Halo mas Taufik Manan, hayoooo.... Kapan ngebornya nih blok Buton ! 
Yg daerah Wakatobi mungkin bisa di-relinquished, tapi sebelum disisihkan kita 
field trip dulu yuk ke sana, hehehhe .....


Salam,
Nuning



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Taufik Manan <taufik.ma...@gmail.com>
Date: Fri, 25 Mar 2011 17:34:12 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: Awang Satyana<awangsaty...@yahoo.com>; Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; 
GeoUnpad<geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi 
BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Taufik 
Manan<taufik.ma...@gmail.com>
Subject: Re: [iagi-net-l] Pemikiran Alternatif: Tukang Besi Tidak Membentur
 Buton

Yth. Pak Awang,
dan rekan-rekan G&G yang saya hargai

Kebetulan setahun terakhir ini, saya diberi amanah untuk mengelola kegiatan 
eksplorasi Blok Buton-1. Benar sekali apa yang Bapak sampaikan sesuai 
penelitian / kegiatan eksplorasi sebelumnya dan sudah dipublikasikan. Semuanya 
kami olah lagi dengan tambahan data baru ataupun melihat secara regional. 
Secara umum dan dapat diterima bahwa "Petroleum System sudah ada di Buton" 
namun beberapa kondisi khusus terutama secara geologi menjadi tantangan kami 
untuk menemukan potensi sumber daya migas baik di Buton dan Wakatobi. Bila 
Bapak ada waktu nanti kita bisa diskusi ilmiah lebih khusus tentang prospek 
khususnya di blok kami, tentunya pengalaman dan rekomendasi bapak, sangat kami 
perhatikan.

Khusus untuk Kepulauan Wakatobi yang masuk daerah operasi blok KKKS kami (PT. 
Putindo Bintech), kami sudah melakukan analisa G&G, khususnya seismik spek 
survei dan gravity regional dan hasilnya menunjukkan potensi yang sangat bagus 
meski harus dilakukan studi G&G lagi yang lebih detail, seperti geologi 
lapangan dan geokimia. Namun ada kendala besar yang harus kami selesaikan 
terutama mengingat Kepulauan Wakatobi adalah merupakan Taman Nasional Laut yang 
dilindungi dan dilarang untuk survei karena akan mengganggu ekosistem terumbu 
karang laut dan lain-lain. Bahkan ada yang bilang lebih bagus dari Bunaken dan 
sudah dikenal internasional.

Sedangkan untuk daratan Kepulauan Wakatobi, sebagian merupakan area Hutan 
Lindung. Masalah ini menjadi perhatian utama kami untuk kelanjutan survei dan 
bila memungkinkan pengeboran migas di sana. Bulan lalu tim kami sudah melakukan 
koordinasi dari Kementrian Kehutanan dari Jakarta, Kendari dan sampai di Kab. 
Wakatobi. Hasilnya harus mendapatkan izin khusus dari pusat untuk survei di 
daratan Wakatobi. Dalam waktu dekat ini kami akan memprosesnya lagi di 
Kementrian kehutanan di Jakarta dengan pertimbangan potensi sumber daya migas 
di sana. Semoga ada hasil positif demi menjaga dan menambah aset negara (tidak 
merusak lingkungan namun memberikan tambahan sumber alam baru bila berhasil 
ditemukan potensi sumber daya migas di sana)..

Sementara itu dulu progres dan sharing yang dapat saya berikan.

Salam akhir pekan

Taufik A. Manan



2011/3/25 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com<mailto:awangsaty...@yahoo.com>>
Rekan-rekan yang bekerja di Sulawesi, khususnya di Lengan Tenggara Sulawesi, 
pasti mengenal publikasi dari John Davidson (1991, IPA Proceedings) berjudul 
“The geology and prospectivity of Buton island, S.E. Sulawesi, Indonesia”. Kala 
itu, John adalah geologist Conoco. Conoco pada akhir 1980-an – awal 1990-an 
menjadi operator di Blok Buton. Buton telah dikerjakan oleh perusahaan2 minyak 
sejak akhir 1960-an, enam sumur eksplorasi telah dibor, semuanya belum 
menemukan akumulasi hidrokarbon, meskipun beberapa sumur disertai hydrocarbon 
shows. Saat ini, Buton dikerjakan oleh Japex (WK Buton) dan Putindo (WK Buton 
I). Eksplorasi masih dilakukan, belum ada lagi pengeboran sumur eksplorasi 
terbaru sejak Conoco mengebor sumur Jambu-1 pada tahun 1991.

Buton diingat orang karena tambang aspalnya yang besar dan pernah menjadi 
lapangan/penambangan aspal terbesar di seluruh Asia sebelum Perang Dunia II 
(van Bemmelen, 1949). Berdasarkan studi geokimia, aspal di Buton adalah 
akumulasi minyak yang terbiodegradasi dan/atau tercuci (meteoric water 
flushing). Batuan induk minyak ini berkualitas istimewa, merupakan serpih marin 
Formasi Winto berumur Trias. Hal ini menunjukkan bahwa di area Buton telah 
terjadi generasi, migrasi dan pemerangkapan minyak. Perusahaan-perusahaan 
minyak di sini mengeksplorasi Buton untuk mencari perangkap yang utuh sehingga 
akumulasi minyaknya tak mengalami biodegradasi/pencucian. Tektonik Buton 
terkenal kompleks dan intensif, sebagian perangkap rusak oleh tektonik, antara 
lain menyebakan tererosinya lapisan penutup perangkap. Ketidakhadiran atau 
tidak sempurnanya lapisan batuan penutup mudah menyebabkan terjadinya 
biodegradasi/pencucian.

Secara geologi, Buton juga dikenal sebagai sebuah mikrokontinen yang membentur 
Sulawesi Tenggara. Inilah yang akan saya diskusikan lebih lanjut. Sebuah 
penampang geologi terkenal dari Davidson (1991), yang selalu muncul dan 
digunakan setiap geologist yang bekerja di Buton, menunjukkan ‘double 
collision’, yaitu: (1) Muna dibentur Buton pada Miosen Awal, dan (2) Buton 
dibentur Tukang Besi pada Pliosen Akhir. Muna adalah nama pulau di sebelah 
barat Buton, Tukang Besi adalah nama kepulauan di sebelah timur Buton (sebagian 
publikasi, terutama publikasi2 tentang terumbu modern, menyebut Tukang Besi 
sebagai ‘Wakatobi’). Wakatobi adalah kependekan dari ‘Wangi-Wangi, Kaledupa, 
Tomea, dan Binongko’. Itulah keempat pulau besar penyusun Kepulauan Tukang 
Besi. Nama  ‘Tukang Besi’ sendiri memang berasal dari  para pengrajin besi yang 
ditemukan di Pulau Tomea dan Binongko. Teman-teman yang menyukai olahraga 
menyelam atau snorkeling, tentu telah mengenal
 ‘Wakatobi’ sebab inilah salah satu tempat terbaik di Indonesia bahkan dunia, 
untuk melihat terumbu koral modern. Jacques Cousteau, oceanographer terkenal 
dari Prancis yang banyak membuat film bawah laut itu, pernah mampir ke sini.

Davidson (1991) mempublikasi makalah tentang geologi dan petroleum system Buton 
yang sangat baik dan lengkap, maka tak mengherankan semua geologist yang 
meneliti Buton mengacunya, termasuk saya. Dalam beberapa bulan terakhir ini, 
untuk kepentingan penulisan sebuah makalah, saya melihat-lihat kembali secara 
lebih detail publikasi2 tentang Buton yang tak banyak itu. Analisis dilakukan, 
dibantu dengan data-data tidak dipublikasi dan cek lapangan. Berdasarkan itu, 
maka lahirlah pemikiran alternatif tentang tektonik Buton yang intinya adalah 
bahwa: Tukang Besi tidak membentur Buton, justru Tukang Besi dilepaskan Buton. 
Tentu saja pemikiran ini bertentangan dengan Davidson (1991) dan kebanyakan 
geologist yang pernah/sedang mengerjakan Buton.

Hubungan antara Buton dan Kepulauan Tukang Besi (yang sebagian besar merupakan 
paparan yang tenggelam) tidaklah jelas. Hamilton (1979) mengelompokkan Buton 
Timur dan  Tukang Besi sebagai satu mikrokontinen, yang berbeda dari segmen 
Buton Barat dan Muna.  Fortuin et al. (1990 - Journal of Southeast Asian Earth 
Science, 4, 107–124), dan Davidson (1991) juga makalah terbaru tentang Buton di 
IPA Proceedings (Tanjung et al. -2007) menyatakan bahwa Buton dan Tukang Besi 
adalah dua mikrokontinen yang berbeda yang membentuk kompleks double collision 
dari Muna-Buton-Tukang Besi. Buton membentur Muna pada early Miocene, Tukang 
Besi membentur Buton pada late Pliocene. Efek pertama benturan Buton-Tukang 
Besi disebutkan tercatat pada late Pliocene strata, berupa reefs yang 
berkembang di uplifted blocks sedangkan deep marine foraminiferal packstones 
dan marls berkembang relatif di downthrown blocks-nya. Benturan ini 
mengakibatkan wilayah yang lebih terangkat di
 Buton sebelah selatan dibandingkan sebelah utaranya. Buktinya adalah bahwa di 
sebelah selatan ini banyak teras pantainya dengan Pleistocene reefs (teman2 
Japex pasti mengetahuinya dengan baik), sementara di sebelah utaranya terdapat 
drowned estuaries dan subsiding atoll.

Adalah Milsom et al. (1999, AAPG Bull.)  berdasarkan atas gravity data,  yang 
pertama kali  meragukan bahwa Tukang Besi membentur Buton. Mereka bahkan 
mengemukakan bahwa Tukang Besi adalah bagian Buton yang lalu ‘lepas’ sebagai 
respon post-collision extension. Pemikiran Milsom et al (1999) ini menarik dan 
saya menemukan gejala yang sama di seluruh Indonesia sebagai akibat 
post-collision tectonics (publikasi tentang ini, bila diminati, bisa dicari di 
proceedings IAGI PIT Pekanbaru (Satyana, 2006), proceedings PIT IAGI-HAGI-IATMI 
di Nusa Dua (Satyana et al., 2007) dan proceedings IPA 2008 (Satyana et al., 
2009) tentang collision dan post-collision tectonics. Saat menulis makalah2 
itu, saya pun masih menggunakan konsep double collision Muna-Buton-Tukang Besi 
ala Davidson (1991). Sekarang, setelah mempelajarinya lebih detail, justru 
post-collision tectonics berupa detachment (pelepasan) Tukang Besi dari Buton 
kelihatannya lebih meyakinkan, daripada
 membenturnya.

Paparan Tukang Besi terletak di sebelah timur Buton bagian selatan. Hamilton 
(1979) merupakan publikasi pertama yang menyebutkan bahwa paparan ini suatu 
mikrokontinen. Batas paparan ini, menurut Milsom et al. (1999) ada pada 2000 m 
bathymetric contour, yang meliputi area laut dangkal yang cukup luas. Di luar 
batas ini, terdapat lereng yang sangat curam ke sisi-sisi utara, timur dan 
selatan; sementara ke sebelah baratnya ia mendangkal ke Buton. Data gravity 
dari Milsom et al. (1999) menunjukkan bahwa di area paparan Tukang Besi, 
terdapat tiga punggungan yang naik ke permukaan dari kedalaman laut 1200-1500 
meter  yang lebih kurang sejajar membentuk kelurusan BL-tenggara: disebut 
Punggungan Langkesi (utara), Wangi Wangi (tengah) dan Karang Kaledupa 
(selatan). Trend Tukang Besi yang secara umum membentuk kelurusan BL-tenggara 
dan trend Buton yang lebih kurang utara-selatan membuat banyak penulis 
berpendapat bahwa Buton dan Tukang Besi adalah dua
 mikrokontinen berbeda yang lalu berbenturan pada waktu yang belum lama secara 
geologi (Pliosen akhir). Peta geologi Kepulauan Tukang Besi menunjukkan bahwa 
geologi permukaan pulau-pulau ini hanya disusun oleh batuan terumbu dan batuan 
sedimen lainnya yang berumur Kuarter. Penyelidikan geomarin yang pernah 
dilakukan di sini, di sisi timurlaut paparan, yang kebetulan merupakan lokasi 
Hamilton Fault, dengan cara dredging menemukan diabas berumur 9 Ma dan batuan 
sedimen berumur late-middle Miocene serta late Miocene (Silver et al., 1985 - 
Geology, 13, 687–691). Seismic lines dari the Scripps Institution of 
Oceanography Mariana 9 cruise, yang pernah melakukan survei di tepi timurlaut 
paparan ini menunjukkan kehadiran thin cover of young sediments dan  strong 
angular unconformity antara lapisan Neogen dengan  Paleogen atau yang lebih 
tua, meskipun resolusinya lemah.

Collision atau benturan dua mikrokontinen umumnya akan menjepit kerak samudera 
yang semula terletak di tengah dua mikrokontinen itu, bahkan melepaskan ikatan 
kerak samudera itu dari induknya, sehingga menjadi jalur kerak samudera atau 
ofiolit yang ‘rootless’ alias tak punya akar. Tempat benturan dua mikrokontinen 
itu umum disebut ‘suture’. Publikasi saya tentang Meratus ophiolites (Satyana & 
Armandita, 2008 – proceedings HAGI) sebagai studi kasus, membahas hal ini yang 
dikonfirmasi data dan pemodelan gravity. Begitu juga di banyak jalur ofiolit 
lain di seluruh Indonesia (Satyana et al., 2007, proceedings IAGI-HAGI-IATMI). 
Maka bila Tukang Besi membentur Buton, harus ada jalur ofiolit di antara Buton 
dan Tukang Besi, apalagi penampang Davidson (1991) itu menunjukkannya. 
Masalahnya, tak pernah ada jalur ofiolit ditemukan di antara kedua wilayah ini, 
dan yang lebih meragukan lagi bahwa Tukang Besi membentur Buton, tak ada 
struktur kompresi
 ditemukan antara Tukang Besi dan Buton. Buton jelas membentur Muna sebab kita 
mendapatkan jalur ofiolit Kapantoreh di bagian selatan Buton, kita juga punya 
banyak struktur kompresi di Buton akibat benturan itu (struktur kompresi di 
Buton bukan akibat benturan Tukang Besi, saya terangkan di bawah ini).

Bila Tukang Besi membentur Buton di post-Miocene (Pliosen akhir menurut 
Davidson, 1991), bukti struktur2 kompresif akibat benturan ini mestinya akan 
banyak terjadi di Teluk Kulisusu (di beberapa peta disebut Teluk 
Kolowara-Watabo) yang diperkirakan menjadi suture zone-nya. Tetapi, berdasarkan 
data seismik dari the Scripps Institution of Oceanography Mariana 9 cruise di 
Kulisusu Bay, justru yang muncul adalah struktur-struktur ekstensi seperti 
bekas collapse. Collapse berupa sesar-sesar turun, ekstensional umum dijumpai 
di dekat (sekitar) jalur benturan, yang kejadiannya sebenarnya menunjukkan 
proses isostasi untuk mengkompensasi pengangkatan (uplift) karena benturan. 
Milsom et al. (1999) berdasarkan data gravity bahkan menunjukkan bahwa paparan 
Tukang Besi terbagi-bagi menjadi segmen-segmen tertentu yang disebutnya 
discrete blocks. Mekanisme ini diterangkannya sebagai akibat dispersi. 
Batas-batas blok tersegmentasi ini berdasarkan analogi dengan tempat
 lain tidak pernah merupakan struktur kompresi (thrusting), tetapi seringnya 
merupakan extensional atau transcurrent faults. Berdasarkan hal ini, maka 
benturan Buton terhadap Muna memicu detachment sebagian wilayah kerak litosfer 
yang semula dipertebal oleh  middle Miocene collision Muna-Buton, yang 
menyebabkan isostatic rebound lalu dispersal, seperti dialami Tukang Besi. Maka 
kesan yang dominan atas hubungan Buton-Tukang Besi justru adalah fragmentasi 
Tukang Besi dari Buton, daripada amalgamasi Tukang Besi kepada Buton.

Maka , saya memikirkan bahwa Tukang Besi adalah satu mikrokontinen dengan 
Buton. Hal ini beranalogi dengan mikrokontinen lain yang membentur Sulawesi, 
yaitu Banggai-Sula.  Publikasi tentang Banggai-Sula dari Garrard et al. (1988, 
Proceedings IPA) menunjukkan kehadiran extensional dan collapse structures di 
antara Banggai and Sula. Collapse structures di sini merupakan isostatic 
response karena collision bagian frontal mikrokontinen (Banggai portion). Atas 
analogi itu, maka saya menyebut Buton sebagai ‘frontal/anterior/head’ part of 
the microcontinent, sedangkan Tukang Besi adalah ‘rear/posterior/tail’ part of 
the microcontinent. Ketika head Buton membentur Muna Block dan menjadi 
terangkat, maka diikuti oleh kompensasi isostatik berupa gaya relaksasi yang 
membentuk collapse/extensional structures di area antara head and the tail 
parts, yaitu di area  junction antara Buton dan Tukang Besi. Detachment Tukang 
Besi dari Buton adalah sebuah isostatic
 rebound karena lithosphere thickening oleh middle Miocene collision antara 
Buton dan Muna.

Pemikiran alternatif ini tentu akan punya implikasi kepada petroleum geology 
dan petroleum system Buton.

Salam,
Awang




--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id<mailto:lam...@gc.itb.ac.id>
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, 
mohammadsyai...@gmail.com<mailto:mohammadsyai...@gmail.com>
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: 
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id<http://iagi.or.id>
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id<http://iagi.or.id>
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net<http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net> Archive 
2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke