Well, it’s looking increasingly likely that pertamina will not getting this
block.


2012/11/2 <ikusum...@gmail.com>

> **
> Dari yg disampaikan Pak Fatrial ini, mengenai Blok Mahakam menurut saya
> untuk yg resiko rendah (lapangan2 yg berproduksi saat ini) diserahkan saja
> pengelolaannya oleh Pemerintah kepada PTM 100 %, sedangkan yg masih tahap
> eksplorasi (prospek dan lead yg ada) dimana resiko masih tinggi bolehlah
> dikerjasamakan dengan TEPI, itu kalau TEPI berminat.
> Dalam hal ini kan tidak ada ketentuan kontrak yg dilanggar. Siapa lagi yg
> akan membesarkan NOC kalau bukan pemerintahnya sendiri. Justru aneh kalau
> pemerintahnya sendiri tidak mendukung.
>
> Salam,
>
> MIK
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * Fatrial Bahesti <bahe...@gmail.com>
> *Date: *Fri, 2 Nov 2012 16:09:07 +0700
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Subject: *[iagi-net-l] Persepsi resiko NOC
>
> Sekedar sharing, berbicara masalah persepsi resiko seperti disampaikan
> Pak Ong, paling tidak ada 3(tiga) tipe NOC berdasarkan "risk behavior",
> yaitu risk avoidance, risk taking dan risk management. Ketiga behavior NOC
> tersebut mampu mengukir cerita sukses maupun tidak sama sekali di negara
> mereka masing-masing, tergantung konteks dan situasi yang dihadapi
> pemerintah saat itu.
>
>
> Contoh sukses "risk avoidance" adalah Sonangol, Angola's NOC. Antara
> tahun  1976-2002, pemerintah Angola sangat tergantung pada minyak untuk
> meneruskan perang sipil. Karena itu mereka mentransfer semua risk ke IOC.
> Sonangol akhirnya punya skill sebagai risk avoidance, sehingga pemerintah
> Angola menetapkan Sonangol sebagai regulator selama periode tersebut dan
> cukup efektif memonitor kompetisi antar IOC dan banyak penemuan cadangan
> baru oleh IOC.
>
>
> Contoh risk avoidance yang kurang sukses adalah Nigeria dan Meksiko.  
> Nigeria’s
> NOC, NNPC, membatasi resiko finansial pemerintah dengan memberi kepercayaan
> penuh kepada IOC sebagai operator. Namun pemerintah Nigeria menetapkan
> massive cost yg mengurangi net revenue kepada Negara, menambah peluang
> korupsi dan banyak pintu birokrasi. Meksiko, aturan budget dan procurement
> cukup ketat, namun konstitusi mereka tidak membatasi pemodal asing
> investasi di sektor oil/gas. Pemerintah Meksiko cukup membatasi NOC Pemex
> dalam risk taking. Produksi minyak dari lapangan besar mereka, Cantarell,
> menurun tajam, pemerintahnya sedang gencar mengundang investasi asing.
>
>
> Risk Taking NOC dicontohkan baik sekali oleh Brazil dan Norway. Pemerintah
> mereka memberi insentif kepada NOC sebagai modal untuk risk taking dengan 
> meminimalkan
> potensi loss. Petrobras didirikan tahun 1953, sebelum revenue dari sektor
> migas mengalir ke pemerintah Brasil. Statoil didirikan tahun 1972, tdk lama
> setelah first commercial discovery lapangan besar Ekofisk pada akhir 1969.
> Pada saat itu, Norway lebih memilih pada ketahanan energi nasional
> dibanding menjual minyaknya. Pemerintah Brazil dan Norway memberi
> kepercayaan penuh, lebih dari sekedar control terhadap NOC mereka. Kedua
> NOC tsb juga mendapat kontrol penuh thd revenue yg dihasilkan dan
> control/proteksi terhadap intervensi politik dalam pengambilan keputusan
> operasi.
>
>
> Di Brazil, resiko dialihkan ke Negara (dan konsumen minyak) dgn monopoli
> yg dilakukan Petrobras mulai dari upstream-downstream yg berlangsung sejak
> Petrobras didirikan sampai thn 1990an. Pada 1974-1985, Statoil diberi
> interest dalam ijin eksplorasi laut dalam, digunakan sbg kesempatan utk
> alihkan risk ke IOC. Pemerintah Norway menghadiahkan “golden block” kpd
> Statoil thn 1978 yg kemudian menjadi operator Gullfaks Field, bisa dibilang
> menambah resiko thd pemerintah Norway, seperti halnya agreement penyerahan
> operatorship Statfjord field dari IOC kpd Statoil setelah masa kontrak
> habis.
>
> Berbagai kebijakan tersebut membuat Statoil dan Petrobras dapat
> mengembangkan kegiatan eksplorasi dan pengembangan yg signifikan, saat yg
> sama, mengembangkan kapabilitas teknologi, dgn resiko kecil. Awal 1970,
> Petrobras bergerak progresif di laut dalam offshore kontinen Brazil, tempat
> dimana dalam 2 dekade berikutnya Petrobras menjadi world leader deepwater
> technology. Statoil juga, leading dalam developing technology di North Sea,
> termasuk piping undersea, subsea production dan offshore platform.
>
>
> Di sisi lain, Petrobras dan Statoil telah berkembang justru karena
> pemerintahnya berani mengambil resiko untuk kepentingan nasional jangka
> panjang. Pemerintah Norway berinvestasi melalui R&D Statoil, kemudian bisa
> menjual nilai tambah & skill ke seluruh dunia. Dalam dua dekade terakhir,
> dua perusahaan minyak ini beralih dari sepenuhnya milik Negara menjadi
> sebagian privat. Kedua NOC tersebut telah melalui fase risk-taking dan
> akhirnya menjadi risk-manager.
>
> *Risk-taking is especially likely to backfire, when it is not backed by
> sufficient technical capability within NOC* (Senior Statoil Executive).
>
> Selamat berakhir pekan.
>
> salam,
> fb
>



-- 
Sent from my Computer®

Kirim email ke