ada di baratdaya di selatan
Selat Sunda, ada di selatan di konvergensi lempeng yang menghasilkan
Palung Sunda, di tenggara yang masih merupakan jalur konvergensi
lempeng. 

Untuk ke pusat deformasi BD Jawa Barat, memang, Sesar Lembang tersambung
ke Sesar Cimandiri. Untuk ke pusat deformasi selatan Jawa Barat
(konvergensi lempeng Hindia), Sesar Lembang tertutup secara sempurna
oleh jalur volkanik selatan Bandung dan Pegunungan Selatan Plato
Jampang-Tasikmalaya. Ke pusat deformasi tenggara Jawa Barat, Sesar
Lembang tersambung ke Sesar Baribis yang menyambung ke Sesar Citanduy
dan Sesar Kroya.  

Sambung-menyambung antara sesar2 regional di Jawa ini masih harus
dibuktikan kebenarannya, beberapa pernah dipublikasikan seperti oleh Pak
Iyan Haryanto (structural geologist Unpad, PIT ke-33 IAGI) yang
menyimpulkan bahwa Sesar Cimandiri-Sesar Lembang-Sesar Baribis saling
tersambung mengikuti mekanisme trap-door wrench tectonism. Hanya timing
of deformation-nya yang Plio-Pleistosen bisa kita kaji lagi.

Andai di Sesar Cimandiri ada episentrum gempa, atau di Sesar Kroya,
Citanduy, Baribis ada episentrum gempa; apakah akan serta merta
mempengaruhi Sesar Lembang yang lalu akan mengakibatkan gempa sekuat 6-7
SR ? Tentu tak sederhana manjawabnya sebab kita harus memahami bagaimana
propagasi gaya itu relative terhadap relay faults di antara ketiga
sesar-sesar regional itu. Sungguh tak bisa kita bandingkan bahwa Sesar
Lembang = Sesar Opak, posisi tektoniknya jauh berbeda. Sesar Lembang
terisolasi terhadap pusat konvergensi yang banyak menimbulkan gempa
selama ini di Jawa; sedangkan Sesar Opak begitu terbukanya.

Kemudian, di bawah Sesar Lembang, slab lempeng Hindia yang masuk sudah
jauh lebih dari 200 km, gempa dalam, tak akan mungkin menghasilkan gempa
permukaan di atas 3 atau 4 SR. Gempa Sesar Lembang yang besar hanya akan
oleh estafet gaya kalau Sesar Cimandiri dan Baribis-Citanduy-Kroya
teraktifkan dengan hebat. Secara ringkas, sangat kompleks scenario-nya
agar Sesar Lembang teraktifkan sampai 6-7 SR. Setiap segmen di Sesar
Lembang pun kita tak tahu berapa gampang ia akan teraktifkan ulang.
Kalau hanya melihat panjang sesarnya ya mungkin saja, tetapi yang lebih
penting bagaimana ia akan tergerakkan.

Salam,
awang

Awang Satyana
Wed, 13 Apr 2005 23:08:03 -0700

... ya magma Gn Tangkuban Perahu dari Benioff zone, untuk menghitung
dari 
kedalaman Benioff berapa tinggal cari data % SiO2 dan % K2O-nya lalu
masukkan 
ke rumus Hutchison (1976) : depth (km) = 397-(5.26 x % SiO2) + (35.04 x
% K2O). 
Kenapa 397 ? Itulah Benioff terdalam di Jawa, yaitu Gn. Muria.

Saya sedang memikirkan bahwa banyak gunungapi yang dulunya muncul di
sistem 
retakan kerak Bumi dan terhubung ke sistem tektonik Sumatra-Jawa sedang 
menggeliat terbangun oleh goyangan gempa2 besar dari awal tahun ini.
Waktu 
gempa Aceh, Sorik Merapi dan Kerinci sempat bangun, waktu gempa Nias,
Talang 
malah meletus, dan Marapi di baratlautnya menggeliat juga. Kini,
Tangkuban 
Perahu dan Anak Krakatau ?

Wood (1985) : "The mechanics of progressive deformation in crustal
plates - a 
working model for SE Asia (Geol. soc. Malaysia Bull. 18); membuat peta
seluruh 
fault untuk SE Asia (gambar ini terkenal dan sering muncul di publikasi2

struktur/tektonik). Sebuah sesar panjang ditaruhnya di tengah2 Jawa
(sebut saja 
Sesar Jawa) dari ujung barat di sekitar Ujung Kulon ke timur ke ujung
barat 
Selat Madura. Di Jawa Barat, sesar yang disebutnya sebagai major
intra/inter 
plate ini persis setempat dengan Sesar Lembang. Jadi, kalau percaya Wood

(1985), maka bisa dikatakan bahwa Sesar Lembang adalah bagian dari Sesar
Jawa.

Seperti yang pernah saya posting sebelumnya, banyak gunungapi muncul di
sistem 
fracture di kerak bumi (seperti semua gnapi di Sumatra muncul di sistem
Sesar 
Sumatra/Semangko), maka saya yakin bahwa Gn. Sunda pun muncul di trace
Sesar 
Lembang (terlepas dari kapan puncak gunung ini collaps, kelihatannya ada

hubungan dengan pengosongan magma chamber). Kalau kita lihat sisa2 Gn.
Sunda 
sekarang (Gn. Tangkuban Perahu, Bukittunggul, Burangrang) lalu tarik
garis 
makin ke barat menuju Gede-Pangrango, terus ke barat menuju Salak, terus
lagi 
ke barat menuju Halimun-Sanggabuwana; maka itulah gunung2api yang muncul
di 
Sesar Jawa tersebut di sektor Jawa Barat.

Lalu, apa hubungannya dengan Sesar Sumatra dan reaktivasi volkanisme
oleh gempa 
? Sesar Sumatra terus menerobos melewati Teluk Semangko di Lampung,
terus maju 
tak terbendung ke tenggara sampai ia dihentikan oleh Palung Sunda di BD 
Pelabuhanratu. Dan, sebuah sesar besar yang terkenal dengan Sesar
Cimandiri pun 
tak terhenti di aluvium Kuarter pantai Pelabuhanratu, ia merangsek ke
barat ke 
teluk Pelabuhanratu sampai akhirnya membelok ke BD dan bergabung dengan
Sesar 
Sumatra. Kompleks ini sering disebut Kompleks Sesar Ujung Kulon. Saya
pernah 
mengevaluasi struktur dan tektonik wilayah ini ketika dulu ada tawaran
dari 
Kang Iyung Yusuf Surachman BPPT untuk menyelami Palung Jawa. Nah, ke
timur, 
Sesar Cimandiri berjalan ke timur laut menuju Bandung, memotong sekitar 
Lembang, sampai akhirnya dihentikan Sesar Baribis yang agak BL-Tenggara.
Maka, 
sebenarnya Gn Sunda itu duduk di dua trace sesar besar : Sesar Jawa
Woods 
(1985) dan Sesar extension dari Cimandiri.

Karena Cimandiri terhubung ke Semangko di selatan UjungKulon sana, maka
tak 
mengherankan kalau ada propagasi estafet gaya via konduit sesar2 itu
yang 
membangunkan gunung2api di fracture kerak Bumi. Bagaimana halnya Krkatau
yang 
anaknya sekarang aktif lagi. Ini gunung malah duduk di dua sistem
retakan 
(lineament) besar Sumatra-Jawa saat kedua pulau ini terpisah dan
terpuntir. 

Apa yang susah dari propagasi gaya kalau ada retakan besar di kerak Bumi
yang 
jalin-jemalin ? Bukankah gaya di pangkal sana bisa sampai juga di ujung
sini ? 
Selama tidak ada seismic-volcanic gap zone di antara mereka, harus
dimasukkan 
ke dalam kemungkinan bahwa gaya-gaya bisa lari beranting...

Salam,

awang

Awang Harun Satyana
Mon, 29 May 2006 19:32:10 -0700

..., seingat saya juga di Jawa Barat wilayah Sukabumilah yang paling
sering 
diguncang gempa. Saya pikir, ke selatan ke wilayah zone penunjaman
sekarang 
yang letaknya 300 km di selatan garis pantai Jabar, ada satu barier yang
kuat 
buat meredam gelombang gempa kalau ada episentrum laut di selatan Jabar.

Barrier itu adalah Plato Jampang yang berisi batuan Paleogen, bahkan
belakangan 
dicurigai keraknya kontinen berdasarkan pemodelan gayaberat regional 
(komunikasi dengan Eko Widianto, 2005; lihat juga Widianto, 2004 PIT
IAGI 
Bandung). Pantai selatan Jabar tak membentuk indentasi seperti pantai
selatan 
Jateng, mestinya ia lebih aman. Pantai selatan Jateng bisa dibilang
tanpa 
barrier ke selatan.

Hanya, dari mana masuknya guncangan2 yang menggoyang Sukabumi selama
ini. 
Justru itulah dia : Sesar Cimandiri ! Inilah jalan masuk gelombang gempa
menuju 
Sukabumi. Seperti sesar Opak di Yogya selatan, sesar Cimandiri bermula
sebagai 
sesar normal yang membatasi plato Jampang di utara dan masuk ke depresi
Bogor 
di utaranya. Bermula sebagai normal fault, tetapi ia telah berkali-kali 
teraktifkan ulang sebagai sinistral fault gara-gara dibangkitkan Sesar 
Pelabuhan Ratu dan Sesar Ujung Kulon ke sebelah barat.

Di wilayah Selat Sunda berkumpul sesar2 mendatar besar. Sesar Sumatra
menyodok 
dari Teluk Semangko masuk ke selat Sunda sampai di barat Krakatau. Lalu,

dextral fault besar ini relay off-stepping (estafet dalam wrench
tectonism 
biasa seperti itu) ke selatan, menyambung dan menjadi sesar Ujung Kulon.
Akibat 
relay off-stepping dextral slip ini maka terbukalah Selat Sunda menjadi 
pull-apart basin. Inilah sesar2 utama : Sumatra-Ujung Kulon (dextral).
Dan, 
sesar mendatar tak akan berdiri sendiri, ia punya antitetik yang
sinistral yang 
arahnya hampir tegak lurus terhadap master fault. Nah, terbentuklah
Sesar 
Pelabuhan Ratu yang sinistral dan menggeser sedikit (mengidentasi) Teluk

Pelabuhan Ratu sedikit ke arah darat. Makin ke darat, estafet deformasi 
diteruskan oleh Sesar Cimandiri, reactivated sinistral fault. Dan,
seperti 
sungai Opak, sungai Cimandiri pun terbentuk di atasnya : zone lemah sih.

Maka, kalau ada episentrum di selatan Selat Sunda dan di di barat
Pelabuhan 
Ratu, maka gelombang jelas bisa menjalar via Pelabuhan ratu Fault, via 
Cimandiri Fault, dan menggoyang wilayah sebelah-menyebelah Sesar
Cimandiri : 
Pelabuhan Ratu, Jampang Tengah, Sukabumi, Cibadak dan sekitarnya.

Gempa di Cianjur Selatan apakah akan mempengaruhi Bandung. Harus dilihat
dulu 
di mana episentrumnya, apakah ada sesar penghubung antara
episentrum-Bandung, 
dan litologi apa yang melandasi sepanjang jalan  penghubung itu. Kalau 
episentrum di laut selatan Cinajur, kecil kemungkinan berpengaruh ke
Bandung 
karena ada barrier yang bagus : Plato Jampang. Kalau episentrum di
daratan 
dekat Bandung, biasanya itu gempa dalam sebab Benioff zone sudah
menukukik >200 
km di bawah Bandung, efeknya akan kecil. Reaktivasi sesar Lembang bisa
saja, 
kalau ada episentrum di dekatnya dan sesar Lembang teraktifkan ulang
sebagai 
strike-slip fault. Tapi, lagi2 itu akan gempa dalam.

Suatu simulasi akan bagus sekali sebab kemungkinan tsunami pun harus 
disimulasi. Semoga kelak eksperimen seperti sand-box modelling bisa juga

dipakai untuk simulasi gempa, di mana episentrum, di mana relay faults,
dan 
sebagainya.

Salam,
awang
 
-----Original Message-----
From: Benyamin Sapiie [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, May 25, 2007 1:51 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: Bandung Terancam Gempa Dahsyat

Wah Pak Ukat bisa wae euy....

Sebenarnya saya juga baru akan melakukan studi paleoseimologi pada jalur
sear lembang. Karena jika jalur ini di anggap sebagai kontinuitas dari
sesar Cimandiri (hrs dibuktikan juga sebagai sesar aktif) berarti sesar
lembang menjadi sesar naik (dgn asumsi sesar cimadiri adalah sear
mendatar
mengiri)yang sedang tidur dengan tidak adanya aktifitas seismisitasnya
(lock). Pak Danny Hilman juga kalau tidak salah beberapa waktu yang lalu
merencanakan akan melakukan studi mengenai zona ini.

Jika memang demikian bisa saja akan terjadi gempa yang signifikan.
Sayanganya data2 lama tidak ada mungkin juga reoccurence timenya
panjang. 
Maka dari itu hanya paleoseimology study yg mungkin bisa bantu.

Salam,

Ben Sapiie, penghuni tetangga sear lembang


Kalau berbicara Patahan Lembang, yang paling tahu pasti Pak Benyamin
dan Pak Sukendar, karena keduanya ahli structure geology, dan didepan
Rumahnya jalur patahan itu.

Jadi rumah saya yang agak jauh dari patahan itu, yaah tenang aja.

Salam,
us

-----Original Message-----
From: Salahuddin Husein [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, May 25, 2007 10:32 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Bandung Terancam Gempa Dahsyat

Mas RDP,

pada peta Visser (1922) dalam laporannya tentang aspek kegempaan Jawa
dan Sumatera, memperlihatkan adanya gempabumi di kawasan tersebut pada
tanggal-tanggal: 5 Januari 1699, 10 Oktober 1834, 28 Maret 1879, 14
Januari 1900. Garis-garis episentral yang diplotkan tampaknya memang
menunjukkan arah-arah Patahan Lembang. Sayang laporan tersebut tidak
menyebutkan skala intensitas dari masing-masing gempa.

udin
On 5/24/07, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Adakah yg tahu tentang sesar Lembang dan potensi reaktivasinya ?

RDP




------------------------------------------------------------------------
----
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
------------------------------------------------------------------------
----
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------


----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007
----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke