Ditengah hiruk pikuk pada tanggap darurat baik di Mentawai, Merapi juga Wasior 
(yang sdh didukung dari berbagai pihak), saya ijin membawa nama IAGI ke 
Jayapura 
untuk membantu kawan-kawan di prodi Teknik Geologi USTJ dan Teknik Mineral 
UnCen 
Jayapura untuk membentuk komunitas yang punya peluang berinisiatif untuk 
melakukan sosialisasi mitigasi bencana alam di Papua (gempabumi, gerakan tanah, 
banjir bandang). 

Kebetulan ini perjalanan sosial (biaya sendiri) karena mau lihat sepak bola di 
kandang Persipura di Jayapura (8-9 November 2010), saya lalu kontak kawan di 
Uncen untuk mengumpulkan beberapa kawan dosen dan mhsw juga kawan-kawan di 
Pengda IAGI Papua untuk kumpulan ngaji dan dzikir tentang geologi dan teologi 
bencana alam. Ada yang mau bergabung? silahkan saja, materi sosialisasi saya 
siapkan. Sambil lihat sepak bola..., dongeng geologi di Jayapura..
Jangan-jangan setelah Indonesia Barat dihajar Musibah Geologi, gantian 
Indonesia 
Timur dihajar kembali setelah Wasior???? Guyon.., mohon maaf..
salam, gus hend.89





________________________________
From: Andang Bachtiar <abacht...@cbn.net.id>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Mon, November 1, 2010 11:20:16 AM
Subject: [iagi-net-l] MAHASISWA KEBUMIAN: UJUNG TOMBAK SOSIALISASI MITIGASI 
BENCANA GEMPA, TSUNAMI dan GUNUNG API INDONESIA

MAHASISWA KEBUMIAN: UJUNG TOMBAK SOSIALISASI MITIGASI BENCANA GEMPA, TSUNAMI 
dan 
GUNUNG API INDONESIA

Dr Andang Bachtiar

Ketua Dewan penasehat IAGI

Ikatan Ahli Geologi Indonesia


(ditulis pertama kali 8 April 2007, ditulis ulang barusan: 1 November 2010)





Pada saat2 seperti ini, saat semua orang berkonsentrasi pada usaha 
ke-gawat-darurat-an penanganan langsung korban2 bencana (Wasior, Mentawai, 
Merapi), mungkin tidak terlalu banyak yg bisa dilakukan oleh kalangan saintis 
maupun praktisi ilmu kebumian yg sesuai dg jalur profesinya. Diantara kita ada 
yg ikut serta dalama arus besar kerja sukarela SAR (kalau mampu),penanganan 
pengungsi (kalau ada waktu), penyediaan air bersih sarana dan prasarana darurat 
(kalau memang ada di sector yg bersesuaian), atau mungkin ikutan meneliti 
aspek2 
terbaru dr fenomena geologinya shg bisa dipakai langsung dlm usaha relokasi 
recovery (nantinya) atau mitigasi-prediksi untuk membuat gambaran proses 
bencana 
geologi ini lebih lengkap jadinya. Tentu saja dalam hal sumbang menyumbang 
bahan 
makananan, medis, pakaian dsb spt umumnya seluruh lapisan masyarakat lainnya, 
kita di komunitas professional kebumian bisa juga bergerak bersama.



Tanpa mengurangi urgensi penanganan kedaruratan yg sdg beralangsung dan mumpung 
masih hangat, saya mencoba untuk mengingatkan kembali betapa jauh lebih 
pentingnya menggurangi resiko bencana daripada menghadapai bencana begitu saja 
tantang menantang tanpa persiapan apapun juga selain jor-jor-an dana 
penanggulangan di anggaran2 pemerintah. Dan yg paling dasar dari proses 
pengurangan resiko tersebut adalah membangun kapasitas internal masyarakat 
sendiri untuk bersiap menghadapi bencana lwt pendekatan tradisi, budaya, 
pembenahan infrastruktur penyelamatan dan tata ruang yg antisipatif thdp 
bencana 
serta latihan2 tanggap darurat (atau sering diistilah-kerenkan sbg simulasi 
simulasi). Sosialsisasi2 ttg masalah2 tersebut di atas harus terus menerus 
dilakukan terutama di daerah2 yg sdh jelas2 diidentifikasi oleh para ahli sbg 
daerah yang potensial menuai bencana dg siklus proses gempa-tsunami- letusan gn 
api yg tertentu.



Soal sosialisasi mitigasi bencana pasca gempa Mentawai (untuk menghindari 
korban 
- ekses dalam kejadian2 pasca-gempa), saya sangat yakin Pak Ade (IAGI SumBar, 
Distam) dan Pak Badrul (HAGI Padang, Unand) sudah berusaha sekuat tenaga, 
mengorbankan waktu-pikiran (dan bahkan dana pribadi) untuk melakukannya. Juga 
untuk mitigasi bencana pasca Merapi atau gempa Yogja, kawan2 dr Bandung maupun 
Yogja sendiri baik secara kedinasan maupun inisiatif kelompok akademik, 
keprofesian maupun NGO, semuanya sudah berbondong2 turun lapangan. Tetapi kita 
semua juga tahu bahwa jumlah, tenaga, pikiran dan terutama "waktu" para ahli 
geologi-geofisik (baca: anggota IAGI maupun HAGI), sangat-sangatlah terbatas. 
Banyak diantara kita yang tidak bekerja di domain kebencanaan tersebut. Apa 
kata 
bozz di kumpeni/instansi kalau kita sering-sering voluneering jalan-jalan untuk 
nyambangi masyarakat yang perlu penjelasan, ketenangan psikis, dan keyakinan 
bahwa mereka harus pindah (walau untuk sementara) dari zona-zona rawan pasca 
gempa atau bahkan zona-zona rawan pre-syn-pasca gempa (rawan forever). Termasuk 
-mungkin- kawan-kawan IAGI-HAGI di SumBar, Yogja, Papua. Mereka pasti sudah 
berusaha semaksimal mungkin. Tapi apa daya: manajemen kerja / concern sosial 
kita masih belum terbentuk bagus. Tidak mungkinlah kita para ahli 
geologi-geofisik ini bisa bekerja full-time melakukan sosialisasi-sosialisasi 
tersebut. Apalagi kalau kita bicara soal volunteering dengan network 
kawan-kawan 
IAGI-HAGI dari daerah lain dan (terutama) dari pusat (JKT-BDG-YK). Selain 
komunikasi antar kita lewat dunia email seringkali hanya sebatas wacana, 
analisis, dan saling-tukar-pengalaman (belaka) == jarang yang pasti-pasti untuk 
mengorganisasikan suatu kerja nyata === , juga sistim tanggap-sosial organisasi 
keprofesian kita (IAGI-HAGI) nampaknya sedang tidak sigap.

Dalam kaitan dg permasalahan tbs, saya mengusulkan kepada kawan-kawan PP-IAGI, 
PengDa2 IAGI, maupun Pengurus HAGI, untuk secara serius mengorganisasikan 
mobilisasi rekan-rekan mahasiswa kebumian (fisika, geofisika, geologi, geodesi, 
geografi) sebagai ujung-tombak sosialisasi-sosialisasi tersebut dalam arti yang 
sebenar-benarnya (bukan hanya wacana, diskusi, dan perencanaan diatas kertas 
dan 
rapat-rapat tanpa follow-up).

Kenapa mahasiswa? Dari dulu (waktu kita masih mahasiswa) sampai sekarang 
"mahasiswa" adalah posisi yang relatif "sedikit beban" dibandingkan dengan 
kita-kita yang sudah "banyak beban". Waktu ekstra untuk berkegiatan 
kemahasiswaan maupun (seringkali) untuk diskusi-diskusi, bersosialisasi, 
pacaran, bahkan demonstrasi-demonstrasi relatif lebih banyak daripada para ahli 
yang sudah bekerja. Walaupun seringkali kita mendengar dari waktu ke waktu 
bahwa 
mahasiswa kita dituntut untuk sekolah cepat, tepat-waktu, gak neko-neko, dsb, 
terutama dengan beban kredit yang banyak(??) dan regulasi yang makin ketat (DO, 
skors dsb) dan tuntutan untuk keep-up dengan kebutuhan industri lewat interaksi 
dg orang2 industri dan teknologinya (diluar kuliah resmi),..... tetap saja 
masih 
ada waktu ekstra buat mereka untuk berkegiatan kemahasiswaan dsb. Masih banyak 
calon-calon pengganti kita yang concern, militan, dan mau bekerja untuk 
kepentingan organisasinya, berlatih, berinteraksi, diluar program-program resmi 
perkuliahan. Yang mereka butuhkan adalah fasilitasi, sedikit training-kursus 
ttg 
hal-hal advanced di khasanah mitigasi (yang dasar2 sdh mereka kuasai), dan 
dukungan network, pembiayaan (yang sangat-sangat minimal dibandingkan dengan 
kalo kita turun sendiri), dan kadang-kadang sekali-dua-kali kita-kita yang 
sudah 
"ahli' dan pengen ikutan jalan2 (dan waktu memungkinkan) bisa turun bersama 
mereka di kampung-kampung, desa-desa, daerah2 yang memerlukan sosialisasi 
tersebut. Menurut catatan saya ada 11 Perguruan Tinggi punya Jurusan Geologi, 
empat angkatan yang masih aktif jumlahnya bervariasi antara 4x30=120 s/d 
4x150=160 per perguruan tinggi. Jadi antara 1320 s/d 1760 mahasiswa geologi 
aktif calon-calon penerus kita sedang belajar geologi di PT-PT kita. Taruhlah 
20% saja yang punya minat dalam program kemahasiswaan-keprofesian-pengabdian 
masyarakat seperti ini; kita sudah punya 264 s/d 352 mahasiswa yang bila dibagi 
di 12 Pengda IAGI maka rata2 tiap Pengda bisa mendapatkan bantuan dari minimal 
22 mahasiswa. Jumlah yang cukup banyak untuk secara bergantian, bergilir 
(menyesuaikan dengan jadwal kuliah, ujian dsb) mempelopori jalan-jalan 
sosialisasi ke daerah2 yang sudah dan akan terkena bencana. Belum lagi kalau 
kita hitung potensi dari mahasiswa2 Fisika, Geofisika, Geodesi, Geografi,... 
kemungkinan angka tersebut akan dapat berlipat tiga kali.

Kenapa sebenar-benarnya? Karena saya melihat dan merasakan selama ini 
organisasi 
profesi kebumian kita (IAGI, HAGI, IATMI, dsb) masih sibuk dengan urusan yang 
belum benar-benar menyentuh langsung ke bawah (ke masyarakat langsung). Yang 
tidak langsung sich banyak: berkiprah di profesi masing-masing demi menyumbang 
devisa negara, meningkatkan wacana pengetahuan anggota, dsb dsb. Usaha-usaha 
untuk bersinergi dengan potensi kekuatan yang namanya "mahasiswa" belum pernah 
benar-benar dilakukan oleh organisasi-organisasi kita dalam rangka mitigasi 
sosialisasi ini. Yang ada seringkali menggunakan mahasiswa sebagai volunteer 
untuk pertemuan2 ilmiah, ikut jadi panitia, tanpa ada peluang untuk 
mengedepankan mereka dengan segala potensi kekuatannya. Perhimagi sebagai 
kumpulan resmi organisasi2 himpunan mahasiswa geologi kita juga kurang 
diberdayakan, jarang diajak ngomong, dan bahkan susah untuk berhubungan dengan 
kita2 resmi atau tidak resmi (kecuali di beberapa Pengda/Universitas, dimana 
dosen-dosennya juga punya concern kuat terhadap organisasi kemahasiswaan, 
seperti Mas Agus Hendratno di UGM: Salut!!!).

Kita bisa melakukannya. Sangat bisa!!! Pada waktu gempa Yogja, siapa yang turun 
ke daerah2? Mahasiswa!!! Termasuk mahasiswa2 geologi kita. Mereka menyebarkan 
ribuan selebaran informasi tentang gempa-tsunami dalam rangka menenangkan 
masyarakat sekaligus juga mengedarkan bantuan2 materi-makanan ke daerah2. 
Mereka 
juga ikutan bercerita di tenda-tenda pengungsian menenangkan masyarakat, 
tentunya beberapa kali juga harus bersama mas Agus, mbak Rita, mas Eko Teguh, 
dkk. Kita semua ditempat kerja kita masing-masing karena keterbatasan status 
hanya bisa ikut menyumbang materi maupun ide. Merekalah yang jalan-jalan. Pada 
waktu pasca gempa-tsunami Aceh serombongan Tim IAGI yang dipimpin oleh pimpro 
IAGI juga beranggotakan full mahasiswa Trisakti, ITB, UGM, Akprind, Unpad, UPN, 
dsb, untuk mencarikan dan mengebor air bersih buat pengungsi. Di Malang, 
mahasiswa2 Fisika Unibraw =anak buahnya mas Adi Susilo= juga aktif bersama AMC 
(pecinta alam) memetakan bencana longsor di Malang Raya, memetakan pantai 
selatan JaTim dan indikasi2 bencananya, dan sekaligus juga aktif membuat acara2 
sosialiasi di Malang (Cangar), Madiun, Kediri, Trenggalek. Mereka juga terus 
adakan itu di Blitar, Tulungagung, Lumajang, Jember, sampai Banyuwangi. Dalam 
kesempatan sosialisasi bersama AMC tersebut di Trenggalek mereka sempat 
berkolaborasi dengan Perhimagi Yogja yang memberikan penjelasan tentang Geologi 
Bencana kepada pecinta-pecinta alam dihadapan Wakil Bupati dan DPRD Trenggalek. 
Bisakah kita seperti mereka? Sebebas mereka? Tentu saja tidak bisa. Tapi kita 
bisa berkolaborasi, mendukung, memfasilitasi, dan membiayai mereka untuk terus 
berjalan-jalan menceritakan tentang geologi dan bencana, mengingatkan 
masyarakat 
supaya siap-siap, kalo perlu pindah dan merubah tata-ruang dsb... atas nama 
ILMU 
KEBUMIAN dan KESADARAN UNTUK MENGABDIKANNYA KE MASYARAKAT.

Nah, tunggu apalagi?  Note-1: Dari manapun datangnya, besaran biaya yang 
mungkin 
akan dipakai oleh para ahli jalan-jalan ke Padang, pulau2 barat terluar, dan 
daerah2 rawan bencana letusan volkanik cerita soal gempa letusan gn api dsb ke 
masyarakat, jumlah yang sama besarnya bisa dipakai oleh kawan2 mahasiswa Fisika 
Unand Padang atau ITM Medan atau Geologi UGM, UPN, STTNAS, STIAkprind dll untuk 
jalan-jalan lebih lama, lebih mencakup daerah yang luas, dan lebih menjangkau 
masyarakat, tentunya dibawah koordinasi IAGI / HAGI Pengda setempat,.. syukur2 
PP-IAGI / HAGI juga bisa berperan dalam memfasilitasi programnya.

Note-2: Bukan berarti saya mendiscourage kita2 para ahli geologi untuk 
sosialisasi ke daerah2, tapi saya lebih menekankan pada program jangka panjang, 
lebih luas, dan lebih efektif-efisien bersama-sama mahasiswa setempat, tentunya 
sekali dua kali bersama kita juga.

Salam ADB 

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------


      

Kirim email ke