Pak Awang apakabar? Menarik yang diulas Pak Awang mengenai Alexander von Humboldt, memang tidak banyak tahu bahwa von Humboldt seorang scientist lengkap selain ahli geologi selain ahli biologi, astronomi, geografi dll. Sebagai penghargaan atas jasa-nya mengembangkan ilmu pengetahuan alam, pemerintah Jerman mengabadikan namanya dalam bentuk nama Foundation dibawah kementrian LN Jerman untuk menyokong kerjasama para scientist di dunia dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam. Seharusnya, Pemerintah kita atau paling tidak IAGI juga memberikan penghargaan kepada ahli geologi kita yang tiada henti-hentinya melakukan kontribusi dalam ilmu geologi di Indonesia, dalam bentuk mengabadikan namanya foundation, tentu saja nama yang pantas adalah Prof. John Ario Katili. Salam dari Sorowako, Ade Kadarusman Salah satu dari 23 orang Indonesia yang pernah mendapatkan Research Fellowship dari Alexander von Humboldt Stiftung
Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: "Die Vermessung Der Welt" (Measuring the World) adalah sebuah novel sains setengah komedi asal Jerman tulisan Daniel Kehlmann yang baru diterjemahkan oleh Desti Nur Aini dan enam kawannya dan diterbitkan oleh Penerbit TransMedia Pustaka, Tangerang pada tahun ini. Tidak gampang menemukan buku ini, saya pun kebetulan saja menemukannya di sebuah toko buku dan hanya satu2nya, entah laku atau memang si toko buku hanya sedikit sekali memesannya. Mengapa saya tulis ulasannya buat IAGI-net ? Tentu ada geologinya, bahkan lumayan penuh. Novel ini menurut saya bukan novel yang biasanya fiktif, tetapi lebih semacam biografi dua ilmuwan Jerman yang terkenal pada zamannya, yaitu Alexander von Humboldt, si penyelidik alam yang sangat terkenal penjelajahannya ke Amerika Selatan, dan Karl Friedrich Gauss, si raja matematika yang mengukur dunia tanpa pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Novel setebal 350 halaman ini terbagi atas enam belas bab berganti-ganti bercerita tentang Humboldt dan Gauss secara terpisah, masa-masa mudanya membangun reputasinya, sampai dalam tiga bab terakhir dua-duanya bertemu pada masa tua mereka dan kompak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan saat itu. Latar belakang cerita terjadi saat Jerman, Prancis, Afrika Utara, dan Amerika Selatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dua pemuda Jerman, Humboldt dan Gauss, "melanglang buana" berusaha mengukur dunia. Alexander von Humboldt, seorang bangsawan, berupaya menyusuri hutan belantara dan padang rumput, menjelajah Orinoko, menguji coba efek racun yang ditemuinya di bangsa-bangsa suku Indian kepada dirinya sendiri, mencicipi kotoran burung, mengukur temperatur petir, kemana-mana membawa barometer, mendaki gunung tertinggi, masuk ke setiap lubang yang ditemuinya di tanah untuk membuktikan bahwa neputisme Abraham Werner salah, mengamati serangga dan burung-burung, menghitung kutu di kepala penduduk pribumi, dan pekerjaan-pekerjaan ilmuwan eksentrik lainnya termasuk mengikatkan diri di ujung kapal di tengah badai lautan untuk mengetahui efek kuatnya angin badai. Perjalanannya selama lima tahun (1799-1804) menghasilkan puluhan peti kayu berisi sampel-sampel batuan, serangga, burung, tanaman, dll. Pemuda satunya lagi, Karl Friedrich Gauss, dijuluki sang raja matematika, geodesi, dan astronomi, malah hampir seluruh waktunya tidak ke mana-mana selain di Gottingen rumahnya demi membuktikan bahwa kalau dunia ini bulat, cukup dengan melakukan perhitungan-perhitungan matematis nan rumit, pengukuran2 geodetik sederhana, dan peneropongan langit malam. Untuk berbicara di sebuah forum para ilmuwan saja, Gauss mesti ditipu dulu agar mau berangkat. Dua-duanya mengukur dunia, yang satu menempuh jarak ribuan kilometer, satunya lagi cukup di Gottingen saja. Dunia sejarah mengenal von Humboldt sebagai si Columbus kedua, yang sama-sama mendapatkan anugerah dan sokongan luar biasa dari raja Spanyol untuk mengembara (meskipun von Humboldt orang Jerman). Sementara, Gauss dikenal sebagai ahli matematika terhebat setelah Isaac Newton. Sejarah menentukan keduanya bertemu pada tahun 1828 di Berlin ketika mereka sudah tua, terkenal, dan berperilaku aneh-aneh. Lalu mereka sama-sama terlibat jauh dalam kerusuhan politik di Jerman pasca runtuhnya pemerintahan Napoleon. Asyik membaca bab demi bab petualangan dua orang hebat ini, membuat kita menggeleng-gelengkan kepala dan terkekeh sendirian. Dialog-dialognya menakjubkan. Menghibur, penuh humor dengan cara yang ringan, mendalam, dan cerdas. Penerjemahannya bagus, tidak kaku sama-sekali. Kita soroti Alexander von Humboldt (1769-1859) sebab ia juga pantas dijuluki pendekar geologi. Penelusuran saya atas biografinya (bukan dari novel ini) mengkonfirmasi apa yang ditulis Daniel Kehlmann ini, maka saya menyebut novel ini bukan fiktif tetapi fakta. Sisi geologi yang menarik adalah bahwa Alex Humboldt telah menyiapkan dirinya sebagai geologist sebelum melakukan penjelajahannya. Kegemarannya adalah alam, apapun yang ada di alam dia pelajari, begitulah memang umumnya para penjelajah zaman dahulu. Maka dia belajar biologi, geologi, anatomi, astronomi, fisika, bahasa, dan lain-lain yang sekiranya diperlukan dalam penjelajahan. Maka, karya-karya tulis von Humboldt pun macam-macam jadinya, mislanya "Mineralogische Beobachtungen über einige Basalte am Rhein (Brunswick, 1790)", - ciri-ciri mineralogi beberapa basalt di sungai Rhein; "Florae Fribergensis Specimen" (1793) -contoh-contoh tumbuhan dari Friberg; dan "Versuche über die gereizte Muskel- und Nervenfaser" -sistem gerak otot dan saraf (Berlin 1797). Tulisan pertama penting untuk pertarungan antara konsep neptunisme dan plutonisme asal batuan, dan tulisan ketiga telah mengilhami ilmuwan Italia Luigi Galvani tentang respon otot terhadap arus listrik. Von Humboldt belajar geologi dari Abraham Gotlob Werner yang saat itu terkenal se-Eropa sebagai ahli geologi kenamaan di Technische Universität Bergakademie Freiberg, sebuah sekolah pertambangan terkenal di Freiberg. Werner berpendapat bahwa semua lautan adalah asal-usul batuan (universal sea), termasuk untuk batuan beku, hasil kristalisasi air laut. Bahwa gunungapi, apinya atau lavanya bukan berasal dari magma, tetapi dari lapisan batubara yang terbakar. Teorinya sangat terkenal pada zamannya. Sebelum James Hutton di Skotlandia melawannya dengan plutonisme, sesungguhnya muridnya sendiri, yaitu Alexander von Humboldt yang melawannya. Tulisan pertamanya tahun 1790 tentang sifat mineralogi basalt itu adalah perlawanan pertamanya. Tetapi, selama penjelajahannya ke Afrika dan Amerika Selatan selama lima tahun itulah ia mendaki semua gunung dan masuk ke semua lubang pertambangan atau gua sumuran untuk membuktikan bahwa gurunya itu salah berpendapat bahwa semua batuan berasal dari lautan. Abraham Gotlob Werner mengajarkan bahwa perut bumi itu dingin dan kokoh. Pegunungan terbentuk melalui endapan kimiawi dari samudra yang menyusut di zaman purba. Api yang muncul dari gunung berapi sama sekali tidak berasal dari dalam perut bumi. Api membesar karena tumpukan batu bara yang membakarnya. Sedangkan inti bumi sendiri berasal dari batuan keras. Suatu kali, Werner pernah mematahkan hidung seorang mahasiswa yang meragukan teorinya. Bertahun-tahun sebelumnya bahkan ia pernah menggigit telinga mahasiswa yang menyepelekan teorinya. Werner juga adalah seorang alchemist terakhir, yang meramu teori-teori tentang bumi dengan upacara-upacara memanggil setan dan api. Tanya Werner kepada Humboldt, "Apakah Anda seorang Neptunis dan percaya akan adanya perut bumi yang dingin ?" "Apakah Anda memiliki seorang kekasih ?" Jawab Humboldt, "Tidak, itu hanya akan menghalangi saja" "Orang akan menikah jika tidak merencanakan sesuatu yang penting dalam hidupnya", kata Humboldt. Balas Werner, "Seorang pria yang tidak menikah belum menjadi seorang Neptunis sejati" (dan ternyata memang von Humboldt tetap membujang seumur hidupnya - bukan karena ia memang bukan Neptunist, tetapi karena ia memang tidak mau menikah). Humboldt belajar geologi tiga bulan dari Werner, setiap pagi selama enam jam ia berada di bawah tanah di pertambangan Freiberg, dan mulai dari situ dia merasa bahwa Werner salah, sebab semakin turun jauh ke bawah semakin panas, -tidak ada perut Bumi yang dingin. Neputisme Werner sangat terkenal di Jerman, dan siapa pun yang berpendapat lain adalah orang yang hina dan pantas masuk neraka, begitulah katanya. Bahkan Goethe sendiri menasihati begini kepada von Humboldt saat dia mau pergi melanglang benua. "Sebuah usaha yang berani. Yang terpenting adalah meneliti gunung berapi untuk mendukung teori Neptunisme. Tidak ada api di perut bumi. Pusat alam bukanlah lava yang bergolak. Hanya jiwa yang rusak yang dapat memunculkan pikiran menjijikkan seperti itu" Humboldt berjanji untuk mengamati gunung berapi. Maka, von Humboldt meneliti dan mendaki semua gunungapi yang ditemuinya, dan masuk ke setiap lubang di tanah yang ditemuinya, dan ....makin yakinlah ia bahwa Werner, gurunya, salah - ternyata ada api di perut bumi. Adalah vom Humboldt juga salah seorang yang paling pertama berpendapat bahwa Amerika Selatan dan Afrika pernah bersatu berdasarkan peneltian semua organisme dan formasi batuan yang ditemuinya dalam penjelajahannya selama lima tahun. Pengalamannya selama lima tahun dia bukukan dalam seri buku puluhan volume berjudul "Kosmos" yang ditulisnya selama 21 tahun, buku2 yang menyatukan berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk mengenal dunia. Apa pun yang bisa diukur telah diukurnya, apa pun yang bisa diamati, telah diamatinya. Rasanya tak ada orang se-maniak Alexander von Humboldt dalam menyelidiki alam. Maka, namanya dipakai sebagai nama beberapa unsur geografi fisik dan kota di dunia dan belasan spesies baru yang ditelitinya. Kata beberapa tokoh tentang Alexander von Humboldt : Charles Darwin: "He was the greatest travelling scientist who ever lived." - "I have always admired him; now I worship him." Johann Wolfgang Goethe: "Humboldt showers us with true treasures." Simón Bolívar: "Alexander von Humboldt has done more for America than all its conquerors, he is the true discoverer of America." Thomas Jefferson: "I consider him the most important scientist whom I have met." Emil Du Bois-Reymond: "Every scientist is a descendant of Humboldt. We are all his family." Begitulah, sedikit tentang Alexander von Humboldt dan Karl Gauss, novel Daniel Kehlmann enak diikuti tanpa perlu mengernyitkan kening bahkan membuat kita tersenyum, terkekeh, terbahak, dan menggeleng-gelengkan kepala sendirian mengikuti dialog dan keeksentrikan dua ilmuwan "pengukur" dunia ini. salam, awang --------------------------------- Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.