Ibu, Bapak dan sahabat sekalian peneliti dan pemerhati industri minerba,

Sejak hari Rabu hingga Sabtu yang lalu 5-8 Nopember 2014 telah berlangsung 
"pertemuan tahunan antara produsen dan konsumen besi" di Legian Bali. Kebetulan 
saya diundang sebagai narasumber mewakili IAGI untuk presentasi mengenai 
"Geologi Endapan Bijih Besi di Indonesia". Pertemuan ini menjadi menarik karena 
fokus pada satu komoditi "besi", namun dibahas dari hulu hingga hilir. Hal ini 
bisa dilihat dari hadirin mulai dari petinggi Dirjen Minerba ESDM, Direktur 
Pemniaan dan Pengusahaan Mineral, Dirjen Pajak, Direktur Ekspor Produk 
Industri, Tekmira, Divisi Minerba BPPT, Bank Indonesia, Bank Mandiri, Dirjen 
dari Kementrian Agraria dan Pertanahan, IAGI-MGEI, Perhapi, IMA, IISIA, PT 
Karakatau Steel, PT SILO, PT Bank Sumitomo, Para Bupati dari 
Halmahera-Tasikmalaya-Lumajang-Cianjur-Lumajang serta para direksi atau pialang 
atau investor bijih besi dari berbagai daerah. Walaupun hanya "besi", diskusi 
menghangat, sehangat pantai Legian yang bermandikan mentari pagi. Hilirisasi 
ternyata masih panjang jalannya, selain itu cukup banyak aral melintang pada 
masalah kebijakan, tata guna lahan, rekayasa hingga perbankan. Perlu diketahui, 
walaupun Indonesia sudah punya pabrik baja besar sejak tahun 60 an, namun bahan 
bakunya 95% di import. Terungkap dalam diskusi 2 hari ini, bahwa pasar atau 
pialang mineral di tanah air hanya mengenal "pasirbesi" dan "batubesi". Yang 
paling mengemuka dalam diskusi ini adalah endapan pasirbesi yang kini jadi 
primadona di pantai selatan Jawa, Sulawesi Utara, dan Halmahera. Selain itu 
eksploitasi bijih besi dari laterit di Pulau Sebuku banyak menarik perhatian 
dalam diskusi. Dengan Kebijakan baru dari kemetrian ESDM tentang larangan 
eksport bahan mentah, terungkap sebagian investor menyikapi dengan berhimpun 
untuk membangun industri smelter yang paling tidak bisa menghasilkan "sponge 
iron". Namun tidak mudah juga karena terkendala infrastruktur bidang energi 
(listrik, batubara dan gas), belum tersedianya jalan dan pelabuhan yang layak 
juga jarak dengan pabrik baja dsb. Selain itu pabrik baja didalam negri 
mempunyai persayaratan khusus terhadap pasokan dan kadar besi yang sebagian 
tidak bisa dipenuhi oleh industri tambang pasirbesi. Dilema, ekspor tidak bisa, 
sementara pabrik dalam negri tidak bisa menerima! Terungkap juga bahwa pinjaman 
dari perbankan luar lebih mudah dan murah sukubunga nya di bandingkan dalam 
negri! Nah ini bisa mengancam juga nasionalisasi. Industri baja nasional 
terpaksa mengimport bijih besi dari negara-negara di Australia, Amerika, Afrika 
Barat dan India memang karena secara geologi memang memenuhi syarat beruapa 
cadangan yang besar hingga raksasa dan kadar yang tinggi (diatas 65% Fe). 
Secara geologi endapan besi dari negara-negara pengeksport ini memang 
berasosiasi dengan "Archean Style Mineralization" (ASM) yang berumur 1-2 Miliar 
tahun yang lalu. Endapan bijih besi tipe ASM ini disebut Banded Iron Formation 
(BIF) Bandingkan dengan Indonesia yang umur batuan umumnya paling tua 250 juta 
tahun. Endapan bijih besi BIF sekitar 8 tahun belakangan ini ditemukan di 
Sundaland seperti di Subullussalam Aceh, Tanggamus Lampung, Kendawangan dan 
Sanggau. Cukup kontroversial! Ada perisai "Archean" di Indonesia ? Namun yang 
penting adalah tantangan untuk memperkaya penelitian dan eksplorasi bijih besi 
serta industri baja di Indonesia. Iron is back bone for modern civilization!

Salam

Andri Subandrio
----------------------------------------------------
Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014
----------------------------------------------------
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

Kirim email ke