> Pertanyaa bagus sekali , apa pendapat Anda pak Awang dan para
geologist regional ?

si Abah

   Pak Awang
dan Netter Ysh,
> 
> Terimakasih atas pendapat, rujukan 
dan jawabannya. Setelah Saya membaca
> ulang
> publikasi
dari Phillips dkk. (1991), Bransden dan Matthews (1992) dan
>
membaca
> publikasi dari Hasan (1981), Nagura dkk. (2003) dan
Dinkelman dkk. (2008),
> ada
> beberapa yang pelu saya
utarakan
> 1.    Phillips dkk. (1991) berpendapat bahwa secara
stratigrafi economic
> basement di daerah Kangean (Northern
platform) berumur Kapur dan Formasi
> Pra-Ngimbang secara tidak
selaras menutupi batuan berumur Kapur tersebut
> di
>
depositional low dan absent di bagian paleohigh-nya.  Pada paragraf
> sebelumnya
> mereka (Phillips dkk.) mengulas sedikit bahwa
Formasi Pra-Ngimbang yang
> berumur
> Paleosen-Eosen.
Artinya Formasi Pra-Ngimbang diendapkan setelah terjadinya
>
collision yang terjadi pada umur Kapur Akhir dan merupakan endapan
> Post-Collision (sesuai dengan pernyataan pak Awang).
> 
> 2.    Setelah saya membaca Hasan (1991) tentang Formasi Balangbaru,
beliau
> berpendapat bahwa tektonik setting dari Formasi
Balangbaru adalah fore-arc
> basin, yang diisi oleh flysch
succession yang berumur Kapur Akhir dan
> merupakan
>
klastik sedimen laut. Apabila merunut kepada sedimen yang seumur dengan
> Formasi
> Pra-Ngimbang berdasarkan Phillips dkk. (1991)
maka Formasi Malawa yang
> berumur
> Paleosen-lah yang
sebanding dengan Formasi Pra-Ngimbang.
> 
> Pak Awang dan
Purwaningsih (2002) dalam “Geochemistry and Habitat of
Oil
> and Gas
> in the EJB: Regional Evaluation and New
Observation” berpendapat bahwa
> endapan
>
pada Tersier dimulai oleh Formasi Pra-Ngimbang yang merupakan sedimen
non
> marin
> yang terutama berkembang di sebelah timur
EJB.
> 
> 3.    Bransden dan Mathews (1992) berpendapat
bahwa sebelum collision
> (late
> Cretaceous), NEJB adalah
fore-arc basin (sama dengan Hasan, 1991),
> barangkali
>
karena kedudukan sebelum Paleogen adalah kerak yang sama. Mereka juga
> menulis
> dari beberapa sumur ada lapisan berwarna merah
dengan posisi stratigrafi
> yang
> lebih tinggi, tidak
terlihat pada penampang seismik dan disebut sebagai
>
“Formasi
> Pra-Ngimbang” yang
merupakan pemisah dengan sekuen yang berumur Tersier.
> Selain
> itu ada beberapa sumur yang menembus komplek akresi di bawah
batuan
> berumur
> Tersier yang disebut sebagai acoustic
basement, sedangkan sedimen yang
> berlapis
> pada umur
Kapur akhir merupakan economic basement. Mereka membandingkan
>
lapisan
> yang berumur Kapur akhir dengan Balangbaru Fm di SW
Sulawesi yang
> diendapkan
> secara batimetri pada bathial
sampai abisal.
> 
> Pertanyaan saya adalah Formasi
Pra-Ngimbang itu sebenarnya berumur apa?
> Apakah
>
Paleosen-Early Eosen menurut Phillips dkk. atau barangkali seumur
dengan
> Formasi
> Balangbaru, namun dalam setting yang
berbeda. Formasi Balangbaru
> diendapkan pada
> fore-arc
basin sedangkan Formasi Pra-Ngimbang pada bagian passive
>
margin-nya
> dari mikrokontinen East Java?
> 
> 4.
   Pada publikasi Nagura dkk. (2003) Abadi field termasuk kedalam
> cekungan
> Bonaparte yang terbetuk oleh adanya rifting dan
continental separation
> pada umur
> middle Jurassic
sampai umur early Cretaceous di sepanjang tepian baratlaut
>
Australia. Batupasir Formasi Plover yang berumur middle Jurassic
merupakan
> endapan fluvio-deltaic sampai  laut dangkal yang
diendapkan pada periode
> tektonik pra-rift sampai awal syn-rift.
Umur Tersier tersusun dari endapan
> drift
> phase berupa
endapan karbonat paparan yang tebal.
> Yang jadi pertanyaan adalah
apakah model pengendapan Formasi Pra-Ngimbang
> (Paleosen?-Eosen
Awal?) sebanding dengan model pengendapan batupasir
> Formasi
> Plover pada umur middle Jurrasic yang merupakan endapan drift
> phase/pre-collision? sedangkan menurut pak Awang Formasi
Pra-Ngimbang
> adalah
> endapan post-collision.
>

> 
>  Salam,
> Jaka
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
>
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
> To:
geo_un...@yahoogroups.com
> Cc: Eksplorasi BPMIGAS
<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; IAGI
>
<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>
>
Sent: Thu, January 13, 2011 9:06:07 AM
> Subject: Bls: [Geo_unpad]
Mohon Info Pra-Ngimbang FM
> 
> 
> Jaka,
>

> Publikasi geologi relatif detail tentang pre-Ngimbang sediments
sampai
> saat ini
> tetap berasal dari Phillips et al.
(1991) dan Bransden & Matthews (1992),
> keduanya ada di
Proceedings IPA, bisa dipahami karena para penulisnya
>
mengerjakan Blok Bali North termasuk Kangean, tempat pre-Ngimbang
> sediments
> paling banyak dipelajari dan ditembus sumur.
> 
> 
> Belakangan (2008-2010, Proceedings IPA) ada
publikasi-publikasi seismik
> dari Jim
> Granath dkk
(misal Dinkelman et al., 2008). yang pada prinsipnya ingin
>
menunjukkan bahwa di area sebelah timur Cekungan Jawa Timur ini
terdapat
> formasi
> sedimen di bawah Ngimbang (berupa
bedded horizons) yang diinterpretasikan
> Granath dkk sebagai
sedimen2 Mesozoik yang berasal dari suatu
> mikrokontinen di
> utara Australia yang lalu berbenturan dengan area Jawa Timur bagian
timur
> (baca:
> bagian tenggara Sundaland) pada saat
sekitar Late Cretaceous. Pendapat
> Granath
> dkk. itu
didasarkan kepada data seismik regional terbaru yang disurvey
>
dengan
> teknologi baru yang bisa merekam sampai diskontinuitas
Mohorovicic.
> 
> Tetapi, yang ditunjukkan oleh Jim
Granath dan kelompoknya sebenarnya
> bukanlah
>
pre-Ngimbang yang dimaksudkan oleh Phillips (1991) dan Bransdens dan
> Matthews
> (1992) - para penulis pertama tentang
pre-Ngimbang. Yang dimaksudkan
> dengan
> sediments
berumur Mesozoic oleh Granath dkk. adalah sedimen-sedimen di
>
bawah
> Crateceous economic basement (lihat Dinkelman, 2008,
Proceedings IPA);
> sedangkan
> pre-Ngimbang sediments by
definition Phillips et al (1991) dan Bransdens &
> Matthews
(1992) adalah sekelompok sedimen di atas Cretaceous economic
>
basement.
> 
> Sesungguhnya, hal di atas akan menjawab
pertanyaan Jaka tentang mana
> pre-collision dan post-collision
sediments yang akan saya jawab di bawah
> ini.
> 
> Pre-Ngimbang sediments adalah sedimen post-collision, mekanisme
> pengendapannya
> telah dijelaskan dengan baik oleh Bransden
& Matthews (1992) yang juga
> menghubungkannya secara regional
kepada sedimen2 seumur di Sulawesi
> Selatan
> (Formasi
Balangbaru, Kustomo Hasan, 1991, Proceedings IPA). Kesebandingan
>
dengan
> Sulawesi Selatan adalah patut dilakukan sebab antara tepi
timur Jawa Timur
> dan
> bagian barat/selatan Sulawesi
merupakan massa kerak yang sama pada awal
> Paleogen.
>

> Maka jawaban saya terhadap pertanyaan:
> 1. Pada
setting lingkungan pengendapan seperti apa Formasi Pra-Ngimbang
>
diendapkan (di mikro kontinen)?.  -
> 
> --->
Pre-Ngimbang tidak berhubungan dengan fasies apa pun di mikrokontinen
> yang
> dimaksud. Tetapi kalau interpretasi Jim Granath dkk.
benar, maka yang
> dimaksudnya adalah bukan pre-Ngimbang, tetapi
sedimen yang jauh lebih tua
> dari
> pre-Ngimbang yang
kini berada di bawah top Cretaceous economic basement
> (lihat
> section di publikasi Dinkelman, 2008). Nah kalau ini, maka
pertanyaan Jaka
> menjadi valid. Sedimen2 tua di mikrokontinen
eastern East Java Sea itu
> diendapkan di lingkungan passive
margin mikrokontinen Gondwanaland dari
> transisi-shallow marine
(lihat kesebandingan dengan sedimen2 seperti
> Plover di
>
NW shelf of Australia, lihat publikasi dari Nagura, 2003 -Proceedings
IPA
> yang
> membahas Abadi Field).
> 
>
2. Apakah Pre-Collision bisa diasumsikan sebagai Pre-Rift, dan
>
Syn-Collision
> sebagai Syn-Rift (seperti kasus di Indonesia
bagian barat)?
> 
> ---> Terminologi pre-rift,
syn-rift, post-rift hanya berlaku untuk
> cekungan-cekungan di
Indonesia Barat yang berhubungan dengan
> tektonostratigrafi
> cekungan-cekungan Paleogen relatif terhadap pembukaannya (rifting).
Segera
> setelah diendapkan pre-Ngimbang pada sebelum mid-Eocene,
terjadi perubahan
> plate-tectonic setting yang signifikan di
Indonesia Barat akibat benturan
> India
> dengan Eurasia.
Efek secara khusus ke East Java adalah terjadinya
> perlambatan
> konvergensi lempeng yang mengakibatkan gerakan tarikan di back arc
area
> (roll-back) akibat subduksi yang menjadi curam karena gerak
konvergensi
> melambat. Tarikan inilah yang membuka rifting2 di
East Java termasuk di
> bagian
> timurnya. Itulah fase
rifting. Dan, ini tak berhubungan dengan collision
> mikrokontinen
yang telah terjadi sebelumnya (sekitar Late Cretaceous).
> Maka
tak
> ada hubungan antara pre-rift dengan pre-collision dan 
syn-rift dengan
> syn-collision.
> 
> Masalah
keberadaan mikrokontinen di East Java adalah masalah lain. Dalam
>
beberapa publikasi (misalnya Satyana, 2003, -Tektonik SE Sundaland,
> Proceedings
> IAGI-HAGI, Satyana et al., 2004, Tektonik
Rembang-Madura-Kangean-Sakala,
> Proceedings IAGI), saya
menyebutnya sebagai mikrokontinen
> Paternoster-Kangean.
>
Memang di timur dan timurlaut Jawa Timur ada mikrokontinen itu yang
erat
> berasoasiai dengan fasies daratan dan kontinen (secara
geokimia,
> minyak/kondensat Pagerungan lebih berfasies daratan
daripada minyak2 di
> area
> Jawa Timur lebih barat; lihat
publikasi saya Satyana & Purwaningsih, 2002
> -Proceedings
IAGI; Satyana & Purwaningsih, 2003, Proceedings IPA).
>
Belakangan
> ada beberapa publikasi terbaru tentang mikrokontinen
ini (misalnya group
> Jim
> Granath, Robert Hall, TGS
seismic, dll.). Mikrokontinen itu ada, hanya
> outline-nya yang
harus kita diskusikan lagi.
> 
> Saran saya, silakan
cermati lagi publikasi2 dari Phillips et al. (1991),
> Bransden
dan Matthews (1992), Granath et. al & Dinkelman et al.
>
(2008-2010),
> semuanya di Proceedings IPA, untuk memahami
hubungan antara Pre-Ngimbang
> sediments; mikrokontinen, dan
sediments yang lebih tua di dalam
> mikro-kontinen.
>
Publikasi2 itu akan menjawab pertanyaan.
> 
> Salam,
> Awang
>  --- Pada Rab, 12/1/11, Jaka
<hi_j...@yahoo.com> menulis:
> 
> 
>>Dari: Jaka <hi_j...@yahoo.com>
>>Judul:
[Geo_unpad] Mohon Info Pra-Ngimbang FM
>>Kepada:
geo_un...@yahoogroups.com
>>Cc: geounpad...@yahoogroups.com
>>Tanggal: Rabu, 12 Januari, 2011, 3:52 PM
>>
>>
>>
>>Akang,  Teteh dan Netter GeoUnpad
Ysh,
>>
>>Saya sedang mengerjakan tugas kuliah saya
tentang NEJB (North East Java
>> Basin),
>>kebetulan
ada beberapa hal yang belum saya mengerti terkait Formasi
>>
Pra-Ngimbang
>>khususnya tectono-stratigrafi nya, Saya coba
mencari reference ke
>> beberapa
>>prosiding (IPA,
IAGI, dll.), namun sangat tebatas yang betul-betul
>>
membahas
>>tentang Formasi Pra-Ngimbang ini.
>>Seperti sudah kita ketahui banyak penulis seperti Bransden
dan
>> Matthews(1992),
>>Sribudiyani dkk. (2003),
Satyana dan Purwaningsih (2003) menyebutkan
>> bahwa NEJB
>>dulunya merupakan mikro kontinen yang detached atau lepas dari
Godwana,
>>drifting, docking dan collision dengan Sunda shield.
Proses-proses
>> tersebut
>>menjadikan NEJB
bertransformasi di Fore-Arc Basin menjadi Back-Arc
>> (Bransden
dan
>>Matthew, 1992), ada yang menyebutkan dari Oceanic Basin 
menjadi Back-Arc
>>(Satyana dan Purwaningsih, 2003) dan Rift
Basin(?) atau Foreland Basin
>> menjadi
>>Back-Arc
(Purwaningsih dkk., 2003) dan terjadi kurang lebih pada umur
>>
Kapur
>>Akhir sampai Miosen Awal (Sribudiyani dkk., 2003).
Kemudian beberapa
>> penulis
>>seperti;
>>
>>Phillips dkk. (1991) berpendapat bahwa Formasi
Pra-Ngimbang berumur
>> Paleosen
>>sampai Eosen
Tengah.
>>
>>Satyana dan Purwaningsih (2002)
berpendapat bahwa endapan pada Tersier
>> dimulai
>>oleh Formasi Pra-Ngimbang yang merupakan sedimen non marin.
>>
>>
>>Sribudiyani dkk. (2003) berpendapat
bahwa pada umur Kapur Akhir â&euro;&ldquo; Eosen
>>
terdapat
>>kontinen paleohigh yang merupakan sumber sedimen
bagi Formasi
>> Pra-Ngimbang,
>>berdasarkan data
terbatas yang ditemukan dari beberapa sumur diketahui
>>
bahwa
>>Formasi Pra-Ngimbang diendapkan pada pola struktur
berarah barat â&euro;&ldquo;
>> timur atau
>>pola Sakala.
>>
>>
>>Dapat saya
simpulkan bahwa Formasi Pra-Ngimbang merupakan endapan
>>
Pre-Collision
>>mikro kontinen dan mulai terbentuk sebelum
mikro kontinen tersebut
>> mengalami
>>collision dan
keatasnya adalah Formasi Ngimbang merupakan endapan
>>
Syn-Collision,
>>yang jadi pertanyaan saya adalah
>>
>>1. Pada setting lingkungan pengendapan seperti apa
Formasi Pra-Ngimbang
>>diendapkan (di mikro kontinen)?.
>>
>>
>>2. Apakah Pre-Collision bisa
diasumsikan sebagai Pre-Rift, dan
>> Syn-Collision
>>sebagai Syn-Rift (seperti kasus di Indonesia bagian barat)?
>>
>>
>>
>>Sekian dulu pertanyaan
dari saya, sekiranya Akang, Teteh dan Netter
>> Geounpad
>>punya reference yang membahas detail mengenai Formasi
Pra-Ngimbang mohon
>> untuk
>>sharing
>>
>>Salam,
>>Jaka
>>
>>
> 
> __._,_.___
> Reply to sender |
Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic
> Messages
in this topic (2)
> 
> Recent Activity:
> Visit
Your Group
> Please Visit Our Website @  http://geounpad.ac.id/
> and Our Forum            @  http://forum.geounpad.ac.id/
>

> 
> Moderators:
> Budhi Setiawan '91
<bu...@wgtt.org>
> Edi Suwandi Utoro '92
<edsu...@chevron.com>
> Sandiaji '94
<sandi...@elnusa.co.id>
> Wanasherpa '97
<wanashe...@eniindonesia.co.id>
> Satya '2000
<tri.nugr...@medcoenergi.com>
> Andri'2004
<andri.sihomb...@energi-mp.co.id>
> 
> Switch to:
Text-Only, Daily Digest â&euro;¢ Unsubscribe
â&euro;¢ Terms of Use
> .
> 
>
__,_._,___
> 
> 
> 


-- 
_______________________________________________
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.

Kirim email ke