Betul , ini mungkin karena kemampuan bhs Inggris yang terbtas , terutama dalam idiom.
Si Abah  Ada kecenderungan, orang Indonesia (katanya) lebih senag menggunakan > "Passive Voice" daripada "Active Voice" dalam bahasa tulisan berbahasa > Inggris. Mungkin ini karena pengaruh Bahasa Indonesia? > > Habash > > -----Original Message----- > From: yanto R.Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, November 14, 2008 12:50 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia > > > > > Setuju Awang. > > Kalau say tambahkan keterangan lain " > untuk mengikuti ujian S 3". > > Apakah menjadi : > > 1.Saya akan pergi ke Jakarta untuk mengikuti ujian S2 dengan dengan > berkendaraan bus besok . > 2. Saya akan pergi ke Jakarta dengan > berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S3 besok. > 3. Saya akan pergi > ke Jakarta untuk megikuti ujian S3 dengan berkendaraan bus besok. > > Apakah aturan meletekan keterangan ada pemmbakuaan ? > > Saya pribadi kok merasa > ""srek"" kalau ""besok" diletakan > didepan kalimat : jadi "Besok .....dst", apa ini salah satu salah kaprah > lagi ya ! > > Si Abah > > > Abah, >> >> Salah kaprah banyak terjadi karena kekurangtelitian dan > kekurangpedulian >> pemakai bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa > yang masih tumbuh, ia >> mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari > bahasa asing dan bahasa daerah >> dalam segenap aspeknya (tata > kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai >> bahasa masih > membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa >> Indonesia, > sehingga terjadi kontaminasi atau kerancuan. Lalu, bentuk rancu >> > itu digunakan umum sehingga seolah-olah benar karena banyak yang >> > menggunakannya dengan cara itu, padahal salah. Bahasa Indonesia dalam >> beberapa hal lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa asing, > tetapi >> dalam aspek-aspek lain lebih kompleks. Salah kaprah > justru banyak terjadi >> karena kompleksitas itu. Salah kaprah juga > terjadi karena kita masih >> mempertahankan bentuk-bentuk salah > sebagai kekecualian. >> >> Mana yang benar di antara > pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik, >> membom dan > mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan kaidah >> > bahasa Indonesia, maka bentuk-bentuk yang benar adalah pengeboran, >> mengetik, dan mengebom. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk yang > benar >> adalah pengetikan dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran > diterima sebagai >> bentuk kekecualian (lihat Kamus Besar Bahasa > Indonesia), meskipun menurut >> ilmu syaraf bahasa (grammar), > bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah >> kaprah karena > kekecualian. >> >> Kalimat yang benar menurut kaidah > bahasa Indonesia adalah : >> "Saya akan pergi ke Jakarta besok > dengan berkendaran bis." Alasannya, tata >> kalimat yang baik > dan benar adalah mengikuti urutan SPOK >> > (subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak baku, yang baku >> adalah "bus". Mengapa tidak baku ? Sebab, > kata aslinya adalah "bus". >> Penerjemahan istilah asing > sedapat mungkin mendekati bentuk aslinya, >> begitu amanat Pedoman > Pembentukan Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka >> bentuk baku > adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa, >> > metoda. >> >> >> Contoh-contoh analisis (bukan > analisa) di atas menunjukkan kepada kita >> bahwa masalah-masalah > kebahasaan dalam bahasa Indonesia sebenarnya >> sederhana saja, > tetapi akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada >> bahasa > Indonesia. >> >> salam, >> awang >> >> --- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: >> >> > From: yanto R.Sumantri > <[EMAIL PROTECTED]> >> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita > Terus Belajar Bahasa Indonesia >> To: iagi-net@iagi.or.id >> > Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM >> >> >> > >> Awang dan rekan rekan >> >> Apakah ke"salah > kaprah" >> -an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu > diakibtkan oleh sangat >> sederhananya bahasa kita ? >> > Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa >> terasa) mencampuradukan > segala macam kata dalam bertutur maupun menulis >> ? >> >> Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam >> > berbahasa, saya ambil contoh " >> >> Mana yang benar > ? >> 1. >> " Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan > berkendaraan bus. >> atau: >> 2. Saya besok akan pergi > berkendaraan bis ke Jakarta , >> 3. Saya akan pergi ke Jakarta > besok dengan berkendaran bis . >> >> Kalau kita lihat > Subyeknya : SAYA >> Predikat : PERGI > >> Obyek ; > JAKARTA >> >> Yang lain aalah keterangan waktu , dsb . >> >> Nah , baru kalimat ang sederhana sudah susah kan . >> >> >> Yanto R.Sumantri. >> >> > Berikut sebuah tulisan pendek >> yang saya mulai menulisnya pada 28 > Oktober >>> lalu, tepat 80 tahun >> setelah > “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis >>> >> di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara > kesibukan menghadiri >>> pertemuan AAPG 26-29 Oktober 2008. > Tulisan terputus di tengah, >> terselingi >>> oleh > tulisan lain tentang kasus jajak pendapat Lusi >> di pertemuan > AAPG >>> tersebut yang harus segera ditanggapi. >> > Tulisan ini tentang sikap kita >>> pada umumnya kepada bahasa >> persatuan kita : bahasa Indonesia. >>> >>> > Tanggal 28 >> Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun > “Sumpah >> Pemuda” >>> (28 Oktober > 1928). Semoga kita tetap mengingatnya >> sebagai tonggak penting >>> sejarah bangsa Indonesia, saat para >> pemuda kita dari > berbagai perkumpulan >>> daerah bersatu bersumpah >> > “bertanah air satu : Tanah Air Indonesia, >>> > berbangsa satu : >> Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa > Indonesia. >>> >>> >> Apakah kita telah > berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah >>> belasan > tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai >> > perguruan >>> tinggi dan setelah puluhan tahun bahasa persatuan > ini >> kita gunakan >>> sehari-hari dalam berbagai > kesempatan resmi dan tak >> resmi ? Banyak orang >>> > menganggap bahasa Indonesia itu mudah. >> Benarkah ? >>> >>> “Jangan menganggap bahasa Indonesia >> itu mudah. Yang mudah ialah bahasa >>> Indonesia tutur > (lisan), yang >> kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari, >>> tetapi bahasa >> Indonesia ragam resmi yang baku tidak > semudah yang >>> disangkakan >> orang”, > demikian kutipan dari “Cakrawala Bahasa >> > Indonesia” >>> (Badudu, 1988, PT Gramedia, hal. 11). > Kalau >> seorang guru besar bahasa >>> Indonesia seperti > Yus Badudu saja >> mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam >>> resmi tak mudah, maka >> sebaiknya kita menghapus > sangkaan itu. >>> >>> Kapan bahasa >> Indonesia > terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ? >>> Yaitu, >> ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang >>> >> yang tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara > teratur dalam >>> bertutur akan merasakan kesukarannya bila ia > tiba-tiba diminta >> berbicara >>> di depan umum dalam > suatu acara bersifat resmi. >> Seseorang yang tidak biasa >>> menulis akan merasa sukar bila ia >> harus membuat > karangan, misalnya surat >>> resmi, kertas kerja, >> > laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya >>> seseorang > akan >> suatu bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan > resminya. >>> >> Dalam setiap bahasa berlaku hal itu. >>> >>> Sikap kita >> terhadap bahasa Indonesia > milik nasional sering negatif. Kita >>> >> yang sudah > tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah >>> > lulus sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian >> > kita >>> terhadap bahasa Indonesia yang setiap hari kita > gunakan >> itu. Kita sering >>> merasa tak ada kekurangan > pada diri kita atas >> kekurangsanggupan kita >>> > menggunakan bahasa Indonesia itu dengan >> baik dan benar. Apakah > kita telah >>> yakin bahwa kita tidak membuat >> > kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia : >>> susunan kata > dalam >> kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan >>> makna yang >> tepat ? >>> >>> Jika > bangsa Indonesia sebagai pemilik dan >> pemakai bahasa Indonesia > terus >>> bersikap negatif terhadap bahasa >> > nasionalnya, bahasa Indonesia akan >>> berkembang secara kacau > dan >> tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang >>> > mantap. Walaupun kita >> tidak lagi terikat secara pendidikan > harus >>> mempelajari bahasa >> Indonesia, janganlah kita > berhenti mempelajari bahasa >>> Indonesia >> sebab bahasa > kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau >>> >> > bentukan kata yang selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut >>> aturan yang benar. Kita tidak akan pernah tahu bahwa itu > salah >> kalau kita >>> tidak lagi belajar bahasa > Indonesia. Kesalahan >> berbahasa yang kita anggap >>> > benar itu disebut ”salah >> kaprah”. >>> >>> Salah kaprah adalah salah yang sudah >> > umum sehingga tidak lagi terasa >>> kesalahannya. Bentuk > salah >> kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya >>> yang benar dan >> tepat. Bila terlampau banyak bentuk > salah kaprah, terlalu >>> banyak >> penyimpangan dari > kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah >>> bahasa yang > baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima >> sebagai >>> bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang >> > mantap. Bahasa yang >>> baik ialah bahasa yang mantap, yang >> bersistem, yang mudah dipelajari. >>> Bahasa yang > bersistem adalah >> bahasa yang mudah dipelajari. Dalam >>> linguistik dijelaskan bahwa >> kita belajar bahasa > dengan membentuk analogi >>> dari bentuk pertama >> yang > kita pelajari. Tanpa keteraturan yang ada pada >>> sistem >> bahasa itu, akan sangat sukar mempelajari bahasa karena semua > harus >>> dihafalkan saja. >>> >>> Sikap > kita yang kurang >> teliti (atau kurang peduli) dalam berbahasa >>> menyebabkan makin >> tersebarnya bentuk salah kaprah > itu. Beberapa salah >>> kaprah yang >> sering ditemui : > merubah, mengenyampingkan, dimana, ijin, >>> >> bersama > ini kami kabarkan, pertanggungan jawab, tapi, kenapa, lain >>> > kesempatan, kantor di mana saya bekerja, itu adalah benar, >> > disebabkan >>> karena, lebih besar dari, berulang kali, para >> hadirin, pada zaman dahulu >>> kala, kwalitas, analisa, > metoda, >> prosentase, praktek, hektar, sistim. >>> > Semoga kita tahu apa >> bentuk-bentuk benar dari bentuk-bentuk > salah ini. >>> >>> >> Anton M. Moeliono, > seorang tokoh bahasa Indonesia, menulis dalam >> > ”Politik >>> Bahasa Nasional” (Pusat > Pembinaan dan >> Pengembangan Bahasa, 1976, hal. 29), >>> > ”Bahasa baku perlu >> memiliki sifat kemantapan dinamis, > yang berupa kaidah >>> dan aturan >> yang tetap. Tetapi > kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan >>> >> yang > bersistem di bidang kosakata dan peristilahan dan untuk >> > perkembangan >>> berjenis ragam dan gaya di bidang kalimat > dan >> makna.” ”Ciri lain yang >>> > harus dimiliki oleh bahasa >> baku yang modern ialah ciri > kecendekiaan. >>> Bahasa Indonesia harus >> mampu > mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di >>> berbagai >> bidang ilmu, teknologi, dan antarhubungan manusia, tanpa >>> >> menghilangkan kodrat dan pribadinya.” >>> >>> Kita >> menginginkan dan berusaha > menjadikan bahasa Indonesia bahasa yang >>> lebih tinggi > tarafnya daripada sekadar bahasa pergaulan saja. Kita >> ingin >>> agar bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmiah. Keinginan >> kita itu telah kita >>> buktikan. Kita telah berusaha > menciptakan >> istilah yang cukup bagi berbagai >>> > bidang ilmu. Kita mencoba >> meningkatkan swadaya bahasa kita > dengan >>> menciptakan >> bentuk-bentuk baru dari unsur > bahasa yang ada. Di perguruan >>> >> tinggi, kuliah > diberikan dalam bahasa Indonesia. Laporan-laporan ilmiah >>> > seperti kertas kerja, makalah, skripsi, dan disertasi ditulis >> > dalam >>> berbagai bidang ilmu ditulis dalam bahasa > Indonesia. >>> >>> Sikap kita terhadap bahasa > Indonesia haruslah positif. >> Artinya, cinta akan >>> > bahasa Indonesia haruslah diejawantahkan >> dengan perbuatan yang > nyata. >>> Setiap putra dan putri Indonesia >> haruslah > mau berusaha meningkatkan >>> pengetahuan dan >> > keterampilannya berbahasa Indonesia. Kita harus memberikan >>> >> tempat dan kedudukan yang layak bagi bahasa Indonesia > karena ia bahasa >>> nasional kita. Penghargaan kita terhadap > bahasa Indonesia harus >> lebih >>> tinggi daripada > penghargaan kita terhadap bahasa asing >> yang mana pun. >>> >>> Mari kita terus belajar bahasa >> > Indonesia. >>> >>> salam, >>> awang >>> >>> >>> >> >> >> > -- >> _______________________________________________ >> > Nganyerikeun hate >> batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun > hate jalma hirupna pada >> ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah > kudu lakonan. >> >> >> >> > > > -- > _______________________________________________ > Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma > hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan. > > -------------------------------------------------------------------------------- > serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008 > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL > pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI... > -------------------------------------------------------------------------------- > ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38 > dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG > * mungkin di semarang > * mungkin pula di solo > * mungkin juga join dg HAGI dll. > ----------------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the use of any information posted on IAGI mailing list. > --------------------------------------------------------------------- > > -- _______________________________________________ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.