Kalau cerita gading Gajah di Flores...menurut penduduk setempat peninggalan
era PORTUGIS,

 kalau melihat gading gajah itu  gede-gede mungkin dibawa dari Africa sana,
diwariskan turun temurun... , 

PORTUGIS dan orang Eropa kan biasa berburu juga di Africa....he..he...

 

Agus

 

From: git sulistiono [mailto:git_m...@yahoo.com] 
Sent: 12 September 2012 16:31
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED

 

mas Awang, kalau asal-usul Stegodon yg hidup di Flores bagaimana? Menarik
sekali bahwa di hampir semua pelosok Flores gading gajah merupakan status
symbol dan menjadi salah satu maskawin yg amat dihargai

 

salam

Prianggito

 

From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad
<geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi BPMIGAS
<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> 
Sent: Thursday, 13 September 2012 3:14 AM
Subject: [iagi-net-l] SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED


Bulan lalu, Pak Rovicky, Presiden IAGI, meminta saya untuk membantu
kawan-kawan dari Ekspedisi Cincin Api Kompas dalam melakukan ekspedisinya di
Sulawesi. Kawan2 Kompas tersebut telah beberapa kali menghubungi saya
menanyakan hal-hal terkait geologi dan tektonik Sulawesi, terutama tentang
wilayah yang terkenal bernama Wallacea dan yang terkait.Judul di atas adalah
judul utama makalah saya yang dipublikasi dan dipresentasikan di pertemuan
ilmiah tahunan IAGI dan HAGI tahun 2011 di Makassar, dengan subjudul
"Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line". Beberapa tahun
sebelumnya, tema ini pernah menjadi tema yang diangkat Research Group of SE
Asia di bawah Prof. Robert Hall yang mengadakan seminarnya di Inggris,
sehingga yang datang ke sana tak banyak dari kita.  Di sana pada waktu itu
berkumpul para ahli geologi, biologi dan yang terkait membicarakan wilayah
Indonesia yang sangat menarik ini. Saya sendiri tak datang ke pertemuan itu
walaupun diundang. Saya pikir saya lebih baik mempresentasikannya di
Indonesia, di Sulawesi, di Makassar dan didengarkan banyak orang Indonesia.
Dan sekarang saya ingin menuliskan ringkasannya agar banyak teman
terinformasikan. Makalah lengkapnya ada di proceedings pertemuan JCM - Joint
Convention Makassar 2011 (Satyana, 2011, Sulawesi: Where Two Worlds
Collided-Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line).Semua orang tahu
yang disebut dengan Garis Wallace, yaitu garis khayal yang berada memanjang
utara-selatan dari Selat Makassar ke Selat Lombok, berperan sebagai garis
pembatas penyebaran fauna. Ke sebelah barat dari garis Wallace fauna
didominasi oleh tipe2 Oriental (Asia), ke sebelah timur dari garis ini fauna
didominasi oleh tipe2 Australian. Garis Wallace ini pertama disebut tahun
1863, namanya tentu tak asing lagi berasal dari Alfred Russel Wallace,
seorang naturalis besar Inggris  yang pernah menjelajah Nusantara pada
1854-1862.Garis Wallace adalah garis biologi atau lebih tepatnya
biogeografi, tetapi sejak awal Raffles memikirkan bahwa penyebab garis ini
adalah geologi. Dalam suatu pertemuan di Linnean Society di London pada 3
November 1859, Wallace mengajukan sebuah paper berjudul "On the Zoological
Geography of the Malay Archipelago", dan dia berkata soal biodiversity
Indonesia ini punya hubungan dengan geologi. "Facts such as these
(biological diversity) can only be explained by a bold acceptance of vast
changes in the surface of the earth".  Apa yang ditulis Wallace ini kita
tahu sekarang berhubungan dengan terbentuknya Kepulauan Indonesia sendiri
sebagai akibat amalgamasi, penyusunan oleh bagian dari Indonesia Barat yang
kemudian bertemu dengan bagian dari Indonesia Timur sejak Neogen."Wallacea"
adalah nama yang diberikan untuk wilayah di Indonesia bagian tengah yang
meliputi Sulawesi, sebagian Nusa Tenggara dan Halmahera, tempat fauna (dan
flora) bertransisi dari tipe Asiatic ke Australian, dan sebaliknya. Daerah
Wallacea dibatasi di sebelah barat oleh Garis Wallace, dan di sebelah timur
oleh Garis Lydekker. Sementara garis Weber adalah garis kesetimbangan fauna,
tempat fauna Asiatik dan Australian sama proporsinya, yaitu  50 : 50. Garis
Weber terdapat di tengah anatara Haris Wallace dan Garis Lydekker. Ketiga
garis ini mempunyai arti geologi. Saat ini, Garis Wallace sejajar dengan
akhir batas Kuarter Sundaland di sebelah timur, sedangkan Garis Lydekker
mengikuti batas barat Sahul Land.Sekarang kita lihat Sulawesi. Sulawesi
secara tektonik merupakan wilayah yang disusun oleh benturan dua 'dunia'
atau massa kerak benua yaitu : Sundaland, yang menyusun Sulawesi Barat dan
Australoid, yang menyusun sebagian Sulawesi sebelah timur (Banggai-Sula)
dan tenggara (Buton). Terjepit di tengahnya adalah kerak oseanik yang kini
menjadi ofiolit. Pola-pola tektonik benturan, distribusi daratan dan lautan
akibat proses amalgamasi Sulawesi ini akan memengaruhi penghunian Sulawesi
oleh fauna asal Asia dan asal Australia.Biota Sulawesi beragam mencerminkan
afinitas dengan Asia dan Australia (Whitten et al, 2002), seperti terjadi
dua benturan fauna dari Asia dan Australia seperti juga dicerminkan pada
proses pembentukan Sulawesi. Semua mamalia Sulawesi yang berplasenta
betasalmdari Sundaic, sedangkan yang berkantung/marsupiala berasal dari
afinitas Australia. Tetapi variasi jenis fauna di Sulawesi kalah dengan
variasi jenis di tempat2 asalnya yaitu di Sundaland dan Australia atau Papua
New Guinea. Yang khas dari Sulawesi adalah tingkat endemisme (kekhasan,
hanya ada di tempat itu) yang tinggi karena pulau ini terisolasi dari benua
pemasok utamanya. Dari semua mamalia  di Sulawesi, 62 % merupakan spesies
endemik. 19 dari 25 spesies amfibi, 13 dari 40 spesies kadal, 15 dari 64
spesies ular adalah endemik dengan genus monotypic, juga seperempat dari 328
spesies burung adalah endemik (Whitten et al., 2002).Di samping itu, island
dwarfism juga adalah efek isolasi Sulawesi yang menyebabkan pengerdilan
hewan2 yang semula besar dari pemasok benua, contohnya adalah anoa yang
diperkirakan berasal dari kerbau yang biasa kita lihatvdi Jawa. Contoh lain
pada masa lalu adalah pengerdilan gajah menjadi stegodon yang fosilnya
ditemukan di area Cabenge, Sulawesi Selatan.Demikian, di Sulawesi kita
temukan perbenturan antara dua massa kerak bumi antara Sundaland dan
Australoid, juga perbenturan dua dunia fauna antara fauna Asiatik dan fauna
Australian. Mengapa kedua hal itu bisa terjadi, sebab fauna Asiatik adalah
penumpang massa kerak Sundaland, sementara fauna Australia adalah penumpang
massa kerak Australoid. Setelah itu, mereka mengalami endemisme tersendiri
di tempatnya sekarang. Maka Sulawesi adalah: where two geologic and faunal
worlds collided.Salam,Awang

 

Kirim email ke